Peningkatan Kualitas Pelayanan di Bidang Infrastruktur maupun jasa.

99 cukup baik, karena kegitan tersebut akan meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk semakin meningkatkan kinerja BPPKB Kota Medan, maka diberikan tunjangan kepada pelaksana program kegiatan.

d. Peningkatan Kualitas Pelayanan di Bidang Infrastruktur maupun jasa.

Gambar V.5 : Konseling KB di Kecamatan Medan Deli 2012 Sebagai lembaga pemerintah, BPPKB Kota Medan juga menyadari, selain menjalin kerjasama dengan lembaga lain baik swasta maupun pemerintah, dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia maka hal yang paling penting adalah diperlukan juga pembenahan di dalam BPPKB itu sendiri. Dalam hal ini, BPPKB melakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar mutu yang baku oleh tenaga profesional. Dinamika Gerakan Keluarga Berencana Nasional GKBN yang semakin berkembang menuntut adanya peningkatan mutu dan profesionalisme dalam pengelolaannya sejalan dengan kemajuan iptek yang ada. Salah satu tujuan meningkatkan profesionalisme tenaga ini adalah dalam Universitas Sumatera Utara 100 upaya mengembangkan desentralisasi manajemen yang menghendaki pengelolaan yang lebih mampu dan mandiri. Ada beberapa langkah yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Medan. 1. Pelayanan Konseling KB Salah satu kebijakan yang dilakukan BPPKB Kota Medan dalam hal peningkatan kualitas pelayanan dalam rangka pengendalian laju pertumbuhan penduduk adalah dengan melakukan pelayanan konseling KB. Menurut Kepala BPPKB Kota Medan, Pulungan Harahap, pelayanan konseling dalam hal KB sangat penting, karena ada beberapa masyarakat yang malu – malu untuk mengatakan masalahnya secara terbuka. Dengan adanya pelayanan khusus, masyarakat tidak perlu lagi merasa malu untuk mengatakan permasalahannya khususnya masalah alat – alat kontrasepsi yang aman dan baik untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung program pelayanan konseling KB tersebut, BPPKB Kota Medan melakukan pelayanan konseling melalui puskesmas dan rumah sakit pemerintah serta dibentuknya tim KB Keliling. Wawancara dengan kepala BPPKB ibu Pulungan Harahap 18 Maret 2013 Berdasarkan hasil observasi, kebijakan yang diambil pemerintah dalam hal konseling tersebut sangat efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan penduduk Universitas Sumatera Utara 101 kota Medan. Melalui konseling KB tersebut maka, jumlah masyarakat pengguna KB dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tabel V.2 PERKEMBANGAN TINGKAT KESERTAAN BER KB DARI TAHUN 2008 -2012 TAHUN JUMLAH PERSENTASE PESERTA KB TERHADAP PUS PESERTA KB PUS 2008 196.569 313.400 62,72 2009 202.490 319.004 63,47 2010 209.292 325.511 64,29 2011 210.252 326.122 64,47 2012 225.672` 329.110 68,57 Keterangan PUS = Pasangan Usia Subur Sumber : Data BPPKB Kota Medan 2013 Dari data tersebut diatas kita melihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kesertaan ber KB di masyarakat. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa konseling KB yang diberikan kepada masyarakat semakin lama semakin dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat semakin menyadari penting nya ber KB demi mewujudkan keluarga yang sejahtera. Ada beberapa alasan masyarakat yang mengikuti konseling KB, yakni jumlah lahan yang semakin sempit sementara kebutuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat. Zaman dulu, tanah lahan untuk diolah masih banyak, sehingga semakin banyak anak maka semakin banyak tenaga kerja untuk mengolah lahan sawah yang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat saat Universitas Sumatera