Sistematika Penulisan Pengangkatan direksi

data pedukung sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang akan menjawab seluruh pokok permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempertegas penguraian dari skripsi ini , serta untuk lebih mengarahkan pembaca maka di bawah ini masa dibuat sistematika penulisan gambaran isi skripsi ini sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan dimana pada bab ini dipaparkan hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II :RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI DALAM PERSEROAN TERBATAS. Pada bab ini dipaparkan tentang kedudukan direksi dalam perseroan dimana di dalamnya diuraikan mengenai pengangkatan direksi, kewajiban dan tanggungjawab direksi dan direksi sebagai pengurus dan wakil perseroan. Universitas Sumatera Utara BAB III : BENTUK PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN DIREKSI DALAM MENGURUS PERSEROAN TERBATAS. Pada bab ini dipaparkan tentang bentuk perbuatan melawan hukum yang dapat dilakukan dalam pengurusan perseroan dimana di dalamnya diuraikan mengenai pengertian perbuatan melawan hukum, bentuk-bentuk perbuatan yang seharusnya dihindari oleh direksi dalam melakukan pengurusan perseroan dan kasus-kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh direksi perseroan. BAB IV :PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI ATAS PERBAUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN DALAM MENGURUS PERSEROAN TERBATAS Pada bab ini dipaparkan tentang prinisip fiduciary duty dalam pengelolaan perseroan terbatas, pengaturan tentang tanggung jawab direksi dalam UUPT serta pertanggungjawaban direksi atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam mengurus perseoan. BAB V : PENUTUP Pada bab ini dipaparkan tentang Kesimpulan, yaitu jawaban atas permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Universitas Sumatera Utara Serta saran, yaitu pendapat baik yang diberikan atas kesimpulan. Universitas Sumatera Utara BAB II RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS

A. Pengangkatan direksi

Tidak ada satu rumusan yang jelas dan pasti mengenai kedudukan direksi dalam suatu perseroan terbatas, yang jelas direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan. Pembicaraan mengenai pengangkatan direksi meliputi pokok-pokok yang berkenaan dengan jumlah direksi, syarat pengangkatan, pembagian tugas, metode pemilihan, gaji dan tunjangan, penggantian dan pemberhentian direksi. 27 1. Jumlah Direksi Berapa banyaknya anggota direksi, digantungkan pada faktor “kegiatan usaha” yang dilakukannya dengan klasifikasi sebagai berikut. a. Perseroan yang bersifat umum, boleh 1 satu orang Berdasar Pasal 92 ayat 3, perseroan yang kegiatan usahanya bersifat umum boleh terdiri dari 1 satu orang saja anggota direksinya, atau boleh lebih dari 1 satu orang. b. Perseroan yang melakukan kegiatan usaha tertentu, minimal 2 dua orang 27 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 352. Universitas Sumatera Utara Pasal 92 ayat 4 menentukan secara imperatif jumlah anggota direksi bagi perseroan tertentu, minimal atau paling sedikit 2 dua orang. Kedalamannya termasuk perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan: menghimpun danatau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka. 2. Syarat Pengangkatan Dalam Pasal 93 UUPT Nomor 40 tahun 2007 disebutkan bahwa yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatannya pernah: a. Dinyatakan pailit b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris ang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan 28 Persyaratan tentang kemampuan melaksanakan perbuatan hukum, tidak cukup orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan transaksi, melainkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya orang yang bersangkutan mampu mengelola perseroan. Selain itu juga karakter atau watak seseorang sangat memperngaruhi dalam kepengurusan perseroan. Mengenai syarat tidak pernah dinyatakan pailit, ini dalam hubungannya dengan tingkat kepercayaan seseorang. Orang yang pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, itu karena yang 28 Pasal 93 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara bersangkutan dalam keadaan tidak mampu berhenti membayar utang-utangnya. Sesuai undang-undang krpailitan dengan adanya putusan pailit, sipailit tidak berhak lagi melakukan pengurusan terhadap harta bendanya, sebab yang engurus adalah balai harta peninggalan selaku kurator agar barang-barang tidak disalahgunakan si pailit. 