Penelitian lain menurut Patodo, Shally 2012 bahwa hasil analisis bivariat terdapat korelasi yang signifikan p=0,026 antara pengetahuan ibu dan status gizi,
terdapat korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi p=0,024 dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu
dan kunjungan posyandu dengan status gizi dan analisis multivariat didapatkan pendapatan keluarga adalah faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita
OR=2,713.
2.6. Landasan Teori
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan antara pengeluaran energi lebih
banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi dan begitu juga sebaliknya akan terjadi kelebihan, jika berlangsung lama akan timbul masalah
gizi Waspadji, 2010. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin Almatsier, 2001.
Menurut UNICEF 1998 gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, tidak langsung, pokok
masalah dan akar masalah seperti dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Dampak Penyebab
Langsung Penyebab
tidak Langsung
Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan Pokok
Masalah di Masyarakat
Pengangguran,
Inflasi, Kurang
Pangan dan
Kemiskinan Akar Masalah
Nasional
Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor Masalah Gizi Menurut UNICEF 1998
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa akar permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
permasalahan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi dan pengangguran. Sedangkan pokok masalahnya di masyarakat adalah kurangnya
pemberdayaan wanita sumber daya manusia, rendahnya tingkat pendidikan,
Kurang Gizi
Makan tidak Infeksi
Seimbang Tidak Cukup
Persediaan Pangan
Pola Asuh Balita tidak
Memadai Sanitasi dan Air
BersihPelayanan Kesehatan Dasar
tidak Memadai
Kurang Pemberdayaan Wanita dan Keluarga, Kurang Pemanfaatan
Sumberdaya Masyarakat
Krisi Ekonomi, Politik dan Sosial
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan keterampilan. Adapun faktor tidak langsung menyebabkan kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat krisis ekonomi dan rendahnya daya
beli masyarakat, pola asuh balita yang tidak memadai akibat dari rendahnya pengetahuan, pendidikan orang tua dan buruknya sanitasi lingkungan dan akses
kepelayanan kesehatan dasar masih sulit sehingga berdampak terhadap pola konsumsi dan terjadi penyakit infeksi yang secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Selain itu tidak kalah pentingnya status gizi balita dipengaruhi oleh kurangnya pemantauan status gizi balita melalui kegiatan posyandu, dalam hal ini adalah
kurangnya kinerja posyandu dalam memantau status gizi balita. Menurut Timple 1992 bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target,
sasarankriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor instrinsik individu atau SDM Sumber Daya Manusia dan ekstrinsik yaitu kepemimpinan, sistem, tim
dan situasional. Menurut Timple terdapat dua kategori dasar atribusi yang bersifat internal
atau disposisional dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat mempengaruhi kinerja. Faktor internal disposisional yaitu faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras., sedangkan faktor eksternal situasional yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal
dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Faktor internal dan faktor
eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat para karyawan memiliki sejumlah akibat psikologis
dan berdasarkan kepada tindakan.
2.7. Kerangka Konsep Variabel Independen