Tujuan Negara TEORI POLITIK ISLAM

Keterangan di atas memberikan informasi bahwa menurut Sayyid Quthb, terminologi hukum dalam al-Qur ’ân pada hakekatnya berisi konsep politik tentang kedaulatan tuhan. Setidak-tidaknya merupakan salah satu sistem politik yang khusus karena berbasis hukum din agama. Dengan kata lain, negara yang dikehendaki oleh Islam adalah negara hukum. Dalam negara tersebut berlaku hukum-hukum Allah dan hukum yang di buat oleh Ulil amri sesuai dengan petunjuk-petunjuk al-Qur ’ân.

C. Tujuan Negara

Kata negara secara bahasa memiliki arti suatu masyarakat yang menduduki kawasan tertentu dan diperintah oleh sebuah kerajaan. Ia juga dapat diartikan dengan kawasan yang di bawah kekuasaan kerajaan tertentu, seperti contoh Negara China dan lain-lain. 22 Selain dari itu, negara dapat menjadi terjemahan dari kata-kata asing, yakni state yang diambil dari bahasa Latin yaitu status atau statum . Kedua kata ini lazim diartikan dengan standing atau station. Isitilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan manusia, yang juga sama dengan istilah status civitatis atau status republicae. 23 Negara secara terminologi, menurut Kranenburg sebagaimana dikutip oleh Soehino, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi, terlebih dahulu harus ada sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara kepentingan dari 22 Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dewan Edisi Keempat Ampang: Dawama, 2005, h. 1074. 23 Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan Civic Education: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003, h. 41 kelompok itu. 24 Kesimpulannya negara ditubuhkan oleh bangsa-bangsa kelompok manusia sebagai primier negara, sedangkan negara adalah sekunder. 25 Dede Rosyada menjelaskan bahwa sebagian besar dari tujuan negara adalah sebagai berikut: 1. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata sama ada dari segi daerah jajahan, maupun pengaruh atau ekonomi, seperti Pemerintahan Nazi German atau Amerika Syarikat 2. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum, seperti pemerintahan yang menganut pada sistem demokrasi dan kedaulatan hukum; 3. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum, seperti pemerintahan Uni Soviet, Kuba, China maupun pemerintahan sosialis lainnya, dan seperti Indonesia. 26 Bagi Islam, tujuan sebuah negara adalah menuju kepada kemaslahatan dan kesejahteraan sosial dengan jalan syariat Islam sebagai pedoman menuju pada kemaslahatan. 27 Konsep ini hampir sama dengan sistem teokrasi yang dipelopori Thomas Aquinas dan Agustinus. Menurut sistem ini, tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Sedangkan pemimpin menjalankan kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya. 28 Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al- Qur‟ân, ketika Tuhan mengatakan kepada Daud ketika dilantik menjadi pemegang kekuasaan dalam 24 Soehino, Ilmu Negara Yogyakarta: Liberty, 2000, h. 142. 25 Ibid., h. 142-143. 26 Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan Civic Education, h. 43. 27 Majlis Musyawarah PP. al-Falah, Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il Kubro 06 Kediri: MMPA, 2006, h. 12. 28 Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan Civic Education, h. 44. negara supaya berlaku adil dalam memberikan hukum kepada manusia, dan jangan memperturutkan kehendak hawa nafsu QS. Shaad38: 26. 29                                 “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah penguasa di muka bumi, Maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. ” Hukum Qur’ân mengajarkan bahwa kekuasaan yang ada dalam tangan pemegang kekuatan negara tidak boleh dijalankan sesuka hati. Hukum Qur’ân bertentangan dengan ajaran Friederich Engels yang mengatakan bahwa negara itu dikuasai oleh pertumbuhannya dialektika yang materialistis. 30 Pertentangan- pertentangan antar golongan masyarakat itu yang akan menentukan ke arah mana akan menuju. Negara tidak usah diberi tujuan dan biarkan saja mengalir sesuai dengan pertumbuhannya. Hukum Qur’ân juga menolak teori dan ajaran Dante yang mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah supaya tercapainya kehidupan rohani yang suci menurut kehendak Tuhan. Hal ini tidak akan tercapai, apabila di atas dunia ini berdiri berbagai negara. Untuk mencapai tujuan di atas maka negara-negara yang ada harus dilebur menjadi satu imperium dunia yang diperintah oleh seorang kaisar. 31 29 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal al- Qur‟an, jilid. 7, h. 93. 30 Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi; Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan Jakarta: Kanisius, 2008, h. 36. 31 I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, h. 129. Menurut Sayyid Quthb, jika semua negara berpegangan pada ajaran Friederich Engels dan Dante ini maka masing-masing negara akan berusaha memberikan satu imperium dunia. Masing-masing negara itu akan merasa bahwa merekalah yang mempunyai kewajiban dan hak untuk membentuk imperium tersebut. Hukum Qur’ân tidak saja memerintahkan supaya rohani umat manusia itu menjadi luhur, tetapi memerintahkan pula supaya kehidupan lain menjadi sempurna sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qurân surat Al-Baqarah2: 212,                        “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang- orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. ” Montesquieu dan Kant mengajarkan bahwa tujuan negara adalah untuk memberikan kebebasan dan kepastian hukum kepada rakyat. Apabila undang- undang negara sudah dibuat oleh badan legislatif, dan telah dijalankan oleh pemerintah eksekutif, dan apabila ada orang yang melanggar maka pelanggar itu akan dihukum oleh badan kehakiman judikatif maka sudah tercapailah tujuan dari negara itu. Tetapi pada masa fungsi negara sudah semakin luas dan besar seperti yang terjadi pada saat sekarang teori tersebut sudah tidak dapat dipakai lagi karena beraneka ragam perkembagan dalam bidang apapun seperti teknologi, ekonomi dan lain-lain yang pada ahirnya akan memberikan keanekaragaman tujuan dari negera tersebut. 32 Menurut Sayyid Quthb, al- Qur’ân sebagai hukum abadi dan berlaku di semua tempat dan zaman dengan satu kalimat dalam surat al-Nisâ4:53 bisa 32 Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, h. 47. dipahami bahwa tujuan kekuasaan dalam negara itu adalah untuk melaksanakan kebajikan, yaitu:            “Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan kekuasaan ? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun kebajikan kepada manusia. ” Maka dalam pembahasan tujuan negara menurut al- Qur’ân, menurut penafsiran Sayyid Quthb, memberikan keterangan bahwa dalam hal apapun negara tidak boleh melepaskan begitu saja dan harus ada campur tangan dari Negara demi menjaga dan menjamin ketentraman dan kesejahteraan seluruh warga Negara di seluruh alam semesta ini.

D. Prinsip-prinsip Pemerintahan