Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sayyid Quthb merupakan salah satu tokoh politik Islam yang sangat concern dengan pergerakan Islam dan memiliki pengaruh yang cukup luas di dunia Islam. Sebagai tokoh politik Islam dan aktivis pergerakan Islam, Sayyid Quthb merupakan salah seorang tokoh yang sangat terkenal dan popular. Popularitas Quthb bahkan menyamai pendahulunya, Hasan al-Banna, pendiri gerakan al-Ikhwan al-Muslimin. Sayyid Quthb disebut sebagai tokoh ideology Ikhwan karena ia berperan besar dalam memformulasi ideology fikrah Ikhwan dan mensosialisasikan dalam gerakan-gerakannya. 1 Sejak bergabung dengan Ikhwan pada tahun 1953, Sayyid Quthb berperan besar dalam mengembangkan dan memajukan Ikhwan. Ia mencoba memperjelas dan mempertegas tujuan dan cita-cita Ikhwan kea rah terwujudnya system Islam. Dalam setiap kesempatan, Quthb selalu mengajak kaum muslim melawan semua system yang disebutnya jahiliyyah, baik yang ada di negeri-negeri Islam maupun negeri-negeri lain, selanjutnya digantikan dengan fikrah atau system Islam, tak terkecuali juga dalam bidang politik. Untuk mewujudkan cita-cita ini, tentu saja Sayyid Quthb harus berhadapan dengan konspirasi-konspirasi jahat penguasa dari Negara luar dan di dalam negerinya yang tak menghendaki system Islam tegak di 1 M. Amin Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan, 1997, h. 197; “Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya Bagi Gerakan Islam Indonesia,” Dalam Prisma, Nomor Ekstra, 1984, h. 29. dunia ini. Berkali-kali ia disiksa dan dijebloskan ke dalam penjara sampai akhirnya dieksekusi di tiang gantungan oleh rezim pengasa Mesir pada tahun 1966. 2 Dengan melihat sepintas latar belakang kehidupan seperti disebutkan di atas, maka tak seorangpun dapat menyangkal keberadaan Sayyid Quthb sebagai pemikir dan aktivis politik Islam rijal al-fikr wa al- da’wah siyasi Islam. Sebagai politikus Islam, Sayyid Quthb memperlihatkan komitmennya yang tinggi terhadap perjuangan dan semangat menegakkan politik Islam, yaitu perjuangan dan semangat untuk mewujudkan system Islam, baik pada tataran individu maupun social dan cultural. Semangat ini terlihat jelas dalam semua tulisan Quthb, terutama dalam karya master piece-nya yang sangat terkenal, Fi Zhilal al- Qur’an. Menurut Sayyid Quthb, masyarakat dunia kontemporer dihadapkan dengan dua pilihan konsep politik, yakni sistem jahiliyah dan Islam. Konsep politik yang pertama merupakan produk masyarakat sekular dan konsep yang disebutkan pada uruta kedua merupakan produk agama. Karena pilihan ini diberikan oleh negara adikuasa yang memimpin dunia, maka pilihan ini menjadi polemik di kalangan cendekiawan Muslim. 3 Peradaban Barat yang telah maju, setelah berusaha membebaskan diri dari cengkraman agama gereja, tentunya menjadi bangga dengan kesuksesannya sekarang dan melihat penyebab kemajuannya adalah berkat keberhasilan sekularisasi di dunia Barat. Pada dunia yang serba serbinya diwarnai dengan materialisme dan dualisme, pilihan ini diberikan atas nama kemajuan dan 2 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, Jakarta: Penamadani, 2006, h. 17-18. 3 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub,h. 68-69. pembangunan, pihak kedua hanya bisa menerima atau menolak tentunya dengan konsekwensi; menyokong sebagai kawan atau menentang sebagai lawan. 