Penggunaan Akta Notaris PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK YANG

104 untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah pembeli tanah. 100

B. Penggunaan Akta Notaris

Pada prinsipnya pihak-pihak dalam suatu perjanjian sering mengadakannya secara tertulis atau dalam bentuk akta otentik. Tapi bukan tidak sering pula, bahwa pihak-pihak mengadakannya secara lisan saja. Perjanjian seperti dimaksud lazimnya terjadi dalam suatu perjanjian yang tidak mempunyai akibat yang begitu penting bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan sebagai gambaran dapat diperhatikan bahwa perjanjian yang dilakukan secara tertulis atau dengan akta otentik pada hakikatnya dilakukan adalah dengan tujuan demi terciptanya suatu kepastian hukum serta untuk lebih menjamin pihak-pihak dalam merealisasikan perjanjiannya, kecuali undang-undang telah menentukan bahwa perjanjian yang diadakan harus menurut bentuk yang telah ditentukan. Sebenarnya pihak-pihak tidaklah terikat untuk mengadakan perjanjian dalam bentuk yang tertentu. Dengan pengertian lain, bahwa kepada pihak yang diberikan kebebasan untuk mengadakan perjanjian apakah akan dilakukan secara tertulis ataukah hanya cukup dengan lisan saja. Namun demikian kebebasan yang dimaksudkan bukanlah dalam pengertian yang mutlak. Karena kenyataannya bila ditelaah perundang-undangan, akan dijumpai 100 Saleh Adiwinata, Pengertian Hukum Adat Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, Cet. 2 Bandung, Alumni, 1980, Hal. 21. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 105 suatu ketentuan yang menyatakan bahwa para pihak harus menuruti tata cara atau harus diadakan dalam bentuk tertentu. Misalnya dalam perjanjian penghibahan, bahwa hibah haruslah dilakukan dengan akta notaris kalau tanah belum bersertipikat namun bila tanahnya sudah bersertipikat haruslah dibuat dihadapan PPAT, yang aslinya atau minuta aktanya akan disimpan oleh notaris yang bersangkutan. Hal ini untuk jelasnya dapat dilihat dalam Pasal 1682 KUH Perdata. Demikian pula dalam pendirian suatu perseroan terbatas PT haruslah dilakukan dengan akta notaris untuk keabsahannya. Kekuatan akta sebagai alat bukti adalah merupakan suatu alat bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1870 KUH Perdata. Dan mengenai kekuatan dari akta yang dibuat oleh notaris itu, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Notaris Andreas, SH., Notaris di Medan, responden menyatakan bahwa kekuatan akta notaris itu dapat dilihat dalam hal 101 : 1. Bahwa akta yang dibuat oleh notaris sebagai pejabat umum merupakan suatu akta yang otentik. Dalam hal ini notaris sebagai pejabat umum diangkat dan diberhentikan oleh suatu institusi yang berwenang yang dalam hal ini adalah Departemen Kehakiman Republik Indonesia melalui Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dengan demikian dapat terlihat kekuatan hukum dari akta yang dibuat oleh notaris itu juga diakui oleh institusi tersebut di atas. 101 Hasil Wawancara Penulis dengan Notaris Andreas, tanggal 17 April 2008 Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 106 2. Bahwa notaris menjamin kepastian tanggal dari akta yang telah dibuatnya tersebut. Dalam suatu akta notaris, dibuat tanggal kapan akta itu ditanda tangani oleh para pihak. Dengan demikian kalau nanti sekiranya timbul pemasalahan, maka tanggal dari akta yang telah ditanda tangani oleh para pihak itu merupakan suatu pembuktian waktu. 