2.1.5 Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat membantu peserta didik mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat oprasional dikelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, pengatur materi dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas, Suprijono,2012: 45-46. Sedangkan menurut Joyce model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta disik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran memiliki empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: 1 rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya; 2 landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3 tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai
Kardi dan Nur dalam Trianto, 2007:5-6. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian model
pembelajaran dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajran adalah sebuah pola strategi terstruktur yang memiliki ciri-ciri dan
dipergunakan untuk menyusun kurikulum guna mencapai tujuan belajar.
2.1.6 Model Pembelajaran
Numbered Heads Together
Model pembelajaran Numbered Heads Together adalah pembelajaran berkelompok yang dicirikan dengan penggunaan nomor kepala. Suprijono
2009:92 menyatakan, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together di awali dengan numbering. Guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya memperhatikan jumlah konsep yang di pelajari. Jika peserta didik dalam suatu kelas terdiri dari 40
orang dan terbagi menjadi 5 kelompok maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam kelompok di beri nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk
guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus di jawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menemukan jawaban.
Pada kesempatan ini kelompok menyatukan kepalanya “heads together” berdiskusi memikirkan jawaban dari guru.
Trianto 2007:62 menjelaskan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran Numbered
Heads Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur
empat fase sintak Numbered Heads Together yang terdiri dari:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan, dapat bervariasi dan amat spesifik dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads
Together menurut Hamdani 2011:90 yaitu: a.
Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk
mengerjakannya. c.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e. Siswa lain diminta untuk member tanggapan, kemudian guru menunjuk
nomor lain. f.
Kesimpulan. Kagan berpendapat since students are given time to discuss possible
answers prior to responding, it more likely that everyone, including lower achieving pupils, will know the correct responses. Moreover, since teams cannot
predict who will be called upon to respond, they are more likely to ensure that everyone knows the answer pemberian waktu dapat mendorong semua siswa
untuk berpikir bersama untuk mendiskusikan jawaban yang benar. Selain itu, karena kelompok tidak bisa memprediksi siapa yang akan dipanggil untuk
menanggapi, mereka akan lebih cenderung untuk memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya Maheady dkk, 2006:27.
Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together antara lain: 1 setiap siswa menjadi siap semua; 2 siswa dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh; 3 siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Melalui model pembelajaran Numbered Heads Together juga dapat
meningkatkan semangat kerja sama siswa serta dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
2.1.7 Media Komik