Teori Sektor Teori Konsektoral Tipe Amerika Latin

yang dominan untuk spesies yang dominan. Disini terjadi proses persaingan dimana yang kuat akan mengalahkan yang lemah yang akan mendominasi ruangnya.

1. Teori Sektor

Teori ini dikemukakan oleh Humer Hoyt 1939 yang mengemukakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona konsentrik saja, tapi dalam sektor-sektor dengan jenis perkembangan yang serupa. Seperti daerah perumahan dapat berkembang keluar sepanjang adanya hubungan transportasi. Humer Hoyt mengidentifikasi 5 zona penggunaan tanah perkotaan yaitu : Gambar II.2 Teori Sektor Secara umum kedua teori diatas menggambarkan rangkaian perkembangan pola tata guna lahan pada kawasan perkotaan dari zona kosentrik menjadi sektor saat jaringan transportasi dan jalan raya memperpanjang pola penggunaan lahan dan berkembang pusat-pusat baru dengan berkembangnya transportasi dan ekonomi yang menambah dimensi-dimensi baru terhadap penggunaan tanah. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

2. Teori Konsektoral Tipe Amerika Latin

Suatu pandangan lain yang menunjukkan aplikasi gabungan antara teori konsentris dan sektor dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford 1980 dalam artikelnya berjudul ”A model of Latin American city structure” dimuat dalam majalah Geographical Review, 1980 : 70 pp 397 - 422. Griffin - Ford menunjukkan model struktur keruangan internal untuk kota-kota di Amerika Latin, merupakan kombinasi unsur-unsur tradisional dan modern yang mengubah citra kotanya. Adanya sektor permukiman klas elite, jalur perdagangan, zone konsentris melingkar yang menggambarkan ”distant decay principles” mengenai kualitas permukimannya. Gambar II.3 Teori Konsektoral Penjelasan ke-6 zona tersebut adalah sebagai berikut : 1. CBD Central Business District, derah pusat kegiatannya sangat dinamis, gejala spesialisanya semakin terlihat, merupakan tempat utama perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan, ditunjang sentralisasi sistem transportasi dan sebagian besar Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 penduduk masih tinggal dibagian dalam kota innersections. Proses perubahan yang pesat mengancam keberadaan bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah berbatasan dengan CBD masih banyak tempat yang agak longgar spacious, untuk kegiatan ekonomi pasar lokal, daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran. 2. Zona PerdaganganIndustri Commercial SpineSector, letak jalur ini menjari dari pusat kota CBD kearah luar dikelilingi permukiman elite. Sektor perdagangan yang menjari perluasan CBD, banyak urban, fasilitas perkotaan, perumahan elite. Zona Permukiman Klas Elite, letak jalur ini di kiri kanan jalur komersial utama, memanjang sampai ke pinggiran kota, merupakan fasilitas terbaik menjari dari pusat kota CBD ke arah luar. Peraturan ”zoning and land use control” berlaku pada daerah ini. Sehingga golongan penduduk klas tinggi pindah ke arah pinggiran kota, tempat tinggal yang lebih modern dengan halaman luas, sementara daerah yang ditinggalkan akan diisi golongan penduduk bawah. Gejala pertumbuhan golongan ini mendorong tumbuhnya perumahan-perumahan yang cukup baik di pinggiran kota. Adanya jalur komersial perpanjangan CBD memungkinkan penduduk menikmati fasilitas kota dengan mudah namun persentasenya sangat kecil dibanding jumlah penduduk metropolitan. 3. Zona perkembangan yang lanjut perkembangannya Zona of Maturity, termasuk daerah permukiman yang kondisinya cukup baik. Pada kota yang sudah termasuk tua banyak terdapat rumah-rumah tradisional yang ditinggalkan penduduk pindah Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 ke zona yang lebih baik, namun zona ini mulai mengalami peningkatan kualitas perumahan dan lingkungannya. Penduduk berusaha memperbaiki rumah khususnya tidak mampu menjangkau perumahan elite. Transformasi morfologi vertikal respon ke lingkaran ruang di kota dan transformasi ekonomi vertikal cukup baik dengan kepadatan bangunan yang sama dengan bangunan di pinggiran kota, hanya struktur yang berbeda dan kepadatan penduduknya lebih kecil dari daerah pinggiran. Namun fasilitas kehidupan kota cukup lengkap. Pertumbuhan penduduk lebih lambat dari daerah pinggiran. Sehingga kenampakan kota tidak terkesan semrawut dibanding daerah yang mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. 4. Zona mengalami perkembangan setempat Zone of Insitu Accretion, kualitas hunian sederhana, peralihan ke zona dewasa. Variasi perumahan berbagai tipe, ukuran, kualitas namun ada satu dua rumah yang bagus. Pembangunan perumahan dan lingkungan dinamis dan cepat, terkesan perumahan semrawut. Fasilitas permukiman tidak selengkap zona 4. Zona yang banyak ditempati permukiman liar Zone of Peripheral Squatter Settlements, perumahan dan fasilitasnya paling buruk kondisinya. Umumnya kaum migran menginginkan biaya akomodasi lebih murah dibanding di kota. Kurangnya kemampuan keuangan pemerintah menyediakan fasilitas perumahan, mereka membuat rumah seadanya, sebagian belum menikmati fasilitas kota. Kehidupan penduduknya sangat marginal. Permukiman liar mendominasi dan perlunya peningkatan prasarana. 1 Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

