2.5.4. Sedimentasi
Sedimentasi pada daerah terumbu karang mengalami variasi yang signifikan dan diantara banyak spesies karang lunak juga memilki toleransi yang
beraneka ragam. Tingginya sedimentasi diduga dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan karang, terutama bila terjadi bersamaan dengan tingginya
konsentrasi nutrien. Hal ini terjadi terutama bila perairan dekat dengan daerah pertanian atau daerah pemukiman. Endapan sedimen yang tebal dan menutupi
koloni kecil dan anakan karang sehingga mengalami pertukaran gas yang dibutuhkan oleh koloni karang dari lingkungan. Sedimen juga mempengaruhi
proses fotosintesis karena partikel-partikel sedimen menyerap dan menghalangi cahaya yang masuk perairan Fabricus dan Alderslade, 2001.
2.6. Cara makan karang lunak
Kebanyakan dari oktokoralia seperti sinularia, lobophytum, dan sarcophyton
merupakan pemakan partikel kecil yang sudah disaring dari air laut. Konsentrasi makanan dan kecepatan arus mempengaruhi jumlah makanan yang
tersaring dan pertumbuhan karang lunak Fabricus and Alderslade, 2001. Beberapa jenis dari suku Xeniidae dan jenis-jenis dari marga Clavularia
dapat hidup bertahan lama walaupun sama sekali tidak mengambil makanan dari air laut. Jenis-jenis ini mengandung zooxanthellae dalam jumlah besar di dalam
dinding gastrodermisnya. Bila tidak ada cahaya matahari atau dalam keadaan gelap, mereka cenderung mengalami nekrosis dan mati. Walaupun zat-zat
makanan disekelilingnya cukup banyak, karang lunak ini seakan-akan tidak mempunyai kekuatan untuk mencerna makanan.
Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthellae dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa
tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan pencernaan yang berkembang biak biasanya berhubungan dengan zooxanthellae. Sisa-sisa
makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa Bayer, 1956 dalam Manuputty 1986.
2.7. Komponen Bioaktif Karang Lunak
Sinularia
Karang lunak merupakan sumber yang kaya akan senyawa bioaktif seperti terpenoid, steroid
, dan steroid glikosida. Hasil penelitian terakhir menyebutkan bahwa sekitar 50 ekstrak karang lunak menunjukan sifat racun pada ikan, selain
itu banyak metabolit sekunder yang dihasilkan karang lunak memiliki aktifitas biologi seperti antifungal, sitotoksik, antineoplastik, inhibitor HIV, dan anti-
inflamtori Radika, 2006 dalam Priyatmoko, 2008. Ekstrak karang lunak Sinularia sp. dengan campran etanol dan heksana
menghasilkan senyawa sinularian A dan B yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, hati, dan payudara. Antibakteri dari jenis
Sinularia Flexsibillis telah ditemukan dan telah diujikan pada isolat bakteri yang
ditumbuhkan pada media alga Chao et al. 2006. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak Sinularia Flexsibillis setelah
difraksinasi dengan TLC Thin Layer Chromatographi menghasilkan lima senyawa terpenoid, antara lain diterpenes flexibilida, dihydroflexibilida,
sinulariolida , epi-sinulariolida, dan epi-sinularilida asetat yang terbukti memiliki
aktivitas antimikrobial Aceret et al. 1997 dalam Priyatmoko 2008.
11
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober hingga Desember 2010. Penelitian ini dilakukan pada tiga tempat yaitu Bagian
Hidrobiologi Laut FPIK - IPB untuk tahap persiapan seperti pembuatan substrat, Pulau Pramuka – Kepulauan Seribu sebagai tempat untuk pengambilan sampel,
dan Laboratorium Ilmu Kelautan LIK IPB di Ancol sebagai tempat transplantasi karang lunak dengan menggunakan sistem resirkulasi.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : 1.
Peralatan SCUBA, yang terdiri dari BCD, regulator, tank tabung, snorkel, masker, fins yang digunakan untuk mengambil sampel,
2. Kapal motor sebagai sarana transportasi untuk pengambilan sampel karang
untuk ditransplantasikan di bak terkontrol, 2.
Substrat atau base, yang merupakan media buatan tempat menempel fragmen karang transplantasi,
3. Jangka sorong yang digunakan sebagai skala tetap dalam mengukur sampel
karang lunak, 4.
Kamera under water, sebagai alat dokumentasi, 5.
Alat mengambil sampel yang terdiri dari pisau selam, cutter, wearing jaring dan cool box sebagai tempat menyimpan sampel dari daerah pengambilan
sampai tempat transplantasi,
6. Lingkungan buatan sebagai tempat hidup transplantasi karang pada bak
terkontrol terdiri atas kolam budidaya seperti rubble, pompa, aerator, dan filter berupa busa, protein skimmer
7. Perlengkapan untuk mengukur parameter fisika kimia perairan seperti
termometer untuk mengukur suhu, refraktometer untuk mengukur salinitas, dan spektrofotometer untuk mengukur amonia, nitrit, dan nitrat,
8. Fragmen karang yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah
jenis karang lunak Sinularia dura, yang diambil dari perairan sebelah timur Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada kedalaman yang berkisar antara 3 – 10
meter dari permukaan laut.
3.3. Metode Kerja