Utara 102 itu, sedangkan sekarang jumlah penduduk yang semakin besar mengakibatkan semakin sempitnya lahan untuk diolah. Semakin sempitnya lahan yang digunakan memotivasi masyarakat untuk menekan jumlah anak. Wawancara dengan salah satu warga Medan Deli tanggal 10 Januari 2014 Selain faktor alam yang semakin sempit tersebut, maka pekerjaan juga atau profesi juga mengakibatkan masyrakat melakukan KB. Untuk ibu-ibu PKK bayangkara sekali adanya kegiatan konseling KB rutin setiap 3 bulam sekali mengakibatkan masyarakat mengerti dan tertarik untuk ber KB. Selain itu, untuk PNS sendiri dilakukan pembatasan jumah anak tanggungan juga meningkatkan penekanan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu faktor stres dalam pekerjaan juga mengurangi intensitas dalam melakukan hubungan suami istri, sehingga jumlah anak pun dapat dikendalikan. Wawancara dengan warga Medan Deli ibu Ani tanggal 10 Januari 2014. Dari pemaparan dan tabel keikut sertaan masyarakat Kota Medan serta kebijakan yang ditetapkan BPPKB Kota Medan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menanggulangi jumlah penduduk Kota Medan, BPPKB Kota Medan telah melakukan tugas nya dengan baik. BPPKB Kota Medan menetapkan kebijakan dengan menyediakan konseling KB dengan bekerjasama dengan puskesmas dan rumah sakit serta dibentuknya tim KB Keliling. Dari kebijakan yang ditetapkan tersebut terlihat peran serta masyarakat dalam ber KB semakin meningkat. Salah satu masyarakat kota Medan juga merasakan adanya manfaat yang dirasakan setelah mengikuti konseling KB. Universitas Sumatera Utara 103 2. Pengelolaan Jasa Pelayananpemasangan Alat Kontrasepsi Gambar V.6. Pemasangan alat kontrasepsi gratis oleh BPPKB berkoordinasi dengan puskesmas 2012 Peningkatan kualitas SDM yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya terlihat secara langsung pada saat pemasangan alat kontrasepsi. Setelah melakukan sosialisasi mengenai apakah alat kontrasepsi tersebut, maka dilakukan juga pemasangan langsung alat kontrasepsi kepada masyarakat. Dalam pemasangan alat kontrasepsi kepada masyarakat dilapangan maka akan ditemukan repon yang berbeda-beda. Masyarakat yang ekonominya rendah dan tingkat pendidikan lebih sulit diberi pemahaman tentang pemasangan alat kontrasepsi. Masyarakat yang pendidikannya rendah tersebut sering menganggap bahwa ini merupakan proyek pemerintah, dimana yang diuntungkan dari kegiatan tersebut adalah pemerintah. Namun pada kenyataannya, kegunaan KB tersebut Universitas Sumatera Utara 104 justru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kurang mampu tersebut. Wawancara dengan ibu Yanthi PLKB Medan Deli tanggal 21 Maret 2013. Jika kita melihat fasilitas yang telah disediakan pemerintah dalam mengani laju pertumbuhan penduduk itu sendiri sebagai berikut: TABEL V.3 BANYAKNYA KLINIK KB YANG MENURUT STATUS DAN KECAMATAN Tahun Status Klinik KB Kind of Clinic Depkes ABRI IPL Swasta 2009 80 10 2 104 2010 82 11 111 2011 80 10 111 2012 90 6 111 Sumber : BPPKB Kota Medan 2013 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah telah menyiapkan Klinik yang dapat membantu masyarakat dalam penanganan masalah KB. Jumlah klinik yang disiapkan oleh pemerintah tersebut tidak konstan, ada yang mengalami penurunan dan ada juga yang mengalami kenaikan. Ketidak konstanan klinik pemerintah tersebut berbanding lurus dengan minat masyarakat terhadap pelaksanaan program KB, artinya jika masyarakat semakin banyak yang tertarik dalam program KB, maka jumlah klinik yang disediakan pun akan semakin banyak. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa pelayanan terhadap program KB Universitas Sumatera Utara 105 lebih banyak disektor swasta daripada pemerintah. Klinik yang didirikan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat dalam menangani masalah KB. TABEL V.4 BANYAKNYA AKSEPTOR KB MENURUT ALAT YANG DIGUNAKAN TAHUN ALAT YANG DIGUNAKAN JUMLAH PIL IUD KONDOM SUNTIK LAINNYA 2008 65. 542 29.097 9.062 66.382 26.486 196.569 2009 66.300 29.786 10.352 67.802 28.250 202.490 2010 67.825 32.251 12.526 67.852 28.838 209.292 2011 67.925 32.526 12.927 68.025 28.849 210.252 2012 69.012 31.927 15.125 70.232 39.326 225.672 Sumber : BPPKB Kota Medan 2013 Dari tabel diatas tersebut terlihat bahwa tingkat kesertaan masyrakat dalam ber KB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jika dilihat dari alat KB yang digunakan, masyarakat lebih banyak memilih menggunakan pil KB dan Suntik, hal ini disebabkan oleh keamanan dalam penggunaan alat tersebut. Di samping itu, penggunaan pil KB dan suntik tersebut tidak menghalangi hubungan keharmonisan dalam keluarga. Sejak tahun 2011, BPPKB kota Medan mulai gencar melakukan penyetaraan dalam hal ber KB. Dengan slogan “Perempuan berKB sudah biasa, laki-laki KB Luar Biasa”, dimana pria juga partisipasi aktif dalam mengikuti Universitas Sumatera Utara 106 program KB. Namun pada kenyataannya, pada umumnya masyarakat yang melakukan KB tersebut adalah adalah perempuan, dimana 90 pengguna KB itu sendiri adalah perempuan. Dari data diatas juga terlihat jelas bahwa suntik, IUD serta pil merupakan pilihan terbanyak yang dilakukan masyarakat dalam ber KB dimana alat kontrasepsi tersebut ditujukan kepada perempuan. Kegiatan KB untuk pria itu sendiri sudah ada yakni dengan pemakaian kondom, obat, ultrasonografi serta vasektomi. Masyarakat pada umumnya tidak terlalu tertarik menggunakan kondom karena kepuasan yang diperoleh kurang, sedangkan pil KB untuk pria merupakan PIL yang berhasiat untuk mengurangi kecepatan sperma sehingga proses pembuahan dapat dikendalikan, namun peredaran pil tersebut masih terbatas serta harga nya sangat mahal. Sementara itu, Ultrasonografi juga berguna untuk memperlambat pergerakan sperma namun efek samping yang ditimbulkan adalah dapat mengakibatkan impotensi. Satu-satu nya kegiatan KB yang familiar di masyarakat adalah Vasektomi namun vasektomi ini dilakukan jika benar-benar sudah tidak ingin mempunyai keturunan lagi. Wawancara dengan ibu Yuslinar bidang PP, tanggal 20 Maret 2013. Dari penjelasan mengenai kegiatan KB untuk pria tersebut, maka penulis menyimpulkan sulitnya mendapatkan fasilitas KB serta efek samping yang sangat berbahaya untuk pria mengakibatkan kurang nya peran serta pria dalam melakukan kegiatan KB. Untuk mencapai kesetaraan dalam ber KB BPPKB Kota Medan terus berupaya melakukan sosialisasi serta mengajak pria dalam ber KB. Satu-satunya Universitas Sumatera Utara 107 kegiatan KB yang aman untuk pria serta mudah untuk dijangkau oleh masyarakat adalah vasektomi. Pada tahun 2012 BPPKB Kota Medan berhasil memecahkan rekor Muri dalam program kegiatan Vasektomi dengan peserta 1.575 akseptor pria. Selain itu BPPKB Kota Medan juga memberikan KB gratis kepada masyarakat kurang mampu seperti pemasangan LIBI Lingkaran Biru, suntik KB berjangka, pemberian kondom, serta pemasangan KB permanen. Wawancara dengan Syafrina kesubbag penyusunan program tanggal 18 Maret 2013 Dalam hal penyetaraan dalam hal ber KB itu sendiri, BKKBN pusat juga mendirikan klinik khusus untuk pria yang ingin melakukan KB yakni knilik SUSI Suami Sayang Istri. Untuk Kota Medan sendiri, klinik SUSI itu sudah berdiri sejak tahun 2011, dimana fokus dari klinik itu sendiri adalah melayani