29 Kemudian tidak berbeda pula dengan anggota direksi atau komisaris yang pernah dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. Kalau ada anggota direksi atau komisaris pernah diperkarakan dan diputuskan oleh pengadilan bersalah seperti itu, dipandang reputasinya tidak baik dalam mengelola suatu perseroan. Orang tersebut dinilai tidak mampu mengurus perseroan, sehingga perseroan menjadi jatuh dan tidak mampu membayar utang. Anggota direksi atau komisaris yang dalam menjalankan tugasnya memiliki cacat yang mengakibatkan kerugian perseroan sebgaiamana dimaksud, jelas ridak dapat untuk diangkat menjadi direksi baik dalam perseroan yang sama maupun perseroan lain, karena diragukan kemampuannya untuk mengurus perseroan. 30 Mengenai syarat tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara selama lima tahun sebelum pengangkatan. Bahwa tindak pidana yang merugikan keuangan negara misalnya kejahatan korupsi maupun penggelapan. Orang yang pernah dihukum karena kejahatan yang menyebabkan kerugian keuangan negara dapat menjadi catatan hitam bagi dunia 29 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, Jakarta: Djambatan, 1996, hal. 74. 30 Ibid, hal. 75. Universitas Sumatera Utara usaha. Mantan terpidana tidak dapat diangkat menjadi anggota direksi, karena dikhawatirkan akan merugikan perseron dan merugikan negara pula. 31 Pengangkatan direksi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: 32 1. Diangkat oleh RUPS dengan suara terbanyak sebebsar yang diatur dalam Anggaran Dasar perseroan 2. Diangkat oleh RUPS berdasarkan sistem penjatahan asalkan cara tersebut ditentukan dalam RUPS. Misalnya, setiap pemegang saham 20 dua puluh persen masing-masing mendapat jatah 1 satu orang direksi. 3. Diangkat dengan cara mencantumkan dalam anggran dasar. Dalam hal ini dilakukan terhadap direksi yang pertama kali Lihat Pasal 94 UUPT. Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi, direksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud belum dilakukan, Menteri menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan. Pemberitahuan tersebut tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh direksi baru atas pengangkatan dirinya sendiri. 33 31 Ibid 32 Munir Fuady, Op. Cit, hal 54. 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Bab V , Pasal 94. Universitas Sumatera Utara Pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persayaratan- persyaratan di atas adalah batal demi hukum. Dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan komisaris wajib mengumumkan batalnya pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan. 34 3. Pembagian tugas direksi Pada prinsipnya ada 2 dua fungsi utama dari direksi suatu perseroan, yaitu sebagai berikut: a. Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin perusahaan, dan b. Fungsi representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan menyebabkanperseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan untuk kepentingan perseroan. Apabila anggota direksi terdiri atas 2 dua orang atau lebih, harus dilakukan pembagian tugas dan wewenang pengurusan perseroan diantara anggota direksi tersebut. Menurut pasal 92 ayat 5, pembagian tugas dan wewenang dimaksud, ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Akan tetapi, apabila rups tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, ditetapkan 34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 92. Universitas Sumatera Utara berdasar keputusan direksi. Dengan demikian, kekuasaan untuk menetapkan pembagian tugas dan wewenang tersebut, dapat beralih dari RUPS kepada direksi. Hal itu untuk menghindari terjadinya ketidakpastian fungsi dan wewenang masing-masing