nyiakannya?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila suatu urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya”.
Di zaman ini, penguasa bisa menetapkan persyaratan-persyaratan dalam rekrutmen para pejabat. Persyaratan-persyaratan inilah yang diharapkan akan bisa
mengantisipasi jatuhnya jabatan-jabatan pada orang-orang yang tidak berhak.
2. Hak-hak Umum Warganegara
Hak umum warga negara menurut Sayyid Quthb dalah pertama Hak
Persamaan al-musawat. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS Al-Ma-idah: 8. ”
Sayyid Quthb menjelaskan bahwa ketika ‘Amr ibn ‘Ash menjadi wali gubernur Mesir di masa Umar ibn Khaththab, ia sempat menyakiti seorang
warganya karena telah berani mendahuluinya. Akhirnya, warga Mesir tadi mengadu kepada Khalifah Umar. Umar pun menetapkan hukuman balas atas Amr,
seraya berkata,”Wahai Amr, sejak kapan engkau memperbudak manusia padahal sungguh-
sungguh ibunya telah melahirkannya dalam keadaan merdeka?” Umar ibn Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-
Asy’ariy: “Samakanlah setiap manusia dalam majelis-majelismu, di hadapan
wajahmu, dan dalam pengadilan-pengadilanmu, sehingga orang yang
berkedudukan tidak menjadi berharap atas keberpihakanmu, sementara orang yang lemah tidak putus asa terhadap keadilanmu”.
51
Kedua, hak kebebasan al-hurriyyat, yang terdiri dari kebebasan individu
al-hurriyyat al-syakhshiyyat dan Kebebasan Berkeyakinan Beraqidah dan Beribadah. Menurut Sayyid Quthb dalam Islam terdapat prinsip
Bara‟at Al- Dzimmat
, yakni suatu ketetapan bahwa setiap individu pada asalnya adalah bebas dari segala beban dan tuntutan. Berangkat dari sini, setiap warganegara adalah
terbebas dari segala bentuk hukuman selama belum ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Termasuk dalam kebebasan individu adalah kebebasan untuk hidup terhormat. Islam amat menjunjung tinggi kehormatan setiap orang. Pencemaran
nama baik diancam dengan hukuman qadzf hadd al-qadzf. Islam tidak hanya menjaga kehormatan kaum muslim. Dalam Islam, Ahli Dzimmah dijaga
kehormatannya sebagaimana kaum muslim. Rasulullah bersabda ,”Barangsiapa
menyakiti seorang Dzimmi maka aku Rasulullah adalah musuhnya. Dan barangsiapa yang menjadikan aku sebagai musuhnya, maka aku akan
memusuhinya pada Hari Kiamat”.
52
Ali ibn Abi Thalib berkata ,”Ahli Dzimmah
mengeluarkan jizyah hanyalah agar harta mereka seperti harta kita muslim dan darah mereka seperti darah kita dalam hal kehormatannya”.
53
Kebebasan Berkeyakinan Beraqidah dan Beribadah sebagaimana firman Allah Ta’ala,
51
Sayyid Quthb, Fi Zhilal al- Qur‟an, jilid.4, h. 90.
52
Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, h. 58.
53
Usman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h. 331.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. QS Al-Baqarah: 256. ”
Sebagaimana telah dijelaskan di depan, manusia bebas memilih agamanya aqidahnya. Kebebasan memilih inilah yang justru menjadi hal yang tidak boleh
hilang. Jika ini hilang, maka manusia tidak lagi berbeda dengan hewan, tumbuh- tumbuhan, dan benda mati lainnya.
Apabila ada yang bertanya ,”Kalau memang Islam menjamin kebebasan
beragama, mengapa Islam menghukum mati orang yang murtad keluar dari Islam?” Jawabnya, menurut Sayyid Quthb adalah masalah hukuman bagi
seorang murtad sama sekali tidak rancu dengan jaminan Islam atas kebebasan beragama. Apabila seseorang melakukan sesuatu atas pilihannya sendiri, maka
sudah sewajarnya dia harus rela menerima segenap akibat dari apa yang dilakukannya itu. Tatkala seseorang hendak masuk Islam, dia telah mengetahui
bahwa apabila dia masuk kemudian murtad maka dia akan dihukum mati. Hal ini sudah dia ketahui sebelum dia masuk Islam. Jadi, dia tahu bahwa hukuman atas
kemurtadan merupakan bagian dari Islam. Apabila dia masuk Islam setelah itu, maka berarti dia telah rela atas segala konsekuensi tindakannya itu. Bagi orang
yang tidak rela dengan konsekuensi masuk Islam diantaranya hukuman atas kemurtadan, maka janganlah ia masuk Islam. Jadi, sangatlah jelas bahwa Islam
tidak pernah mengebiri kebebasan beragama.
54
54
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal al- Qur‟an, jilid 2, h. 256.
Ketiga, hak umum warga Negara berupa kebebasan bertempat tinggal.
Bagi Sayyid Quthb, setiap warganegara dalam negara Islam bebas bertempat tinggal dan menjadikan tempat tinggalnya itu sebagai kawasan privatnya.
55
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu selalu ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: Kembali
sajalah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Nur: 27-28.
”
Keempat, hak umum warga Negara berupa kebebasan bekerja. Kelima,
kebebasan pemilikan. Keenam,
kebebasan berpikir dan berpendapat. Setiap warga negara berhak untuk berpendapat mengeluarkan pikiran dalam rangka mencapai kemaslahatan.
Bahkan, berpendapat dalam rangka amar makruf nahi munkar bukan lagi hak, akan tetapi sudah menjadi kewajiban. Namun kebebasan berpendapat tidaklah
bersifat mutlak tanpa batasan. Kebebasan ini tetap mempunyai batasan-batasan, antara lain:
a. Didasarkan atas itikad yang baik dan niat yang tulus.
55
Ibid., jilid. 9, h. 44.
b. Tidak boleh ditujukan untuk menjatuhkan pihak lain, membuka aib-aib orang
lain, memprovokasi dan mengadu domba, atau sekedar untuk mencari popularitas.
c. Tidak bertentangan dengan asas-asas ajaran Islam.
d. Hendaknya disampaikan dengan akhlaq etika yang baik.
56
3. Hak Menuntut Ilmu Mendapatkan Pengajaran