Kesimpulan ANALISIS KEKAKUAN DAN KEKUATAN BALOK GLULAM

114 20 40 60 80 MO R MP a Aktual Serat Bawah 59,69 62,23 57,44 52,25 48,25 59,41 53,89 59,74 45,49 Aktual Serat Atas -- 51,52 54,95 50,84 46,89 45,70 57,54 52,65 59,25 45,41 Serat Bawah Strain Gauge 47,18 58,50 44,48 42,96 40,86 61,02 46,08 57,64 34,43 Serat Atas --Strain Gauge 51,99 60,25 56,74 54,11 47,07 51,02 40,23 50,75 34,91 GL1 GL2 GL3 GL5 GL6 GL7 GL8 GL9 GL10 Gambar 6.19 Nilai MOR berdasarkan metode transformasi dan uji regangan dengan strain gauge

6.5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bab ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan glulam menerima beban pada saat mulai terjadi kerusakan adalah besar, maka defleksi maksimum juga besar, sebaliknya apabila kemampuan menerima beban saat mulai terjadi keruntuhan adalah kecil maka defleksi juga kecil 2. Terjadi peningkatan yang signifikan nilai modulus elastisitas balok glulam apabila juga memperhitungkan pengaruh defleksi akibat gaya geser selain momen lentur. 3. Perhitungan tegangan yang terjadi adalah tepat apabila menggunakan metode transformasi Transformed Cross Section berdasarkan data uji lentur dengan displacement tranducer sebagai pengukur defleksi 4. Data dari strain gauge sebagai pengukur regangan dapat menganalisis tegangan yang terjadi pada tempat menempelnya alat tersebut tanpa memperhitungkan kelas kuat lamina secara keseluruhan 115 5. Nilai MOR berdasarkan data menggunakan masing-masing alat displacement tranducer atau strain gauge, pada posisi tinjauan tertentu mempunyai nilai relatif sama. 116

7. PEMBAHASAN UMUM

Glulam merupakan material komposit, oleh karena terdiri dari beberapa lamina dan perekat yang masing-masing mempunyai sifat fisis dan mekanis berbeda. Interaksi yang baik dan sesuai antara kayu dan perekat diperlukan untuk terjadinya ikatan antar lamina sebaik mungkin. Adanya perekat diantara lapisan kayu pada glulam, memungkinkan terjadi perubahan sifat mekanis glulam, seperti kekakuan dan kekuatannya. Dengan dimensi penampang melintang glulam yang sama, dapat disusun sejumlah lamina secara horizontal dengan ketebalan tertentu. Semakin banyak jumlah lamina, semakin tipis tebal lamina. Semakin banyak jumlah lamina semakin besar luas bidang rekatan. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan lamina atau jumlah luas bidang rekat, diadakan uji lentur balok glulam. Glulam dengan ukuran penampang melintang 60 mm x 60 mm untuk lebar dan tingginya. Ketebalan lamina balok glulam masing- masing adalah 20 mm, 15 mm, dan 10 mm. Lamina dipilih dengan MOE yang mendekati sama. Sebagai pembanding kekuatan mekanis glulam, dilakukan juga uji lentur balok utuh dengan dimensi dan MOE sama dengan glulam. MOE terdiri dari tiga lamina 20 mm adalah 11,3 lebih rendah dari balok utuh. Glulam terdiri dari empat lamina dengan masing-masing ketebalan 15 mm mempunyai nilai MOE 11,0 lebih tinggi dari balok utuh. Sedangkan Glulam terdiri dari enam lamina dengan masing-masing ketebalan 10 mm adalah 9,5 lebih tinggi dari balok utuh. Apabila dibandingkan terhadap balok utuh, MOR glulam terdiri dari tiga lamina 20 mm adalah 16,0 lebih rendah, dan masing-masing 14,7 serta 3,6 lebih tinggi untuk glulam terdiri dari empat lamina dengan masing-masing ketebalan 15 mm dan glulam terdiri dari enam lamina dengan masing-masing ketebalan 10 mm. Besar MOE rata-rata balok glulam 3,0 lebih tinggi jika dibandingkan dengan MOE balok utuh. Begitu pula MOR balok glulam 0,81 lebih tinggi jika dibandingkan dengan MOR balok utuh. Luas rekatan bukan merupakan satu hal mutlak yang mempengaruhi nilai MOE dan MORnya, tetapi kemungkinan tipe kerusakan menjadi suatu kondisi yang mempengaruhi kedua