anggota direksi. Dan menurut penjelasan pasal 92 ayat 6, direksi sebagai organ perseroan yang melakukan pengurusan perseroan, dianggap memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri. 35 Dalam hal terjadinya benturan kepentingan dari Direksi maka anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila: 36 1 Terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; atau 2 Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan. Tugas mewakili perseroan di dalam atau di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 37 a dilakukan sendiri b dilakukan oleh pegawainya yang ditunjuk untuk itu c dilakukan oleh Komisaris jika Direksi berhalangan, sesuai ketentuan anggaran dasar. dilakukan oleh pihak ketiga sebagai agen dari perseroan. 35 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 353. 36 I.G Ray Widjaya, Op. Cit, hal.220. 37 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 58. Universitas Sumatera Utara Tugas representasi di dalam pengadilan dilakukan dalam posisi sebagai berikut: 38 1. perseroan sebagai penggugat di pengadilan 2. perseroan sebagai tergugat di pengadilan 3. perseroan sebagai pemohon di pengadilan 4. perseroan sebagai termohon di pengadilan 5. perseroan sebagai pengadupelapor untuk kasus pidana 6. perseroan sebagai teraduterlapor untuk kasus pidana Sedangkan tugas representasi di luar pengadilan adalah mewakili perseroan dalam menandatangani kontrak-kontrak, menghadao pejabat-pejabat negara untuk dan atas nama perseroan. Baik tugas representasi maupun tugas kepengurusan dari direksi adalah fenomena bagi tugas direksi dalam suatu sistem hukum yang modern, dimana tata cara pelaksanaannya bervariasi satu sama lain. Dalam hukum Jerman misalnya, tugas atau representasi dari Direksi ini dikenal dengan istilah Vertterungsmacht, sedangkan untuk kepengurusan dikenal dengan istilah Gescahfsfungrungsbefugnis. Dalam menjalankan tugas representasi maupun tugas kepengurusan seperti tersebut diatas, maka Direksi haruslah melakukan dengan cara-cara yang baik, layak dan beritikad baik. Dalam hal ini Direksi harus memperhatikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang bersumber dari: 39 38 Ibid, hal. 59-60. 39 Ibid Universitas Sumatera Utara 1. Doktrin atau kaidah hukum perseroan yang berlaku universal 2. perundang-undangan yang berlaku 3. anggaran dasar perseroan 4. kebiasaan dalam praktek untuk perusahaan sejenis. Tugas-tugas yang bersumber kepada perundang-undangan yang berlaku. sejauh merupakan hukum memaksa wajib dilakukan oleh direksi. Dalam hal ini, pihak direksi dianggap bersalah jika terjadi 3 tiga kategori sebagai berikut: 40 1. tidak melakukan yang diharuskan oleh perundang-undangan 2. melakukan apa yang dilarang oleh perundang-undangan 3. melakukan secara tidak sempurna, yakni tidak seperti yang dipersyaratkan oleh perundang-undangan. 4. Gaji dan tunjangan direksi Dalam Pasal 96 dinyatakan besarnya gaji dan tunjangan direktur ditetapkan berdasarkan keputusan rups, dan untuk kewenangan ini oleh rups dapat dilimpahkan kepada dewan komisaris. 41 Dalam ketentuan tradisional, anggota direksi tidak mempunyai hak imbalan jasa atas pelayanan service yang diberikannya dalam mengurus perseroan. Pada masa yang lalu, anggota direksi pada umumnya adalah pemegang saham mayoritas yang akan mendapat kompensasi dalam bentuk “dividen”. Akan tetapi dalam hukum perseroan modern, praktik tradisional itu, tidak dapat 40 Ibid 41 Rudhi Prasetya, Op. Cit. hal. 30 Universitas Sumatera Utara diterapkan. Sebab pada umumnya dalam korporasi modern, kedudukan anggota Direksi bukan lagi disadarkan atas fakor pemegang atau kepemilikan saham dalam perseroan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang adalah keharusan memberi imbalan jasa atau kompensasi kepada anggota Direksi dan karena itu pada umumnya dalam anggaran dasar perseron terdapat ketentuan yang mengatur gaji anggota Direksi. 