Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Kinerja Kader Posyandu dan Karakteristik Serta Partisipasi Ibu Dengan
Status Gizi Balita di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah apakah ada Hubungan Kinerja Kader Posyandu dan Karakteristik Serta Partisipasi Ibu
Dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kinerja Kader Posyandu, Karakteristik dan Partisipasi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Kecamatan
Bandar Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013.
1.4. Hipotesis
1. Ada hubungan antara kinerja kader posyandu dengan status gizi anak balita
2. Ada hubungan antara karakteristik ibu umur, pendidikan dan pengetahuan
dengan status gizi anak balita 3.
Ada hubungan partisipasi ibu balita keposyandu dengan status gizi anak balita
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah khususnya Puskesmas Bandar di
Kecamatan Bandar sebagai informasi untuk meningkatkan status gizi balita guna mewujudkan sumber daya manusia yang sehat.
2. Bagi kader posyandu di Kecamatan Bandar sebagai informasi untuk
meningkatkan status gizi balita dengan meningkatkan kinerjanya. 3.
Bagi masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita suatu informasi mengenai status gizi anak balita.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Kader Posyandu 2.1.1. Kader Posyandu
Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya, diangkat dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan
Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan Depkes RI, 1993. Sebagian besar kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah
menikah dan berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar Depkes RI, 1995.
Syarat-syarat untuk memilih calon kader menurut Depkes RI, 1996 adalah; dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat
melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun
pembangunan desanya, dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa, sanggup membina paling sedikit 10
KK Kepala Keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai keterampilan.
Menurut Bagus yang dikutip dari pendapat Zulkifli 2003 bahwa pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara lain; berasal dari masyarakat
setempat, tinggal di desa tersebut, tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu
13
Universitas Sumatera Utara
yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, dan masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain. Persyaratan-persyaratan yang diutamakan
oleh beberapa ahli di atas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari
masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan
tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat
menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan
yang dilakukan baik di posyandu.
2.1.2. Tujuan Pembentukan Kader
Pada hakekatnya pelayanan kesehatan dipolakan mengikut sertakan
masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan dana
didalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian dilibat- aktifkannya masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat
seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan Zulkifli, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan kader merupakan salah satu metode pendekatan edukatif, untuk mengaktifkan masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan.
Disamping itu pula diharapkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pembangunan
bidang kesehatan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut, maka
dilakukan latihan dalam upaya memberikan keterampilan dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan disesuaikan dengan tugas yang diembannya. Para menggerakkan
masyarakat perlu di bentuk wakilnya dalam bidang kesehatan yang nantinya akan membantu program pelayanan guna mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal Haryuni, dkk,1997. Pola pikir pembentukan kader kesehatan berdasarkan prinsip:
Pertama, dari segi pengorganisasian, bentuk pengorganisasian yang seperti itu diaplikasikan dalam bentuk kegiatan keterpaduan KB kesehatan yang telah dikenal
dengan nama Posyandu. Adapun kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dapat diterapkan pada masyarakat pedesaan dan perkotaan, pelayanan yang
murah dapat dijangkau oleh setiap penduduk. Kedua, dari segi kemasyarakatan, perilaku kesehatan tidak terlepas daripada
kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat ahli mengemukakan bahwa untuk menimbulkan partisipasi dan harus pula
diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak
akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan instruktif. Akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi lebih berhasil bila proses pendekatan dengan edukatif yaitu berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat. Dengan terbentuk kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini
dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga mitra
pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader maka pesan-pesan yang diterima tidak akan terjadi penyimpangan. Sehinga pesan-pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan Depkes RI, 2000.
Menurut Santoso Karo-Karo 1979 bahwa, kader yang dinamis teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi
masyarakat sekelompoknya meliputi: pengobatanringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatanterhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan
sederhan dan lain-lain, penimbangan dan penyuluhan gizi, pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obatalat
kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS, peyediaan dan distribusi obatalat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan NKKBS.
penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana dan penyelenggaraan dana sehat dan pos
kesehatan desa dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Tugas Kader Posyandu
Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan untuk itu pula perlu adanya
pembatasan tugas yang diemban baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun yang menjadi tugas kader pada kegiatan Posyandu adalah; Pertama,
sebelum hari pelaksanaan Posyandu meliputi kegiatan pencatatan sasaran yaitu pada bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS, pemberitahuan sasaran kegiatan
Posyandu pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS.
