60
2. Agar menunggu sertipikat keluar atas nama pihak penjual kemudian keduanya menghadap ke PPAT untuk melakukan transaksi jual beli.
Peranan notaris dalam pembuatan akta perjanjian jual beli yang dimaksudkan di atas sangat besar sekali, karena notaris harus mengakomodir kepentingan pihak-
pihak, sehingga secara hukum adanya kepastian, khususnya pihak pembeli calon pembeli sampai dengan terealisasinya jual beli secara defenitif.
C. Faktor Penyebab Kuasa Mutlak Sebagai Tindak Lanjut Dari Perjanjian
Pendahuluan Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Masih Dapat Diberlakukan
Tanah merupakan faktor yang paling penting di dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia. Namun hal tersebut saat ini sudah langka sekali masyarakat menyebut
tanah sebagai faktor produksi, hal ini disebabkan karena saat ini masyarakat lebih mengandalkan teknologi sebagai faktor produksi.
Walaupun demikian, tak jarang pula ditemukan dalam kehidupan masyarakat berusaha untuk menguasai tanah, yaitu dengan cara jual beli dengan melakukan
perjanjian jual beli dihadapan notaris. Dalam kaitannya dengan peralihan hak atas tanah, pasal 19 UUPA mengenai
Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat 1 mengatakan, “Untuk menjamin kepastian Hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.”
57
57
J. Kartini Soedjendro, Perjanjian Peralihan Hak Atas Tanah yang Berpotensi Konflik, Tafsir Sosial Hukum PPAT-Notaris Ketika Menangani Perjanjian Peralihan Hak Atas Tanah yang
Berpotensi Konflik, Kanisius, Yogyakarta, 2001, Hal. 68.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
61
Untuk memenuhi perintah Pasal 19 ayat 1 tersebut dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang mulai berlaku
tanggal 23 Maret 1961. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut dalam Pasal 19 yang
mengatur mengenai peralihan hak atas tanah menyebutkan : “setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah,
menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan penjabat yang
ditunjuk oleh Menteri Agraria selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Penjabat.”
58
Jadi, jelaslah disini bahwa jual beli hak atas tanah sah apabila dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang, yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.
Para pihak melaksanakan perjanjian jual beli dengan memenuhi persyaratan untuk terjadinya perjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1320
KUH Perdata. 1.
Kata sepakat para pihak 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3.
Suatu hak yang tertentu 4.
Suatu sebab yang halal
58
Ibid
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
62
Menurut Ibu Chairani Bustami, SH, dalam tesisnya, mengatakan bahwa perikatan jual beli yang diikuti dengan kuasa mutlak masih sering dipakai
dikarenakan alasan : 1.
Pihak penjual hendak menunda kewajiban untuk mem bayar PPh Pajak Penghasilan kepada negara sebanyak 5 NJOP apabila NJOP-nya melebihi
nilai Rp. 60.000.000 keatas sebelum akta jual beli ditandatangani, Undang- Undang Nomor 27 Tahun 1996.
2. Menunda kewajiban Pihak pembeli untuk membayar lebih dahulu BPHTB
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan kepada negara sebesar 5 x NJOP Rp. 30.000.000,-. Apabila NJOP melebihi harga Rp. 30.000.000,-
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997.
59
Aspek lain yang menentukan menjadi alasan perikatan jual beli masih digunakan selalu diikuti dengan kuasa mutlak tentunya.
60
1. Pengecekan bersih sertifikat di Kantor Pertanahan memakan waktu lama
tidak ada efisiensi waktu. 2.
Pihak penjual sangat membutuhkan uang tunai segera, pembeli sangat membutuhkan objek jual beli segera menjadi miliknya.
3. Pembeli membeli objek jual beli tidak dipakai untuk diri sendiri tetapi
dijadikan sebagai investasi untuk dijual kembali dengan mendapat keuntungan besar yang diharapkan.
59
Chairani Bustami, 2002, Aspek-aspek Hukum yang Terkait Dalam Akta Perikatan Jual Beli yang Dibuat Notaris Dalam Kota Medan, Tesis, Pasca Sarjana, USU, Medan, Hal. 96.