42 5. Pemberhentian Direksi Sejalan dengan prinsip siapa yang berwenang mengangkat, dialah ayng berwenang memberhentikannya. Karena anggota direksi diangkat oleh RUPS, maka yang berwenang memberhentikannya adalah RUPS pula. 43 Pemberhentian anggota direksi adalah menghentikan yang bersangkutan dari jabatan direksi sebelum masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar atau keputusan RUPS berakhir. UUPT 2007 memperkenalkan dua jenis pemberhentian anggota direksi removal of directors. Pertama, pemberhentian sewaktu-waktu. Hal itu diatur pada pasal 105. Kedua, pemberhentian sementara schorshing, suspension diatur pada pasal 106 UUPT 2007. 44 a. Pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya setelah yang bersangkutan 42 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 369. 43 Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 85. 44 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal 416. Universitas Sumatera Utara diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Dengan demikian kedudukannya sebagai anggota Direksi berakhir. 45 b. Pemberhentian sementara Pemberhentian sementara maksudnya: 46 1 Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara oleh RUPS atau oleh Komisaris dengan menyebutkan alasannya yang diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan, sehingga anggota Direksi yang bersangkutan tidak berwenang melakukan tugasnya. Mengingat pemberhentian hanya dapat dilakukan dalam RUPS yang memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, maka untuk kepentingan perseroan tidak dapat ditunggu sampai dilakukan RUPS. Oleh karena itu, wajar sebagai organ pengawas diberi kewenangan untuk melakukan pemberhentian sementara 2 Paling lambat tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara itu, harus dilakukan RUPS dan yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Panggilan RUPS harus dilakukan oleh organ perseroan yang memberhentikan sementara itu. 3 RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian tersebut atau memberhentikan anggota Direksi yang bersngkutan. 4 Apabila dalam tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal. 45 I. G. Ray Wijaya, Op. Cit, hal 66. 46 Ibid Universitas Sumatera Utara 5 Dalam anggaran dasar daitur ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi kosong, atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk sementara atau berhalangan. Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai, tata cara pengunduran diri anggota Direksi, tata cara pengisian jabatan anggota direksi yang lowong dam pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. 47 Biasanya seorang Direksi dapat diberhentikan, baik karena sebab tertentu for cause maupun tanpa menyebutkan alasansebab tertentu no cause. Menurut UUPT, secara eksplisit menyatakan bahwa pemberhentian direksi dalam hal ini RUPS haruslah dengan menyebutkan alasannya dan harus pula kepada Direksi tersebut diberikan kebebasan untuk membela diri, pembelaan diri tersebut dilakukan dalam RUPS yang bersangkutan. Akan tetapi, meskipun pemberhentian direksi harus disertai dengan alasan tertentu, penilaian judgment terhadap alasan tersebut ada di tangan RUPS. Meskipun begitu, pihak direksi dapat mempersoalkannya ke pengadilan seandainya alasan pemberhentian dirinya sebagai direksi dapat pula berhenti dari jabatannya karena sebab-sebab sebagai berikut. 48 a. Masa jabatannya telah berakhir dan tidak lagi diangkat untuk masa jabatan berikutnya. 47 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 107. 48 Munir fuady, Op. Cit, hal.57. Universitas Sumatera Utara b. Berhenti atas permintaan direksi yang bersangkutan, dengan atau tanpa sebab apa pun. c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai direksi sebagaimana diatur dalam anggaran dasar atau dalam perundang-undangan yang berlaku. d. Direktur secara pribadi dinyatakan pailit oleh pengadilan. e. Sakit terus-menerus yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. Menderita tekanan mental atau gangguan jiwa yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. f. Dihukum penjara karena bersalah dalam waktu yang relatif lama sehinggan dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. g. Meninggalkan tugas atau menghilang tanpa berita secara terus-menerus.

B. Kewajiban dan tanggung jawab Direksi