Kedua, kegiatan pada hari Posyandu meliputi kegiatan pendaftaran pada pengunjung, penimbangan terhadap bayi dan balita, pencatatan KMS bayi dan balita,
penyuluhan pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui dan PUS, pemberian alat kontrasepsi, pemberian vitamin. Ketiga, kegiatan sesudah hari
Posyandu meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan, mendatangi sasaran yang tidak hadir, mendatangi sasaran yang mempunyai masalah untuk diberikan penyuluhan,
menentukan tidak lanjut kasus rujukan yang mempunyai masalah setelah diperiksa dan tidak bisa ditangani oleh kader Depkes,2001.
Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 langkah kegiatan meliputi : Kegiatan 1, tugas-tugas kader sebagai berikut
: mendaftar bayi Balita, yaitu menuliskan nama bayi Balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama
Universitas Sumatera Utara
ibu hamil pada Formulir atau Register Ibu Hamil. Kegiatan 2, tugas-tugas kader sebagai berikut : menimbang bayibalita dan mencatat hasil penimbangan pada
secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS. Kegiatan 3, tugas-tugas kader sebagai berikut: mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita
dari secarik kertas kedalam KMS anak tersebut. Kegiatan 4, tugas-tugas kader sebagai berikut : menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan, memberikan nasehat kepada setiap ibu dengan mengacu pada data
KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan. Kegiatan 5, merupakan
kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain : pelayanan Imunisasi, pelayanan
Keluarga Berencana KB, pengobatan, pemberian tablet tambah darah tablet besi, vitamin A dan obat-obatan lainnya dan pemeriksaan kehamilan bagi Posyandu yang
memiliki sarana yang memadai dan lain-lain sektor yang terkait Azwar, 2006. Menurut Zulkifli 2003, bahwa tugas kegiatan kader akan ditentukan,
mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan
tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Kegiatan Kader Posyandu
Kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh
kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain yaitu: Pertama, kegiatan
yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah; melaksanakan pendaftaran, melaksanakan penimbangan bayi dan balita, melaksanakan pencatatan hasil
penimbangan, memberikan penyuluhan, memberi dan membantu pelayanan dan merujuk. Kedua, kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan
adalah; bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare. Ketiga, Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan
Posyandu. Keempat, Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu ; pemberantasan penyakit menular, penyehatan
rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih, menyediakan sarana jamban keluarga, pembuatan sarana pembuangan air
limbah, pemberian pertolongan pertama pada penyakit dan P3K, dana sehat dan kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
Selain itu peranan kader diluar posyandu KB-kesehatan; yaitu Pertama, merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas
Universitas Sumatera Utara
diri, membahas hasil survei, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama
masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja. Kedua, melakukan komunikasi, informasi dan motivasi tatap muka kunjungan, alat peraga dan
percontohan. Tiga, menggerakkan masyarakat dengan mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa
yang akan dilaksanakan dan lain-lain. Keempat, memberikan pelayanan yaitu; membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang
didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya, melakukan pencatatan, yaitu; KB atau
jumlah PUS, jumlah peserta aktif dsb, KIA :jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan, Imunisasi untuk mengetahui jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan
jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan, gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan, diare: jumlah oralit yang
dibagikan, penderita yang ditemukan dan upanya kesehatan lainnya. Selain itu adanya keluarga binaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah
10-20KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan, melakukan kunjungan
rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan, melakukan pertemuan kelompok.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Menurut Terry 2006 bahwa partisipasi didasarkan atas prinsip psikologis yang menyatakan bahwa orang lebih dimotivasi kearah tujuan-tujuan untuk
membantu dan menetapkannya serta adanya perhatian dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Selain itu menurut pendapat Winardi 2006 bahwa
partisipasi secara formal dapat didefenisikan sebagai turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbagsih pada proses
pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan terdapat dan yang bersangkutan melaksanakan
tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut. Menurut Depkes RI 2000 bahwa partisipasi kader adalah keikut sertaan
kader dalam suatu kegiatan kelompok, masyarakat atau Pemerintah. Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sedangkan peran kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi: Pertama, tahap persiapan, yaitu memotivasi
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bersama-sama masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan ditingkat desa. Kedua, tahap
pelaksanaan, yaitu melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan UKBM 3.Tahap pembinaan, yaitu menyelenggarakan pertemuan bulanan
dengan dasawisma untuk membahas perkembangan program dan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
dihadapi keluarga, melakukan kunjungan ke rumah pada keluarga binaannya, membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.
Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posyandu dapat dibagi dalam beberapa tingkat yaitu; Pertama, adanya kesempatan untuk berperan serta kesediaan
berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang ada hal-hal yang berguna dalam
kegiatan itu. Kedua, memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan, yaitu kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang dengan memiliki ketrampilan
tertentu untuk ikut berpartisipasi. Ketiga, rasa memiliki yaitu suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki
bisa ditumbuhkan dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di desa akan dapat dilestarikan. Keempat, faktor tokoh masyarakat dalam kegiatan yang
diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. Kelima, faktor
petugas, yaitu memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para tokoh
masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Penelitian Septiani 2012, bahwa adanya partisipasi kader dalam
kegiatan posyandu disebabkan tingkat pengetahuan kader tentang posyandu. Dengan adanya kader-kader yang mempunyai kemampuan memadai dan berpartisipasi aktif
dari masyarakat maka hal itu akan sangat mendukung bagi terwujudnya efektivitas
Universitas Sumatera Utara
dalam program posyandu sehingga mencapai efektivitas yang memuaskan. Masyarakat cukup antusias dalam menyambut dan mengikuti berbagai kegiatan yang
dilakukan di Posyandu, seperti immunisasi, perbaikan gizi, penimbangan balita, dan sebagainya. Kondisi yang telah dicapai tidak lepas dari kemampuan Kader Posyandu
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
2.1.6. Kinerja Kader Posyandu
Kinerja performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawabnya masing-
masing. Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika Prawira, 1999. Dengan demikian
kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak- pihak tertntu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian suatu instansi
dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi. Menurut Timple 1993, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti ; kemampuan, ketrampilan, sikap,
perilaku, tanggung jawab. misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki kemampuan. Faktor eksternal
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Jadi kinerja yang optimal didorong
oleh kuatnya motivasi seseorang. Menurut Salim 1989 faktor yang mempengaruhi penampilan kerja sumber
daya manusia yang salah satunya kualitas kekaryaan yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pribadi seperti kecerdasan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan sikap kerja. Faktor lingkungan dalam organisasi yaitu situasi kerja, kepemimpinan dan tehnologi serta faktor di luar lingkungan organisasi yaitu seperti
nilai sosial ekonomi, sosial budaya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Notoatmodjo 1992 bahwa penampilan
kerja performance itu dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik. dikemukannya yaitu: “ACHIVE” , dengan pengertian : Ability kemampuan, pembawa, Capacity
kemampuan yang bisa dikembangkan, Help dukunganbantuan untuk mewujudkan perfomance
, Incentive insentif material dan non material, Environment lingkungan tempat kerja karyawan, Validity pedomanpetunjuk dan uraian kerja, Evaluation
adanya umpan balik hasil kerja. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara mengikuti
kursus, pelatihan dan refreezing secara berkala dari segi pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader
untuk usaha melanjarkan proses pelayanan di posyandu. Proses kelancaran pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader. Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
oleh fasilitas mengirim kader ke pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan, mengikutkan kader dalam memberikan pelayanan mempengaruhi aktiftidaknya
seorang kader posyandu. Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan pelayanan kesehatan
dengan beberapa kegiatan tersebut diharapkan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan dan aktif datang di setiap kegiatan posyandu Koto dkk,
2007. Penurunan kinerja kader disebabkan karena posyandu tidak memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap, tidak semua kader mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan Mastuti, 2003.Untuk itu diperlukan strategi yang berkaitan
dengan partisipasi kader antara lain; Pertama, strategi pemberian insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji atau upah yang memadai dan oleh rasa puas atas pekerjaan
yang dilakukan dengan baik, karena rata-rata pendapatan masyarakat sangat rendah dan penting memberikan arti kehidupan baginya.