60
Ibid
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
63
4. Pembayaran jual beli tersebut dilakukan tidak lunas dan sekaligus, tetapi
secara bertahap sesuai perjanjian awal yang telah mereka sepakati. 5.
Masyarakat sangat keberatan khususnya pihak penjualpembeli menaruh keberatan atas nilai jual objek pajak yang tertera di SPPT PBB karena
nilainya jauh di atas rata-rata harga pasar. 6.
Karena pembeli tidak berani membayar kepada penjual harga tanahbangunan sebelum penjual menandatangani akta jual beli PPAT.
7. Penjual tidak diperkenankan menandatangani akta jual beli yang definitif
sebelum kewajiban pajak yang terhutang yaitu PPh dibayar lebih dulu. 8.
NotarisPPAT dilarang untuk menandatangani Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah sebelum PPh dan BPHTB dibayar lebih dulu. Jika ini
dilanggar maka NotarisPPAT terkena sanksi denda Rp. 5.000.000,- perkasus.
Sebelum membahas lebih dalam, terlebih dahulu akan diuraikan tentang perjanjian pokok dan perjanjian bantuan yang lazim disebut dengan perjanjian
pendahuluan. Hal ini dilakukan karena perikatan jual beli disertai kuasa mutlak dapat dikatakan sebagai perjanjian pendahuluan sebelum perjanjian yang sesungguhnya
perjanjian jual beli dilakukan. Perjanjian pada hukum perdata materi dapat dibagi berdasarkan pada sifat hak
dan mencakup perjanjian dalam bidang hukum keluarga, perjanjian dalam bidang hukum kebendaan, perjanjian obligatoir, perjanjian dalam bidang hukum pembuktian
dan perjanjian dalam bidang hukum publik.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
64
Mengenai perjanjian pokok dan perjanjian bantuan ini merupakan salah satu jenis dari perjanjian obligatoir. Dimana yang dimaksud dengan perjanjian pokok
adalah perjanjian yang mempunyai alasan sendiri untuk adanya perjanjian tersebut, sedangkan perjanjian bantuan adalah perjanjian yang alasan dilakukan tergantung
pada adanya perjanjian lain. Perjanjian bantuan berfungsi dan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan,
menegaskan, memperkuat, mengatur mengubah atau menyelesaikan suatu hubungan hukum.
Sebagai perjanjian bantuan, maka perjanjian tersebut adalah berupa perjanjian pendahuluan pactum de contrahendo yaitu suatu perjanjian dimana para pihak
saling mengikatkan diri untuk terjadinya suatu perjanjian barupokok yang merupakan tujuan dari para pihak, misalnya perjanjian pengikatan jual beli.
61
Perjanjian pengikatan jual beli atau perikatan jual beli adalah perjanjian bantuan yang berfungsi sebagai perjanjian pendahuluan dan bentuknya bebas. Pada
umumnya suatu perjanjian pengikatan jual beli atas perikatan jual beli mengandung janji-janji yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh salah satu pihak atau para pihak
sebelum dapat dilakukannya perjanjian pokok yang merupakan tujuan akhir dari para pihak.
Sebagaimana diketahui untuk terjadinya jual beli hak atas tanah di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT harus telah dilunasinya harga jual beli hak atas
tanah tersebut. Dalam praktek dan kenyataannya di masyarakat, tidak jarang terjadi
61
Herlien Budiono, Larangan, Kuasa Mutlak, Majalah Projustitia, Nomor 17 Maret 1982.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
65
suatu keadaan dimana si pemilik hak atas tanah calon penjual yang sertifikat tanah haknya belum terbit atau belum terdaftar atas namanya yang mungkin disebabkan
oleh karena : 1.
Masih dalam proses permohonan hak persertifikatan. 2.