3. Bahwa di samping hal tersebut di atas notaris juga berkewajiban untuk menyimpan akta yang telah dibuatnya, memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain” Disamping itu, Notaris juga melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut dalam melaksanakan tugasnya : 4. Melakukan legalisasi dan pencatatan akta; 5. Memberikan nasehat hukum mengenai isi dan ketentuan dari akta kepada para pihak secara adil. Berdasarkan pada Pasal 1870 KUH Perdata disebutkan, seandainya terjadi persengketaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, maka apa yang ditentukan dalam akta otentik tersebut dapat atau berlaku sebagai alat bukti yang sempurna, sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat bukti yang lainnya. Disinilah letak keistimewaan serta pentingnya arti sebuah akta otentik, yang dalam praktek sehari-hari memudahkan pembuktian dan memberikan kepastian hukum yang lebih kuat bagi pihak-pihak. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 107 Sehubungan dengan pembuktian akta otentik sebagaimana telah diuraikan di atas, kiranya perlu penulis singgung tentang apa yang dimaksud dengan pejabat umum. Secara umum dapat disebutkan bahwa pejabat umum adalah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, yang diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu. Namun harus dibedakan antara pejabat umum dalam hal ini dengan Pegawai Negeri. “Meskipun Pegawai Negeri sebagai pejabat juga mempunyai tugas melayani kepentingan umum, tapi mereka itu bukan pejabat umum dalam arti Pasal 1868 KUH Perdata. Jadi hanya pejabat umum dalam arti yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUH Perdata itulah yang berhak membuat akta notaris”. 102 Berdasarkan kutipan di atas mungkin sekali pejabat umum juga merupakan pegawai negeri menurut undang-undang pegawai negeri, misalnya pegawai Catatan Sipil atau wakilnya, yang berhak membuat akte kelahiran, akta perkawinan, akta kematian. Biasanya mereka yang disebutkan belakangan ini adalah sebagai Pegawai Pemerintah Daerah disamping tugas-tugasnya sebagai Pegawai NegeriPemerintah juga sebagai pejabat umum dalam arti Pasal 1868 KUH Perdata. Mengenai Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT meskipun mereka adalah pejabat umum tapi sebenarnya mereka bukanlah merupakan pegawai negeri dalam arti perundang-undangan pegawai negeri. Namun demikian ada juga pegawai negeri yang berfungsi sebagai pejabat sebagaimana yang dimaksud yakni sama 102 Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Edisi I, Jakarta, Rajawali, 1982, Hal. 45. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 108 dengan PPAT yaitu Camat, di satu sisi Camat adalah pegawai negeri namun disisi lain Camat dapat juga bertindak sebagai PPAT, selagi di tempat wilayah kerja Camat tersebut belum ada Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Dari uraian di atas nampak dengan jelas bahwa akta otentik itu adalah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum, yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Berdasarkan hal itu pula, secara a-contrario dapat pula digambarkan bahwa bila suatu akta, misalnya untuk suatu perjanjian yang diadakan bukanlah dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang sebagaimana yang dimaksudkan, maka akta tersebut bukanlah sebagai akta otentik tetapi hanya sebagai akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan karena tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, jelas tidak mempunyai kekuatan pembuktian. Mengenai kekuatan formal, maka dapat dikatakan bahwa itu adalah akta dibawah tangan, jika itu diakui oleh para pihak terhadap siapa akta itu dipergunakan dan ini berlaku juga bagi tiap orang. Tentang kekuatan pembuktian materil ini juga ada pada akta dibawah tangan, jika akta itu diakui oleh para pihak terhadap siapa akta itu dipergunakan, tapi sebagaimana halnya dengan akta otentik, maka kekuatan pembuktian materil ini juga hanya berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan, oleh ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari padanya. Berarti bahwa akta di bawah tangan juga dapat berkedudukan sebagai akta otentik, yaitu apabila diakui oleh pihak-pihak yang bersangkutan, atau dikuatkan lagi oleh alat bukti yang lainnya. Oleh karena itu selalu dikatakan bahwa akta di bawah tangan itu merupakan permulaan bukti tertulis. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 109 Sebagai tulisan di bawah tangan, dianggap akta-akta yang ditanda tangani di bawah tangan, surat-surat register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain yang dibuat tanpa perantaraan pegawai umum dan tidaklah memberikan bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya, kecuali dibubuhi pernyataan sebagaimana maksud Pasal 1874 2 dan Pasal 1874 1 KUH Perdata. C. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang Telah Melakukan Peralihan Hak Atas Tanah dengan Memakai Kuasa Mutlak Kuasa mutlak merupakan kuasa yang diberikan bagi dan untuk kepentingan penerima kuasa sehingga yang menjadi permasalahan adalah bagaimana dengan kepentingan pemberi kuasanya itu sendiri. Karena dalam praktek pemberian kuasa yang bersifat mutlak tersebut selalu dihubungkan dengan hak pembeli untuk mengambil hak atas tanah atau objek dalam perjanjian. Pemberian kuasa mutlak dilakukan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli. Pemberian kuasa mutlak disini ditujukan untuk kepentingan penerima kuasa dan harus sudah dilaksanakan, sedangkan hak dari pihak penjual selaku pemberi kuasa segera dapat dipenuhi. Artinya pihak penjual sekarang hanya mempunyai kewajiban dan pihak pembeli hanya menunggu haknya cepat dilaksanakan atau terpenuhi. Namun demikian harus tetap diperhatikan khususnya mengenai tindakan apa yang boleh ataupun tidak boleh untuk dilakukan oleh pihak pembeli yaitu : 1. Bahwa kuasa mutlak tersebut hanya meliputi tindakan pengurusan. 2. Bahwa tindakan pemilikannya kuasa mutlak hanya kepada pihak pembeli, tidak boleh ada substitusi ataupun perpindahan pada pihak lain. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 110 Pihak pembeli dapat bertindak selaku pemegang kuasa mutlak dalam 2 dua kapasitas : 1. Sebagai penjual berdasarkan akta perjanjian pengikatan jual beli 2. Sebagai pembeli sendiri, dalam hal ini tindakan kepemilikannya yang dimaksud adalah diberi hak substitusi untuk memindahkanmengalihkan hak atas tanah tersebut kepada pembeli itu sendiri. Jadi, dapat dikatakan disini bahwa sebenarnya pihak penjual pemegang hak atas tanah yang tanahnya dialihkan berdasarkan kuasa mutlak sebenarnya bukanlah pihak yang harus dilindungi, dikarenakan pihak penjual sudah memperolehmenerima haknya secara penuh. Pihak pembelilah disini yang sebenarnya perlu perlindungan hukum dikarenakan haknya dalam memperoleh tanah tersebut belumlah penuh, sementara kewajibannya untuk membayar penuh telah ia laksanakan. Jika penjual pemberi kuasa dalam hal telah menerima haknya secara penuh, artinya pihak pembeli penerima kuasa telah membayar secara penuh atau lunas seluruh harga dari hak atas tanah, terdapat kemungkinan bahwa penjual pemberi kuasa dapat dirugikan apabila ternyata dalam kesepakatan kedua belah pihak disepakati pembayaran dengan angsuran. Dalam hal ini pihak Notaris haruslah mengambil tindakan yang tepat dalam menangani keadaan seperti yang disebut. Tindakan yang dapat diambil untuk menengahi hal tersebut adalah dengan jalan Notaris membuat akta kuasa mutlak yang mengikuti akta pengikatan jual beli, tetapi akta tersebut masih dipegang oleh pihak Notaris sampai pihak pembeli melunasi sisa hutangnya tersebut. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 111 Contoh tindakan yang dapat diambil NotarisPPAT dalam menangani kasus di atas : 103 1. Jual beli dengan angsuran berdasarkan kesepakatan para pihak. Seseorang menjual tanah kepada pembeli, namun pembeli tidak menginginkan pembayaran secara lunas dengan cara angsuran. Atas kesepakatan kedua belah pihak, mereka menghadap kepada PPAT-Notaris. Apabila mereka menghadap kepada PPAT bukan Notaris yang berpedoman pada ketentuan per Undang-Undangan yang berlaku, maka PPAT tersebut menolak untuk membuatkan aktanya. Akan tetapi, karena PPAT tersebut juga seorang Notaris maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Penyelesaian