Perkembangan posyandu secara umum dibedakan 4 tingkat sebagai berikut: 1, Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan
bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari lima orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan
posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader. 2, Posyandu madya
Universitas Sumatera Utara
adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan
kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu. 3, Posyandu purnama adalah posyandu yang
sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50 KK di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain : sosialisasi
program dana sehat dan pelatihan dana sehat. 4, Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun, dengan
rat-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50, mampu menyelenggarakan program tambahan, seperti
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja
posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan program dan nasehat sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi
Universitas Sumatera Utara
memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing. Kemenkes RI, 2011
Selain ganjaran-ganjaran financial, perlu juga mencari bentuk penghargaan lain atas usaha dan prestasi untuk memperkuat sikap-sikap dan perilaku yang
diberdayakan Winardi, 2004. Kedua, sarana pendukung merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan, karena merupakan alat yang membuat
penting dalam melaksanakan pekerjaan sehingga dapat memudahkan untuk bekerja dan pekerjaan lebih cepat serta meningkatkan efektifitas pekerjaan. Dengan
memenuhi segala hal yang mereka perlukan dan keadaaan lingkungan yang memadai untuk menjamin keberhasilan dalam kegiatan Dwiantara, 2005. Ketiga, pelatihan
untuk membentuk seseorang menjadi mandiri tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Pelatihan dilakukan
berdasarkan kebutuhan yang akan dicapai berdasarkan identifikasi kebutuhan yang sesungguhnya. Keempat, faktor budaya, sosial, ekonomi dan masalah-masalah praktis
mempengaruhi kualitas posyandu dan partisipasi masyarakat. Para pimpinan masyarakat ini aktif pula dalam mengajak warga masyarakat
untuk mengelola kegiatan Posyandu. Apabila masyarakat melihat bahwa tokoh mereka yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut, maka masyarakat pun akan
tertarik untuk ikut serta. Penelitian Subagyo 2010, bahwa kemampuan kader mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan dengan efektivitas program posyandu. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi atau baiknya kemampuan kader maka efektivitas program posyandu akan semakin tinggi. Secara teoritis hal ini sejalan dengan pendapat Swastho 1996
bahwa mencapai hasil kerja yang memuaskan bergantung kepada kemampuan kerjanya. Kinerja kader-kader posyandu tersebut mampu memotivasi dan mengajak
masyarakat, khususnya kaum ibu, untuk giat mengikuti program posyandu sehingga program-program yang diselenggarakan di posyandu dapat terealisir dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan bersama.
2.1.7. Penilaian Kinerja Kader Posyandu
Penilaian terhadap kinerja merupakan suatu evaluasi proses terhadap penentuan dari berbagai nilai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya Winardi, 2004. Untuk kinerja kader posyandu, indikator penilaian kinerja kader telah disusun berdasarkan telah kemandirian posyandu TKP dalam
buku Pedoman ARRIF dikatakan bahwa frekuensi penyelenggaran posyandu ada 12 kali setiap tahun dan sedikitnya dikatakan posyandu cukup baik bila frekuensi 8 kali
setiap tahun. Jika kurang dari angka tersebut dianggap posyandu tersebut masih rawan. Demikian juga keberadaan kader di posyandu, bila kader kurang aktif
dinyatakan jika tidak hadir untuk bekerja di posyandu kurang dari 8 kali dalam satu tahun.
Selain kehadiran kader penilaian kinerja kader juga dapat dilihat dari peran dan fungsi kader posyandu yang dijabarkan dalam kegiatan pelaksanaan posyandu
seperti melaksanakan pencatatan dan pelaporan, membuat absensi kehadiran,
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan penyuluhan kesehatan, melakukan penimbangan balita, merujuk bila ada masalah kesehatan pada balita dan ibu hamil dan lain sebagainya.
Menurut penelitian Mukhadiono 2010, kinerja kader yang baik atau kemampuan kader merupakan bagian dari determinan keberhasilan suatu program
pembangunan, khususnya pembangunan bidang kesehatan melalui program posyandu. Selain itu, dibutuhkan pula partisipasi aktif masyarakat sehingga kegiatan
Posyandu dapat berjalan lancar dan mampu mencapai efektivitas yang tinggi.
2.2. Karakteristik Ibu