pria yang ingin melakukan kegiatan KB. Namun, dalam klinik tersebut, tidak hanya pria saja yang dilayani, pasangan suami istri baik itu perempuan yang ingin mendapatkan pelayanan KB juga dapat melakukan KB di klinik ini. Dari tabel V.2 mengenai tingkat kesertaan ber KB terlihat bahwa pemasangan alat kontrasepsi di masyarakat dari tahun ke tahun terjadi peningkatan, peningkatan pemasangan alat kontrasepsi tersebut sejalan dengan pengendalian jumlah penduduk. Pada tabel V.3 juga dilihat bahwa pemerintah kota Medan dibawah naungan BPPKB Kota Medan telah menyiapkan klinik yang dapat membantu masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan KB. Dalam hal penyediaan kebutuhan akan alat kontrasepsi, BPPKB Kota Medan telah melakukan peranan nya dengan baik, dimana untuk program keluarga Berncana Universitas Sumatera Utara 108 pada tahun 2012, disediakan anggaran Rp. 2.153.655.000,- dimana anggaran tersebut telah terealisasi 100 untuk kebutuhan keluarga berencana. Jika dilihat dari penyediaan anggaran serta semakin banyaknya masyarakat yang mengikuti KB seharusnya jumlah penduduk di Kota Medan seharusnya sudah terkontrol dengan baik. Namun pada kenyataan nya jumlah penduduk di kota Medan belum dapat dikendalikan. Berdasarkan observasi penulis, ditemukan, selain karena faktor migrasi, pertumbuhan penduduk juga diakibatkan kareana sebagian besar masyarakat memasang atau menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai anak 3 orang atau lebih, sedangkan konsep KB itu sendiri menurut BKKBN adalah 2 anak saja. Dari pemaparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam hal pemasangan alat kontrasepsi, BPPKB Kota Medan telah melaksanakan tugasnya dengan baik, dimana lembaga pemerintah tersebut telah menyediakan fasilitas pelayanan KB gratis kepada masyarakat. Dalam hal anggaran dan biaya juga digunakan sepenuhnya untuk pemenuhan alat dan kebutuhan ber KB, namun kegiatan tersebut tidak mampu mencapai target yang diharapkan karena masyarakat yang menerima tidak melakukannya sesuai dengan harapan BPPKB Kota Medan yakni cukup 2 anak saja. BPPKB Kota Medan tidak dapat memaksakan masyarakat untuk melakukan program KB tersebut karena setiap masyarakat mempunyai hak asasi masing-masing. 3. Pelayanan dan Penanggulangan Side Effect Pasca Pemasangan Alat Kontrasepsi Universitas Sumatera Utara 109 Setiap kegiatan yang dilakukan akan memiliki dampak negatif dan positif, demikian juga dengan pemasangan alat kontrasepsi. Oleh karena itu demi kenyamanan masyarakat setelah menggunakan alat kontrasepsi, pemerintah juga terus memantaunya dan ini sudah dilakukan BPPKB di Kota Medan dengan adanya pelayanan dan sosialisasi awal kepada masyarakat tentang efek yang dapat timbul setelah menggunakan alat ini sehingga masyarakat sudah siap menerima resiko yang ada. Apabila pemasangan alat kontrasepsi terhadap masyarakat mengalami kontra indikasi maka BPPKB Kota Medan sudah siap untuk menyediakan pelayanan untuk menangani masalah tersebut. Pada umumnya kegagalan pada saat pemasangan alat kontrasepsi sangat kecil kemungkinannya, dari 100 masyarakat yang menggunakan KB paling banyak 3 orang yang mengalami kegagalan bahkan tidak ada sama sekali. Hal tersebur masih angka yang wajar, karena sebelum diadakannya pemasangan alat kontrasepsi, maka dilakukan dulu sosialisasi sehingga masyarakat tahu apa itu program keluarga berencana, kemudian adanya konseling untuk mengetahui program KB apa yang cocok baru dilaksanakan program KB. Wawancara dengan ibu Sumiati PLKB Kota Medan V.I.2. Peningkatan Kemandirian dan Pembinaan Kesertaan Ber KB Jalur Swasta.

a. Sosialisasi