oleh PPAT-Notaris sebagai berikut : Atas kesepakatan kedua belah pihak, dimana penjual merelakan harga tanah diangsur oleh pembeli, PPAT-Notaris akan membuatkan akta notariil, yaitu Akta Jual Beli dengan angsuran, dan diikuti dengan akta kuasa. Karena harga belum lunas dan diangsur, maka akta kuasa dapat ditahan dan disimpan Notaris sebagai titipan, tidak diberikan kepada pembeli sebelum harga tanah tersebut lunas. Hal ini dikarenakan, apabila akta kuasa diterima pembeli sebelum lunas, dikhawatirkan akan dipergunakan untuk membuat akta jual beli oleh pembeli berdasarkan kuasa tersebut sebagai penjual dan untuk dirinya sendiri selaku pembeli. 103 J. Kartini Soedjendro, Op.cit, Hal. 119. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 112 2. Jual Beli dengan Pembayaran Angsuran dimana Sertifikat Disimpan di Kantor PPAT sebagai Jaminan. A akan menjual tanahnya kepada B. B bersedia membeli, tetapi tidak dilunasi saat itu sehingga hanya dibayar sebagian. Namun demikian, ada sesuatu permasalahan yang mengganggu antara pembeli dan penjual, yaitu pembeli ragu-ragu tentang sertifikat tanahnya, karena sudah membayar lebih dari 50, berkeinginan memegang sertifikat tersebut. Demikian pula penjual merasa bingung mau menyerahkan sertifikat, tetapi merasa harga belum lunas. Apabila tidak ada jalan keluar akan berakibat gagalnya jual beli, sementara sangat membutuhkan uang untuk suatu urusan. Atas kesepakatan kedua belah pihak, mereka sama-sama menghadap kepada PPAT-Notaris untuk menyampaikan permasalahan tersebut. Sebagai seorang PPAT-Notaris, yang bersangkutan dapat memberikan jalan keluarnya dan menempuh tindakan-tindakan sebagai berikut : Karena pembayaran belum lunas, maka dibuatkan akta opsi atau pengikatan jual beli dan kuasa. Kedua akta tersebut dibuat oleh Notaris. Selanjutnya penjual menyerahkan sertifikat kepada PPAT-Notaris, sertifikat tersebut tidak disimpan atau dibawa pembeli, tetapi disimpan di Kantor Notaris dengan perjanjian apabila harga sudah dibayar lunas, penjual segera memberitahu kepada PPAT-Notaris pembeli telah melunasi harganya, menerima sertifikat langsung hari itu juga berdasarkan akta kuasa yang telah dibuat, melakukan jual beli selaku penjual sekaligus untuk dirinya selaku pembeli. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 113 Menurut Notaris Yulhamdi, SH, dalam tindakannya sehari-hari, untuk Akta Perjanjian Jual Beli, biasanya beliau memegang akta kuasa dan juga sertifikat sampai pihak pembeli melunasi harga tanah, dan barulah pihak pembeli dapat menerima akta kuasa dan sertifikat tanahnya. 104 Dalam hal perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah yang haknya dialihkan berdasarkan kuasa mutlak, pihak pembeli adalah pihak yang harus dilindungi haknya oleh hukum. Hal ini disampaikan oleh Notaris Irma Yolanda, SH., mengatakan bahwa pihak pembeli adalah pihak yang dilindungi haknya dengan adanya kuasa mutlak tersebut. Hal tersebut dikarenakan apabila telah terjadi perjanjian tersebut, dapat saja pihak penjual tidak dapat hadir untuk perjanjian yang sebenarnya perjanjian jual beli sehingga disini pihak pembeli dapat dirugikan. Dan apabila tidak dicantumkan kuasa mutlak pihak penjual dapat saja menarik kembali dengan misalnya menyatakan menarik kembali kuasanya tersebut. Karena kuasa dapat saja dicabut oleh pemberi kuasa. 105 Juga dalam hal pihak penjual memerlukan perlindungan hukum untuk kasus- kasu tertentu dalam akta perjanjian jual beli dengan kuasa mutlak, menurut Notaris Syamsurizul A. Bispo, SH., dikatakan bahwa kedudukan pihak penjual untuk kasus- kasus tertentu haruslah dilindungi. Kasus-kasus tertentu tersebut misalnya apabila pihak pembeli pada saat perjanjian disepakati dan dibuat belum membayar secara 104 Hasil Wawancara dengan Notaris Yulhamdi, tanggal 17 April 2008 105 Hasil Wawancara dengan Notaris Irma Yolanda, tanggal 17 April 2008 Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 114 lunas kepada pihak penjual harga yang disepakati. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan cara menahan akta perjanjian tersebut oleh Notaris dan akan diberikan apabila pelunasan telah dilakukan oleh pihak pembeli. 106 Jadi seharusnya kedudukan dari pihak yang tanahnya dialihkan pihak penjual berdasarkan kuasa mutlak saja adalah sama dengan kedudukan pihak pembeli. Karena kuasa mutlak tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum maka perjanjian mereka batal demi hukum. Sedangkan kedudukan pihak yang tanahnya dialihkan pihak penjual pada perjanjian jual beli yang memakai klausula kuasa mutlak adalah sangat kuat. Karena sebenarnya pihak penjual sudah tidak mempunyai kepentingan lagi. Hal tersebut dikarenakan haknya sudah terpenuhi. Sehingga pihak pembelilah yang sebenarnya dilindungi dengan kuasa mutlak ini. Dilindungi disini dalam arti karena pihak pembeli telah membayar lunas harga yang telah disepakati. Hal ini sesuai dengan ketentuan isi Pasal 1457 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku apabila pembayaran untuk harga tanah dibayar secara angsuran. Kedudukan pihak penjual pemberi kuasa dapat terancam haknya. Maka peran NotarisPPAT dalam hal ini sangatlah berperan. NotarisPPAT haruslah dapat memberikan solusi yang tepat. Misalnya dengan menahan akta kuasanya sampai pihak pembeli melunasi harga tanah yang disepakati bersama. Penggunaan kuasa penuh sebagaimana yang dimaksudkan dalam 106 Hasil wawancara dengan Notaris Syamsurizul A. Bispo, tanggal 17 April 2008. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 115 blanko akta jual beli tanah yang aktanya telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Agraria PMA Nomor 11 tahun 1961, atau penggunaan kuasa mutlak sebagai yang dicantumkan dalam perjanjian jual beli yang aktanya dibuat oleh seorang Notaris, ataupun penggunaan kuasa untuk memasang hak tanggungan yang aktanya dibuat oleh seorang Notaris adalah diperbolehkan. Hal tersebut dapat dikatakan bukanlah dimaksudkan untuk mengadakan pemindahan hak atas tanah. 107 Sekali lagi yang ditekankan disini adalah penggunaan kuasa mutlak yang bermaksud memindahkan hak atas tanah haruslah diselidiki sejauh mana terdapat unsur kesengajaan penggunaan kuasa mutlak ini dimaksudkan untuk mengadakan pemindahan hak atas tanah, ataukah sebaliknya berguna untuk melindungi pihak pembeli. 107 Djaja S. Meliala, Pemberian Kuasa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Tarsito, Bandung, 1982, Hal. 48. Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008. 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kuasa mutlak sebagai tindak lanjut dari perjanjian pendahuluan dalam peralihan hak atas tanah masih dapat diberlakukan karena belum terpenuhinya syarat-syarat untuk melangsungkan jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Para pihak yaitu pihak penjual dan pembeli untuk sementara dapat menunda pembayaran pajak sampai batas yang dikehendaki mereka atas pajak penghasilan PPh yang diwajibkan oleh penjual berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 bagi pihak pembeli yaitu pajak atas bea perolehan hak atas tanah dan bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001. Dengan dikeluarkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 141982, terdapat kemacetan dalam pengurusan surat-surat tanah yang memakan waktu cukup lama, sehingga pemakaian kuasa mutlak sangat diperlukan, hanya saja harus disesuaikan dengan isi Surat Direktur Jenderal Agraria Nomor 5941492AGR tanggal 31 Maret 1982 dan isi Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 141982. Hal tersebut menyebabkan terdapat banyak macam akta mengenai kuasa mutlak dalam perjanjian jual beli seperti misalnya akta kuasa dibuat terpisah dari akta perjanjian jual belinya. 116 Nelly Sriwahyuni Siregar :Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah. USU e-Repository © 2008.