Kayu Acacia mangium TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Acacia mangium

Pada akhir tahun 1980-an Pemerintah Indonesia mencangankan program pembangunan hutan tanaman industri HTI. Pembangunan HTI terutama dimaksudkan untuk merehabilitasi lahan-lahan dalam kawasan hutan tidak produktif. Di masa depan peran HTI untuk memasok kebutuhan kayu akan semakin penting oleh karena pasokan kayu dari hutan alam akan terus menurun. Kayu mangium telah menjadi salah satu spesies pohon yang penting dalam pembuatan hutan tanaman industri di Indonesia. Pada saat itu, kayu mangium merupakan spesies yang paling banyak ditanam, terutama pada HTI di Sumatera dan Kalimantan. Spesies ini dikembangkan untuk HTI karena laju pertumbuhan cepat, mempunyai kemampuan tumbuh pada lahan marginal seperti alang-alang, kayunya cocok untuk berbagai keperluan seperti bahan baku pulp, MDF medium density fiber board, papan partikel particle board, dan kayu pertukangan, pernyataan ini telah disampaikan oleh Hardiyanto 2004. Pemanfaatan kayu mangium hingga saat ini telah mengalami spektrum yang luas, baik untuk kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan kertas. Jamaludin et al. 2008 memberikan pendapat bahwa dengan adanya perubahan kondisional baik yang menyangkut kapasitas industri maupun adanya desakan kebutuhan kayu, maka kayu mangium digunakan pula sebagai kayu pertukangan maupun kayu energi sebagai bahan bakar arang. Kayu mangium adalah tanaman yang banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak. Oleh karena kayu mangium menunjukkan pertumbuhan yang baik, maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai hutan tanaman. Penyebaran kayu mangium dikenal pula di kepulauan Sula, Seram, Aru, dan Timur laut Quensland, berdasarkan pernyataan Pinyopusarerk et al. 1993. 9 Berdasarkan pernyataan Mandang dan Pandit 1997, kayu mangium termasuk dalam Sub Famili Mimosideae, famili Leguminoseae. Nama lainnya adalah kasia, kihia Sunda, akasia berlaku umum. Dikatakan pula bahwa kayu mangium mempunyai ciri umum sebagai berikut: a. Warna: teras berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. b. Corak: polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. c. Tekstur: halus sampai agak kasar dan merata. d. Arah serat: biasanya lurus, kadang-kadang berpadu e. Kilap: permukaan agak mengkilap. f. Kesan raba: licin. g. Kekerasan: agak keras sampai keras. Sedangkan ciri anatomi berdasarkan pernyataan dari kedua penulis tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembuluhpori: baur, soliter dan berganda radial yang terdiri atas 2-3 pori, kadang-kadang sampai 4, diameter agak kecil, jarang sampai agak jarang, bidang perforasi sederhana. b. Parenkim: bertipe paratrakeal bentuk selubung disekeliling pembuluh, kadang-kadang bentuk sayap pada pembuluh kecil. c. Jari-jari: sempit, jarang sampai agak jarang, ukurannya agak pendek sampai pendek. d. Sifat fisis: berat jenis rata-rata 0,61 0,43-0,66; kelas awet II; kelas kuat II-III. Ginoga 1997 melaporkan hasil pengujian sifat mekanis kayu mangium dengan umur tanam 9 dan 10 tahun adalah seperti dirinci pada Tabel 2-1. 10 Tabel 2.1 Kekuatan mekanis, berat jenis dan kadar air kayu mangium Sumber: Ginoga 1997 Umur Thn BJ BKU Kekuatan mekanis kgcm 2 KA MOR MOE x10 3 Tegangan Proporsional serat τ 10 0,57 0,53-0,61 0,033 942,23 812,99-1071,47 104,11 113,664 686,13 435,85 405,97-465,73 24,07 14,48 9 0,51 0,45-0,56 0,0034 725,37 599,82-850,92 78,911 118,693 528,32 416,48 365,87-467,09 31,81 15,32 Keterangan: BJ BKU = Berat jenis berdasarkan berat dan volume kering udara MOR = modulus of rupture MOE = modulus elastisitas modulus of elasticity serat τ = tegangan geser sejajar serat = kisaran = simpangan baku Kayu mangium termasuk jenis yang mudah dikeringkan tanpa cacat yang berarti. Pada penelitian terhadap kayu berupa quarter sawn dan flat sawn dimana masing-masing memiliki kadar air adalah 112 dan 99, Silitonga 1987 melaporkan bahwa untuk mencapai kadar air akhir 9 kedua contoh tersebut masing-masing memerlukan waktu 10 dan 16 hari. Pecah ujung jarang terjadi dan tidak melengkung. Surjokusumo 2003 menyatakan bahwa pertumbuhan kayu mangium sangat cepat dibandingkan hasil hutan tanaman industri lainnya yaitu mencapai 50 m 3 hatahun pada daur 9 sd 10 tahun atau dengan diameter antara 30 sd 40 cm.

2.2. Rekayasa Kayu Glulam