Masih dalam proses balik nama menjadi ke atas namanya yang timbul sehubungan dengan adanya pemindahanperalihan hal, atau
3. Masih terikat sebagai jaminan atas suatu hutang.
Akan tetapi yang bersangkutan bermaksud untuk menjual tanah hak tersebut dan ada orang calon pembeli yang mungkin berkeinginan untuk membeli tanah hak
tersebut dari calon penjual meskipun calon pembeli mengetahui bahwa sertifikat tanah hak yang bersangkutan masih terkendala sebagaimana yang disebutkan di atas
sehingga tidak memungkinkan dibuat dan ditandatanganinya akta jual belinya. Guna mengatasi hal tersebut, maka dibuatlah suatu perjanjian pengikatan jual
beli sebagai suatu perjanjian pendahuluan untuk sementara, menantikan dipenuhinya syarat untuk perjanjian pokok yaitu jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PPAT yang berwenang untuk membuatnya. Oleh karena perjanjian pengikatan jual beli merupakan perjanjian
pendahuluan, maka biasanya dalam perjanjian tersebut memuat janji-janji dari para pihak yang mengandung ketentuan-ketentuan manakala syarat-syarat untuk jual beli
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT telah dipenuhi. Tentu saja para pihak setelah syarat untuk jual beli telah dipenuhi dapat datang kembali untuk
melaksanakan jual belinya dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Akan
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
66
tetapi ada kemungkinan bahwa calon penjualnya berhalangan untuk datang kembali melaksanakan penandatanganan akta jual belinya.
Menurut Notaris Sri Rambah, SH, sesuai dengan hasil wawancara dengan penulis, dikatakan bahwa banyak orang yang hendak datang untuk membuat
perjanjian pengikatan jual beli sebelum terjadinya jual beli itu, dikarenakan dikemudian harinya pihak penjual dikhawatirkan tidak dapat datang untuk membuat
jual belinya sendiri dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
62
Guna mengatasi hal tersebut, maka pembeli diberi kuasa untuk dapat melakukan jual belinya sendiri baik mewakili calon penjual maupun dirinya sendiri
selaku calon pembeli untuk dapat mewakili secara umum hak-hak kepengurusan atas tanah tersebut selama belum dilakukan jual beli dihadapan pejabat yang dimaksud.
Hal mana perlu diingat, bahwa adanya kemungkinan calon penjual tidak berada di tempat untuk melakukan tindakan hukum yang masih merupakan kewajiban
tersebut. Apabila perjanjian pengikatan jual belinya dilakukan dihadapan Notaris, maka
Notaris seyogyanya telah mengantisipasi keadaan itu dengan mencantumkan kuasa- kuasa yang dimaksud untuk itu dengan mencantumkan kuasa-kuasa yang dimaksud
agar calon pembeli tidak dirugikan haknya, mengingat telah dipenuhi semua persyaratan untuk jual belinya dihadapan Pejabat yang berwenang.
62
Hasil Wawancara dengan Notaris Sri Rambah, tanggal 14 April 2008
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
67
Kuasa-kuasa demikian diberikan dengan ketentuan bahwa kuasa mana tidak dapat ditarik kembali dan kuasa mana baru berlaku apabila syarat tangguh atas jual
belinya tidak dipenuhi. Suatu perjanjian pemberi kuasa pada umumnya merupakan suatu perjanjian
sepihak, dimana kewajiban untuk melaksanakan prestasi hanya terdapat pada satu pihak saja yaitu pada penerima kuasa.
Suatu pemberian kuasa tidak selalu memberikan kewenangan untuk mewakili pemberi kuasa. Ada kemungkinan dimana kuasa tidak merupakan bagian dari
pemberi kuasa, tetapi dapat pula dalam pemberian kuasa tersebut diberikan pula wewenang untuk mewakili.
Apabila wewenang tersebut diberikan berdasarkan perjanjian pemberian kuasa, terjadilah perwakilan yang bersumberkan pada perjanjian.
Pada umumnya penerima kuasa dalam melakukan suatu tindakan hukum adalah untuk kepentingan pemberi kuasa, disamping melakukannya atas nama
pemberi kuasa. Menurut Pasal 1814 KUH Perdata, pemberi kuasa dapat menarik kembali
kuasanya manakala itu dikehendakinya. Jika hal ini yang terjadi maka akan mengakibatkan hak-hak dari penerima kuasa dalam hal ini calon pembeli dalam
pengikatan jual beli hak atas tanah sangat dirugikan. Pemberi kuasa yang diberikan dalam rangka suatu perjanjian maka pemberian kuasa tersebut merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari isi perjanjian tersebut yang tanpa adanya kuasa tersebut maka kepentingan penerima kuasa akan sangat dirugikan. Oleh karena itu
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
68
pemberian kuasa dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut harus diberikan beding atau syarat yang tidak dapat ditarik kembali.
