Lokasi Penelitian Sejarah Lokasi

18

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas. Daerah ini secara fisik telah mengalami perkembangan, dengan adanya sarana dan prasarana kota seperti air bersih, kesehatan, pendidikan, penerangan, pabrik-pabrik dan lain-lain. Kelurahan Timbang Deli mamiliki 15 Lingkungan dan dikepalai oleh seorang Lurah. Dari berdirinya Kelurahan Timbang Deli ini hingga tahun 1973 secara administrasi merupakan wilayah dari Kecamatan Patumbak, Deli Serdang. Namun, sejak tahun 1974 hingga sekarang ini, secara administrasi menjadi Kelurahan Timbang Deli yang berada dalam wilayah administratif Kotamadya Medan.

B. Sejarah Lokasi

Sekitar tahun 1950-an Kelurahan Timbang Deli sudah berdiri. Pada awalnya Timbang Deli merupakan daerah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat. Masyarakat yang pertama sekali membuka hutan tersebut adalah masyarakat yang beretnis Melayu. Menurut kisah, Timbang Deli pertama sekali berdiri bernama Sinong Rejo dalam bahasa Jawa, yang artinya “Senang Makmur” atau “Suka Makmur”. Perubahan nama terjadi dimulai pada tahun 1965, saat itu terjadi konflik tanah 19 didaerah Kecamatan Patumbak Kampung. Konflik tanah tersebut terjadi karena tidak adanya batasan kepemilikan tanah yang jelas 4 Kepemilikan sumberdaya dengan cara seperti itu, akhirnya menimbulkan masalah, karena batasa-batas tanah yang tidak jelas dan tidak memiliki legitimasi hukum yang menguatkan kepemilikan. Akibatnya sering terjadi perselisihan yang disebabkan karena kepemilikan yang tidak jelas tersebut. Menurut cerita, penyebab permasalahan tersebut berawal dari si Gara-gara. Dia melemparkan sebuah tombak untuk membuat batas tanahnya, tombak yang dilemparkannya itu ternyata sangat jauh sekali jatuhnya. Hal ini membuat banyak pihak yang tidak senang, sehingga terjadilah konflik yang berlangsung lama,hingga terjai kesepakatan diantara mereka. Pada saat perdamaian dilakukan dicapailah satu kesepakatan, yang kemudian berdasarkan musyawarah disepakatilah tempat si Gara-gara melamparkan tombak dinamakan Desa Sigara-gara. Lalu tempat . Kepemilikan tanah pada waktu itu dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan melemparkan biji pinang. Biji pinang dilempar sejauh mungkin, dimana biji pinang itu jatuh maka secara otomatis tempat jatuhnya biji pinang itu menjadi batas tanah dari orang yang melemparkan biji pinang tersebut, dan tanah itu menjadi haknya. Tanah yang telah menjadi hak si pelempar tersebut, selanjutnya ia sebut sebagai “ajuang ambo” dalam bahasa Melayu yang artinya milik saya, ini maksudnya orang tersebut berhak atas kepemilikan tanah tersebut. 4 Konflik tersebut terjadi antara masyarakat Melayu selaku masyarakat yang pertama sekali membuka hutan dan Masyarakat Jawa 20 melintasnya tombak dinamakan Desa Lantasan, serta tempat jatuhnya tombak dinamakan Desa Patumbak. Sedangkan tempat berlangsungnya perdamaian dinamakan desa Timbang Deli. Desa Timbang Deli inilah kemudian menjadi jantung dari Kelurahan Timbang Deli sekarang. Sejak saat itu, perdamaian mengenai perebutan lahan dan konflik akibat penguasaan tanah seperti dalam cerita tersebut tidak pernah terjadi lagi hingga sekarang ini. Masyarakat asli Kelurahan Timbang Deli ini adalah masyarakat beretnis Melayu, akan tetapi sekarang ini telah banyak pendatang yang masuk ke daerah Timbang Deli, sehingga hamper tidak ada lagi masyarakat yang beretnis Melayu yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli ini. Masyarakat aslinya lebih banyak berada dan tinggal di daerah Patumbak Kampung. Sedangkan Kelurahan Timbang Deli labih banyak ditingali oleh para pendatang, karena di Kelurahan Timbang Deli banyak terdapat Pabrik-pabrik industri. Pendatang umumnya bekerja sebagai buruh industri, hamper 60 mereka menempati ruang dari Kelurahan Timbang Deli.

C. Letak Geografis