Sistematika Penulisan Perlindungan Hukum

data yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif karena penyajian dan pengolahan data secara sekunder dengan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Perlindungan Konsumen, dan Informasi Transaksi Elektronik.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut: BAB I : Bab ini merupakan bagian pendahuluan penulisan, memuat latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan review kajian terdahulu, kerangka teori dan kerangka konseptual, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Bab ini memuat tentang tinjauan umum perlindungan hukum data nasabah, pengertian perlindungan hukum beserta teori-teori hukum, pengertian data nasabah, perlindungan hukum terhadap data nasabah dan unsur-unsur data nasabah. BAB III : Bab ini memuat tentang tinjauan umum internet banking, yaitu pengertian perbankan, jenis-jenis dan kegiatan usaha perbankan serta pengawasan dan pengaturan Perbankan, pengertian internet banking, fasilitas yang ada dalam internet banking, tipe layanan. BAB IV : Bab ini menganalisa peran perlindungan data nasabah dalam internet banking ditinjau dari Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Bank Indonesia, Perlindungan Konsumen, Informasi Transaksi Elektronik serta analisa penulis serta ayat yang terkait dengan skripsi ini. BAB V : Bab ini merupakan bab penutup dari skripsi ini. Untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis memberikan saran yang dianggap perlu. 16 BAB II PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH

A. Perlindungan Hukum

Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain. 1 Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan perbuatan hukum rechtshandeling dan hubungan hukum rechtsbetrekkingen. 2 Perbuatan hukum rechtshandeling diartikan sebagai setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengajaatas kehendaknya untuk menimbulkan hak dan kewajiban yang akibatnya diatur oleh hukum. Perbuatan hukum terdiri dari perbuatan hukum sepihak seperti pembuatan surat wasiat atau hibah, dan perbuatan hukum dua pihak seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lain-lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang dimaksud dengan Perlindungan adalah cara, proses, perbuatan melindungi. Sedangkan hukum adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah atau dapat yang berlaku bagi semua orang dalam masyarakat Negara. Perlindungan hukum adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka melindungi masyarakat. Hubungan hukum rechtsbetrekkingen diartikan sebagai hubungan antara dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara individu 1 Uti, Ilmu Royen, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Outsourcing, Tesis S2 Fakulas Hukum, Universias Diponegoro Semarang, 2009, h. 46 2 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. Kedelapan, h. 49. dengan individu, antara individu dengan masyarakat atau antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. 3 Hubungan hukum tercermin pada hak dan kewajiban yang diberikan dan dijamin oleh hukum. Hak dan kewajiban timbul karena adanya peristiwa menurut van Apeldorn 4 “peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan hukum menimbulkan atau menghapuskan hak”. Berdasarkan peristiwa hukum maka hubungan hukum dibagi menjadi 3 tiga jenis yaitu: 1. Hubungan hukum yang bersegi satu eenzijdigerechtsbetrekkingen, dimana hanya terdapat satu pihak yang berwenang memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUHPerdata sedangkan pihak yang lain hanya memiliki kewajiban. 2. Hubungan hukum bersegi dua tweezijdige rechtsbetrekkingen, yaitu hubungan hukum dua pihak yang disertai adanya hak dan kewajiban pada masing-masing pihak, kedua belah pihak masing-masing berwenangberhak untuk meminta sesuatu dari pihak lain, sebaliknya masing-masing pihak juga berkewajiban memberi sesuatu kepada pihak lainnya, misalnya hubungan bank dengan nasabah. 3. Hubungan antara satu subyek hukum dengan semua subyek hukum lainnya, hubungan ini terdapat dalam hal hak milik eigendomrecht. 3 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan kedelapan, h. 269 4 Soeroso, Pengatar Ilmu Hukum Cetakan Kedelapan, h. 251 Logemann sebagaimana dikutip Soeroso berpendapat, bahwa dalam tiap hubungan hukum terdapat pihak yang berwenangberhak meminta prestasi yang disebut dengan “prestatie subject” dan pihak yang wajib melakukan prestasi yang disebut “plicht subject”. 5 Dengan demikian setiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu kekuasaanwewenang atau hak bevoegdheid dan kewajiban plicht. Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum dinamakan “Hak”, yaitu kekuasaankewenangan untuk berbuat sesuatu atau menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak itu. Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi ketegangan dan konflik maka ada hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum. Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum. 6 Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga hukum subyektif, Hukum subyektif merupakan segi aktif dari pada hubungan hukum yang diberikan oleh hukum obyektif norma-norma, kaidah, recht. 5 Soeroso, Pengatar Ilmu Hukum Cetakan Kedelapan, h. 270 6 Uti Ilmu Royen, Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Buruh outsourcing, h. 49 Perlindungan hukum selalu terkait dengan peran dan fungsi hukum sebagai pengatur dan pelindung kepentingan masyarakat, Bronislaw Malinowski dalam bukunya berjudul Crime and Custom in Savage , mengatakan “bahwa hukum tidak hanya berperan di dalam keadaan-keadaan yang penuh kekerasan dan pertentangan, akan tetapi bahwa hukum juga berperan pada aktivitas sehari- hari”. Hukum menentukan kepentingan-kepentingan masyarakat yang dapat ditingkatkan menjadi hak-hak hukum yang dapat dipaksakan pemenuhannya. Hak diberikan kepada pendukung hak yang sering dikenal dengan entitas hukum legal entities, rechtspersoon yang dapat berupa orang-perorangan secara kodrati naturlijke dan dapat juga entitas hukum nir kodrati yaitu entitas hukum atas hasil rekaan hukum. 7 Pendukung hak entitas hukum memiliki kepentingan terhadap objek dari hak yang dapat berupa benda ius ad rem atau kepada entitas hukum orang secara kodrati ius in persona. Pemberian hak kepada entitas hukum, karena adanya kepentingan dari entitas tersebut kepada obyek hak tertentu. Menurut Roscoe Pound dalam teori mengenai kepentingan Theory of interest, terdapat 3 tiga penggolongan kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum, yaitu pertama; menyangkut kepentingan pribadi individual interest, 7 Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Jakarta: Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008, h. 377. kedua; yang menyangkut kepentingan masyarakat social interest, dan ketiga; menyangkut kepentingan umum public interest. Kepentingan individu individu interest ini terdiri dari kepentingan pribadi, sedangkan kepentingan kemasyarakatan social interest terdiri dari keamanan sosial, keamanan atas lembaga-lembaga sosial, kesusilaan umum, perlindungan atas sumber-sumber sosial dari kepunahan, perkembangan sosial, dan kehidupan manusia. Adapun kepentingan publik public interest berupa kepentingan negara dalam bertindak sebagai representasi dari kepentingan masyarakat. Selanjutnya Bohannan mengatakan “lembaga hukum memberikan ketentuan-ketentuan tentang cara-cara menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang timbul di dalam hubungannya dengan tugas-tugas lembaga-lembaga kemasyarak atan lainnya”. Cara-cara menyelesaikan perselisihan yang timbul inilah yang kemudian dinamakan upaya hukum. Upaya hukum diperlukan agar kepentingan-kepentingan yang telah menjadi hak benar-benar dapat terjaga dari gangguan pihak lain. Upaya hukum dikenal dalam dua jenis, yaitu upaya hukum non yudisial di luar peradilan dan upaya hukum yudisial peradilan. Upaya hukum non- yudisial bersifat pencegahan sebelum pelanggaran terjadi preventif yang berupa tindakan-tindakan seperti peringatan, teguran, somasi, keberatan, dan pengaduan. Sedangkan upaya hukum yudisial bersifat represifkorektif artinya telah memasuki proses penegakan hukum law enforcement, upaya ini dilakukan setelah pelanggaran terjadi dengan maksud untuk mengembalikan atau memulihkan keadaa n. “Muara dari upaya hukum adalah agar hak yang dimiliki seseorang terhindar dari gangguan atau apabila hak tersebut telah dilanggar maka hak tersebut akan dapat dipulihkan kembali. Namun demikian, tidaklah dapat diartikan bahwa dengan adanya upaya hukum maka keadaan dapat dikembalikan sepenuhnya”. Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung sebagai subtansi maknawi didalamnya imperatif. Hak-hak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik. 8 Kebijakan publik didasarkan pada apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh masyarakat seperti perlindungan hukum karena Indonesia menganut atas dasar Negara yang menjunjung tinggi hukum maka dalam aspek apapun khususnya dalam aspek perbankan masyarakat membutuhkan perlindungan hukum terhadap produk perbankan. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif 8 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Yogyakarta : Liberty, 2003, h.22. maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. 9 Perlindungan Hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. 10 Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep rechtsct muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum rule of Law yang dipelopori oleh A.V.Dicey. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum, yaitu : 1. Perlindungan hukum yang preventif Perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan inspraak atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang menjadi definitif. 9 httpwww.artikata.comartiperlindunganhukum.htmlm, diunduh 15 maret 2014 10 Satjipto Raharjo, Sisi Lain dari Hukum di Indonesia Jakarta: Kompas, 2003, h. 121. 2. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip Negara hukum. Oleh karena itu terhadap lembaga perbankan perlu diberikan landasan gerak yang kokoh dan mampu menampung tuntutan perkembangan jasa perbankan lebih mampu melaksanakan fungsinya secara efisien, sehat, dan wajar. 11

B. Data Nasabah

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

DESKRIPSI KEDUDUKAN DAN WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 14 44

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

Tinjauan Hukum Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Penerapan Klausula Baku Dalam Transaksi Kredit Sebagai Upaya Untuk Melindungi Nasabah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

6 14 41

TINJAUAN YURIDIS PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL.

0 3 10

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERBANKAN DAN TINJAUAN ASAS KEADILAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 1

KEWENANGAN BANK INDONESIA SETELAH DISAHKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 16

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK-HAK NASABAH BANK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (“UNDANG-UNDANG OJK”)

0 0 68