Menurut Asser-Scholten-Bregstein : “Hal tidak boleh dicabut karena itu perwakilan yang jika perlu bahkan berlawanan dengan kehendak yang diwakili
adalah mungkin jika perwakilan tersebut merupakan bahagian dari suatu perjanjian lain yang lebih luas rangkumannya, perwakilan itu dapat berlangsung terus selama
perjanjian tersebut masih berjalan.”
63
Maka dapatlah dipertanyakan disini dasar hukum mengenai syarat tidak dapat ditarik kembali dalam kuasa mutlak dapat diperjanjikan kembali oleh para pihak atau
dicabut kembali. Pemberian surat kuasa mutlak tidak diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, namun diakui keberadaannya di dalam lalu lintas bisnis
dimasyarakat yang oleh beberapa putusan Hakim dipandang sebagai “bestending en gebruikekijding”.
64
Sebagaimana diketahui bahwa ketentuan Undang-Undang mengenai perjanjian menganut sistem terbuka dan asas kebebasan berkontrak. Berarti, bahwa
setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian mengenai apa saja, dengan siapa saja serta memakai syarat dan bentuk yang bebas ditentukan oleh para pihak sepanjang
tidak ditentukan lain oleh Undang-Undang dan hal tersebut akan mengikat pihak- pihak yang membuat sebagai Undang-Undang. Selain bersifat terbuka, ketentuan
63
Ali Sofyan Husein, Ekonomi Politik Penguasaan Tanah, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995, Hal. 92.
64
Harifin A. Tumpa, Surat Kuasa Mutlak, Varia Peradilan Nomor 142, Juli, 1997, Tahun XII.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
69
Undang-Undang dalam bidang hukum perjanjian juga bersifat mengatur dan tidak memaksa.
Pemberian kuasa mutlak adalah merupakan suatu perikatan yang muncul dari perjanjian, yang diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata, yang mengakui adanya
kebebasan berkontrak, dengan pembatasan bahwa perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan harus dilandasi
dengan itikad baik. Dengan demikian pemberian kuasa yang tidak dapat ditarik kembali adalah
sah apabila : 1.
Beding atau syarat kuasa tidak dapat ditarik kembali diperjanjikan dengan tegas.
2. Kuasa diberikan untuk kepentingan penerima kuasa dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari suatu perjanjian. 3.
Pemberian beding tersebut tidak dilarang oleh Undang-Undang dan Yurisprudensi.
4. dan beding kuasa tersebut dilandasi dengan itikad baik.
Di samping adanya beding tidak dapat ditarik kembali, perlu ditambahkan pula adanya beding tidak akan berakhir karena dasarsebab yang tercantum dalam
Undang-Undang untuk mengakhiri suatu kuasa. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa beding tersebut bersifat sangat
penting mengingat adanya pailissemen atau kematian dari pemberi kuasa atau penerima kuasa, maka kekuasaan tersebut akan berakhir. Dengan adanya beding
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
70
tersebut pada pemberian kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, maka dengan kejadian tersebut adanya pailissemen, kekuasaan akan tetap berlaku. Demikian pula
mengingat bahwa kuasa sedemikian itu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu perjanjian dan adalah tujuan dari pihak-pihak bahwa pemberian
kuasa akan terus berlangsung selama perjanjian itu berlaku tidak dapatlah kuasa tersebut ditarik kembali atau berakhir karena meninggalnya si pemberi kuasa.
Pemberian kuasa dengan beding yang tidak dapat ditarik kembali sering disalahartikan dan dianggap identik dengan kuasa mutlak.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang kuasa mutlak ini, terlebih dahulu akan dibahas mengenai perjanjian dengan asas kebebasan berkontrak. Seringkali
masyarakat banyak salah mengartikan tentang apa itu kebebasan berkontrak, padahal kebebasan berkontrak itu bukanlah kebebasan tanpa batas.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ridwan Khairandy, yang menyatakan bahwa terdapat banyak kritikan atau keberatan terhadap kebebasan berkontrak dan
dalam perkembangannya kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan tanpa batas. Ada sejumlah point penting yang harus diperhatikan sebagai pembatasan terhadap
kebebasan berkontrak dalam sejumlah sistem hukum. Pembatasan kebebasan berkontrak tersebut dilakukan baik melalui peraturan perundang-undangan maupun
putusan pengadilan.
