3. Tipe layanan internet banking
Bank Indonesia
dalam surat
edarannnya No.618DPNP
menggolongkan layanan internet banking menjadi beberapa tipe layanan, yaitu:
1. informational internet banking
Yaitu layanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk informasi melalui jaringan internet dan tidak melakukan eksekusi transaksi
execution transaction. 2.
communicative internet banking Yaitu pelayanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk komunikasi
atau melakukan interaksi dengan bank penyedia layanan internet banking secara terbatas dan tidak melakukan eksekusi transaksi execution
transaction. 3.
transactional internet banking Yaitu pelayanan jasa bank kepada nasabah untuk melakukan
interaksi dengan bank penyedia layanana internet banking dan melakukan eksekusi transaksi execution transactional.
Adapun jenis
layanan pada
internet banking
yang umumnya
diselenggarakan di indonesia adalah sebagai berikut: 1. transfer antar rekening sesama bank penyelenggara layanan internet
banking ataupun antar bank domestik kliring;
2. pembayaran, seperti untuk telepon, kartu kredit, internet, listrik, dan lain sebagainya;
3. pembelian, seperti untuk pulsa telepon berbasis teknologi GSM ataupun CDMA;
4. penempatan deposito, untuk Automatic Roll Over ARO atau Non-ARO; 5. informasi rekening dan kartu kredit;
6. fasilitas layanan, seperti informasi kurs dan infromasi suku bunga.
48
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH
DALAM INTERNET BANKING A.
Bentuk Perlindungan Hukum Data Nasabah dalam Internet Banking
Bentuk perlindungan hukum terhadap data nasabah internet banking di wujudkan dengan di terbitkan beberapa peraturan perundang-undangan yang
didalamnya mengatur tentang perlindungan terhadap nasabah internet
banking, seperti:
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang dibentuk dalam rangka menghadapi perkembangan perekonomian nasional
yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju,
diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan dengan memasuki era globalisasi dan telah diratifikasi beberapa perjanjian
Internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian khususnya
sektor perbankan. Pada Pasal 40 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
disebutkan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.
Prinsip kerahasiaan bank pada ketentuan tersebut tidak dapat diterapkan secara optimal terhadap perlindungan hukum atas data pribadi
nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking. Hal ini dikarenakan perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada pada ketentuan
tersebut terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal data nasabah di dalam penyelenggaraan layanan internet banking
tidak hanya data yang disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak nasabah dari tempat komputer dimana nasabah
melakukan transaksi. Pasal ini menjelaskan bahwa dalam perbankan yang salah satunya
mengandung prinsip kerahasian harus diterapkan dalam sistem perbankan yang berhubungan dengan data nasabah yang sangat penting dalam produk
internet banking. Ada pula pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 915PBI2007
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum yang termasuk dalam bentuk perlindungan
hukum data nasabah internet banking. Bahwa perkembangan Teknologi Informasi memungkinkan bank memanfaatkannya untuk meningkatkan
efisiensi kegiatan operasional dan mutu pelayanan bank kepada nasabah, bahwa penggunaan Teknologi Informasi dalam kegiatan operasional bank
juga dapat meningkatkan risiko yang dihadapi bank, dengan meningkatnya risiko yang dihadapi, bank perlu menerapkan manajemen risiko secara
efektif, bahwa Teknologi Informasi merupakan aset yang berharga bagi Bank sehingga pengelolaannya bukan hanya merupakan tanggung jawab unit
kerja penyelenggara Teknologi Informasi namun juga seluruh pihak yang menggunakannya.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen di dalam Pasal 3 pada huruf a,b,d,f Perlindungan
Konsumen bertujuan: a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri; b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi; f. meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Lalu Dalam Pasal 4 huruf a Hak konsumen adalah: a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang danatau jasa;
Bahwa dapat disadari dalam peraturan perlindungan konsumen, konsumen mendapatkan perlindungan dari adanya kepastian hukum dan
keterbukaan informasi yang dimana dalam internet banking dibutuhkan suatu aturan yang pasti untuk melindungi data nasabah beserta keterbukaan
informasi dalam mengakses internet banking agar terhindar dari kejahatan teknologi. Dan disebutkan di dalam Pasal 4 konsumen memiliki hak atas
keamanan dalam megkonsumsi barang. Lalu menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi Teknologi Elektronik pada Pasal 16 huruf b dan d: 1 Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang
tersendiri, setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi persyaratan
minimum sebagai berikut: b. Dapat
melindungi ketersediaan,
keutuhan, keotentikan,
kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau symbol yang dapat dipahami oleh
pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut.
Kerahasian sebuah informasi merupakan bukan hanya diatur dalam sistem perbankan untuk menjaga informasi atas data nasabah tetapi di dalam
UU ITE sebagaimana yang diatur untuk melindungi suatu kerahasiaan yang menyangkut data nasabah yang dilakukan oleh penyelenggara elektronik.
Sementara itu yang penulis analisa Pada Undang-Undang OJK terdapat pada Pasal 7 huruf c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek
kehati-hatian bank, meliputi: 1.
manajemen risiko; 2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;
Disini penulis mengkaitkan dalam Pasal ini dalam Manajemen risiko dengan prinsip kehati-hatian bisa dikatakan bahwa disini OJK telah mengikuti
peraturan yang sudah ada yang diatur sebelumnya pada UU Perbankan, manajemen resiko terkait dalam UU Perlindungan Konsumen yang mana
dapat menjamin keamanan suatu produk yaitu internet banking, serta berkaitan dengan UU ITE yang dapat melindungi kerahasian informasi data
nasabah.
B. Mekanisme Perlindungan Hukum Data Nasabah Dalam Internet Banking