II.2 Sistem Tataguna Tanah dan Transportasi

Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas pada sebidang lahan. Dalam pemenuhan kebutuhannya manusia melakukan perjalanan antara tata- _________________ 1 Hadi Sabari Yunus dalam buku “Struktur Tata Ruang Kota” penerbit Pustaka Pelajar, 1999. guna tanah menggunakan sistem jaringan transportasi. Beberapa interaksi dengan telekomunikasi namun semua memerlukan perjalanan, menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Sasaran umum perencanaan transportasi, interaksi mudah dan efisien. Sebaran geografis antara tataguna tanah sistem kegiatan serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi sistem jaringan digabung mendapatkan volume dan pola lalu lintas sistem pergerakan dan efek timbal balik terhadap lokasi tataguna tanah yang baru dan perlunya peningkatan prasarana. 2 Sistem sirkulasi kota sebagai perangkat fisik kota meliputi pola, bentuk, perlengkapan jalan lalu lintas dan tempat parkir. Salah satunya pola jaringan jalan Grid. 3 Data penggunaan lahan yang terinci, analisa kepadatan lahan pemukiman terbangun dengan jarak dari pusat makin meningkat Mieszkowski dan Smith, 1991, 184. 4 Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

II.3 Perhitungan Statistik

Dalam pertumbuhan kota menggunakan perhitungan statistik yang berisikan informasi mengenai cara kota tumbuh dan berubah untuk direncanakan dan pola pengaturannya. Informasi tersebut adalah : _________________ 2 Hernan A. Makse Research dalam Jurnal ”Urban Dynamics Urban Growth”, 1995 3 Ofyar Z. Tamin dan Russ Bona Frazila dengan judul Penerapan Konsep Interaksi Tataguna Lahan- Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi dalam jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 4 Morris, AEJ ”History of Urban Form”, 1979. 1. Distribusi ukuran kota kaitannya dengan wilayah dan populasi. 2. Berhubungan dengan individu kota dan keseluruhan sistem kota. 3. Interaksi atau korelasi antara kota dengan saling ketergantungan. 4. Efektifitas dan keterkaitan kebijakan perencanaan lokal yang diarahkan untuk mengatur pertumbuhan. 5 Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk adalah komposisi penduduk, yang menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan perubahan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alami tapi melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Dari perubahan dan perkembangan kependudukan dapat ditarik berbagai kesimpulan untuk dasar penentuan berbagai kebijaksanaan pembangunan. 6 Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

II.4 Aplikasi dari Teori I. Proses Perencanaan

Proses perencanaan transportasi dan perubahan lahan saling berkaitan. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi dan aktivitas pembangunan. Peningkatan fasilitas transportasi berdampak terhadap perubahan tataguna lahan yang bermanfaat dan berdaya guna bila pengendaliannya diupayakan. _________________ 5 Su wardjoko Warpani dalam bukunya “Analisa Kota dan Daerah”, ITB Bandung, 1980. 6 Richard Bolan, Thomas Luce, Hin Kan Lam dalam Jurnal ”Can Urban Growth be Contained”, 1997. Penyediaan Peningkatan Sistem Transportasi Penurunan Tingkat Pelayanan Sistem Transportasi Peningkatan Aksesbilitas Peningkatan Harga Jual Lahan Meningkatnya Konflik Lalu Lintas Meningkatnya Bangkitan Perjalanan Meningkatnya Permintaan untuk Perubahan Peruntukan Lahan Gambar II.4 Hubungan Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Berdasarkan gambar diatas, aksessibilitas urgen bagi para pengembang lahan yang sering menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud. Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan sulit dilakukan karena sifat manusia dan kota yang dinamis. Untuk itu suatu keseimbangan antara perubahan tataguna lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan. Data-data terkumpul disesuaikan dengan variabel dengan metode Kompilasi Data. Kemudian dievaluasi meliputi penyebaran penduduk, fasilitas, jaringan jalan, peruntukan lahan, perubahan peruntukan lahan, sebelum dan setelah pelebaran jalan dari tahun 19952005. 2 Mengkaji secara teoritis untuk memperoleh landasan teori melalui penelitian pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan diktat catatan kuliah. 3 Mengkaji evaluasi peruntukan lahan dengan arahan kebijaksanaan yang ada. III.1 Konsep Arah Pengembangan Kota Medan 1. Menurut RUTR Kota Medan Tahun 19952005 Konsep arah pengembangan wilayah Kota Medan dengan konsep pembentukan struktur tata ruang yang membagi dan memanfaatkan wilayah fungsional kota antar bagian wilayah dalam kota dan hubungannya dengan luar kota. Sebelum penetapan struktur ruang, wilayah Kota Medan terdiri dari 3 bagian yaitu Kota Medan Utara KMU, Kota Medan Tengah KMT, Kota Medan Selatan KMS dengan perbedaan perkembangan kota ditetapkan konsep hubungan fungsional antar bagian wilayah dan pembangunan dengan daerah sekitarnya Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 sehingga diperoleh strategi pengembangan dan arah pengembangan tata ruang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut ini. Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1993 tentang RUTRW Propinsi Dati-I Sumatera Utara yakni Kota Medan pusat : pemerintahan propinsi, distribusikolektor antar propinsi, pendidikan tinggi, pelabuhan internasional, perhubungan, perindustrian, pariwisata. Berdasarkan pertumbuhan fisik dan pengaruhnya dikembangkan dengan 3 sistem ruang yaitu, 1 Sistem kota pusat lingkungan kota pusat kegiatan utamakutub pertumbuhan. 2 Sistem produksi industri dan pertanian termasuk wilayah cadangan. 3 Sistem ruang kota sebagai wilayah pemukiman ideal. Perubahan model Kota Medan dari satu pusat dengan enam sub pusat versi Rencana Induk Kota Medan tahun 1974-2000 menjadi satu pusat dengan empat sub pusat versi Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 1995-2005. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut ini.

2. Perkembangan Kawasan Perbatasan dan Perkotaan Rencana Umum Tata