65
65
Ridwan Khairandy, Iktikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, FH UI Pasca Sarjana, 2003, Hal. 27.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
71
Maka kuasa mutlak memang menganut sistem kebebasan berkontrak dan bersifat terbuka, tetapi terdapat batasan-batasan yang dianut yang tidak bertentangan
dengan kesusilaan, ketertiban dan kepatutan serta peraturan hukum yaitu perundang- undangan dan Yurisprudensi yang membatasi kuasa mutlak tersebut.
Pada tanggal 8 Maret 1982 keluar Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak
Atas Tanah, yang ditujukan ke semua Gubernur, Bupati, agar melarang Camat dan Kepala Desa atau pejabat yang setingkat dengan itu membuatmenguatkan pembuatan
surat kuasa mutlak yang pada hakekatnya merupakan pemindahan hak atas tanah. Instruksi tersebut juga melarang pejabat-pejabat Agraria untuk melayani status hak
tanah yang menggunakan surat kuasa mutlak sebagai bahan pembuktian pemindahan hak atas tanah.
Meskipun Instruksi tersebut bersifat intern departemental namun efeknya dirasakan sangat meluas keluar. Timbul semacam dilema pada pihak-pihak yang
tugasnya sehari-hari melibatkan dirinya dalam masalah tanah, termasuk NotarisPPAT. Dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan dalam pengurusan
dokumen-dokumen tanah. Maka kemudian keluar kembali Surat Direktur Jendral Agraria Nomor
5941492AGR Tanggal 31 Maret 1982 yang memuat ketentuan sebagai berikut : “Penggunaan kuasa yang tidak termasuk sebagai Kuasa Mutlak yang dilarang
dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tersebut adalah: 1.
Penggunaan kuasa penuh yang dimaksud dalam Pasal 3 blanko akta jual beli yang bentuk aktanya ditetapkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
11 Tahun 1961.
2. Penggunaan kuasa penuh sebagai dicantumkan dalam perjanjian Ikatan Jual
Beli yang aktanya dibuat oleh seorang Notaris.
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
72
3. Penggunaan kuasa untuk memasang hipotek yang aktanya dibuat oleh seorang
Notaris. Dan penggunaan kuasa-kuasa lain yang bukan dimaksudkan sebagai pemindahan
hak atas tanah”. Perjanjian pengikatan jual beli harus dibuat dihadapan seorang Notaris dengan
akta Notaris untuk memberikan kepastian bahwa kuasa tersebut benar diberikan dalam rangka suatu perjanjian untuk melangsungkan jual beli dan bukan perjanjian
mengenai pemindahan hak yang terselubung. Jadi, yang dilarang untuk kuasa mutlak ini adalah penggunaan kuasa mutlak
yang dimaksudkan sebagai upaya pemindahan hak milik atas tanah dengan maksud- maksud terselubung.
Dalam hal kuasa disini masih diperlukan untuk perjanjian pengikatan jual beli, hanya saja bentuknya dalam praktek NotarisPPAT belum tentu bersifat mutlak.
Kuasa mutlak masih dapat diberlakukan sepanjang kuasa mutlak tersebut bukanlah untuk pemindahan hak dan hak atas tanah. Hal ini disampaikan oleh Notaris
Soeparno, SH., mengatakan bahwa kuasa mutlak masih dapat diberlakukan sepanjang kuasa mutlak tersebut tidak untuk pemindahan hak atas tanah, beliau melihat kuasa
mutlak ini dari sudut pandang yang sempit. Jadi menurut beliau segala kuasa mutlak yang berkenaan dengan tanah adalah dilarang.
66
Dapat terlihat bahwa sepanjang kuasa mutlak bukan bersifat pemindahan hak atas tanah yang mempunyai maksud-maksud terselubung, kuasa mutlak ini masih
dapat diberlakukan.
66
Hasil Wawancara Dengan Notaris Soeparno, pada tanggal 14 April 2008
Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
USU e-Repository © 2008.
73
BAB III TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN KUASA MUTLAK DALAM