4 Lalus bagaimanakah dengan pendapat cendekiawan Islam? Sayyid Quthb dan pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Hasan al-Banna meyakini bahwa kelemahan kaum Muslim diakibatkan oleh dominasi Eropa dan penyimpangan dari ajaran Islam sejati. Untuk membangkitkan Islam, menurut Sayyid Quthb, umat Islam harus bertekad untuk kembali memahami ajaran Islam secara kaffah menyeluruh. kembali kepada Al-Qurân dan al-Sunnah, seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah SAW dan sahabat-sahabatnya. 5 Pemerintahan Islam yang dibina Nabi Muhammad SAW dan khalifah Rasyidin menunjukkan perwujudan suatu tatanan Islam yang komprensif, konkrit dan historis. Akan tetapi di bawah penguasa berikutnya, dunia Islam menjadi lemah disebabkan beberapa faktor, antara lain: perebutan kekuasaan, yang berkuasa bukan Arab, perpecahan soal-soal sekunder, kurang para ilmuan praktis taklid buta pada otoritas. Hal tersebut terbukti pada abad ke 13 dunia Islam sangat buta dan rentan terhadap invasi bangsa Mongol dan tentara Salib meskipun dibawah Mamluk dan Dinasti Usmaniyah dunia Islam sempat bangkit namun sempat tidak lama, dan tidak terbendung agresi Eropa disemua sektor. Akhirnya dunia Islam harus tunduk kepada dunia Barat sampai akhir abad ke 19. Awal abad ke 20 lahirnya kebangkitan Islam yang dipelopori oleh cendikiawan-cendekiwan terkemuka umat Islam mulai sadar akan 4 Muhsin al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam; Perjalanan Religius Roger Garaudy, terj. Rifyal Ka’bah Jakarta: Paramadina, 1996, h. 107-108 5 Sayyid Quthb, Fi Zilal al- Qur’an, Jilid. II, Beirut: Dar al-Syuruq, 1982, h. 904-905. ketertinggalannya dari dunia Barat mereka bangkit berusaha merebut kembali kejayaan dunia Islam tempo dulu dengan terbentuknya berbagai macam organisasi oleh tokoh-tokoh pejuang dan ulama-ulama terkemuka, salah satu contohnya adalah Sayyid Quthub dengan garakan Ikhwan al-Muslimin-nya. 6 Sayyid Quthb mempertegas tentang politik negara atau pemerintahan Islam, ia menyebutkan : Pemerintahan Islam itu supra nasional, meskipun dia menolak dipergunakannya istilah imperium. Wilayah negara meliputi seluruh dunia Islam dengan sentralisasi kekuasaan. pada pemerintahan pusat, yang di kelola atas prinsip persamaan penuh antara semua umat Islam yang terdapat di seluruh penjuru dunia Islam tanpa adanya fanatisme ras dan kedaerahan, bahkan dalam banyak hal tidak pula mengenal fanatisme keagamaan. 7 Dengan demikian menurut penilaian Sayyid Quthb pemerintah Islam bercorak manusiawi, terutama dengan persepsinya yang kuat tentang kesatuan manusia serta tujuannya yang menghendaki agar seluruh umat manusia terhimpun dibawah bendera persaudaraan atau persamaan. Sebagai tokoh pembaharuan Sayyid Quthb melontarkan ide-ide yang berbeda dengan pembaharuan-pembaharuan sebelumnya, beliau meletakkan dasar-dasar konsep pergerakan politik yang konkrit, bahkan tidak jarang beliau melakukan tindak progresif dan tegas dalam mewujudkan konsep-konsep tersebut, sehingga organisasinya sering mendapatkan tantangan dari pemerintah setempat. Pengaruh Ikhwanul Muslimin yang beliau pimpin 6 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub,h. 79-80. 7 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran Jakarta: UI Press, 1991 , h. 149. tidak saja di Mesir, tetapi telah menjalar ke dunia Islam lain, seperti Pakistan yang menjadi negara Islam tidak luput dari pengaruh ide-idenya. Bertolak dari uraian di atas, maka penulis mengangkat masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: “KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FÎ ZHILÂL AL-QURÂN.

B. Kajian Kepustakaan Literatur Review