2.5 Embriogenesis Somatik Tanaman
Pengembangan teknologi embriogenesis somatik berdasarkan pada teori totipotency
yang dikemukakan oleh Schleiden 1838 dan Schwann 1839 yang menyatakan bahwa satu sel tumbuhan atau tanaman mampu tumbuh dan
berkembang menjadi individu baru yang sempurna dalam kondisi yang sesuai. Definisi embriogenesis somatik tanaman adalah suatu proses perkembangan sel
somatik baik haploid maupun diploid yang membentuk individu tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet.
Pemberian istilah embrio somatik pertama kali disampaikan oleh Tolkin 1964 yang menggambarkan pembentukan organisme dari suatu sel atau kumpulan sel
somatik. Embrio somatik dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu mempunyai dua calon meristem akar dan meristem tunas Purnamaningsih 2002;
Deo et al. 2010. Tahap perkembangan embrio somatik dimulai dari fase globular, jantung atau hati heart, torpedo, dan kotiledon cotyledone untuk tanaman
dikotil Mandal dan Gupta 2002 sedangkan untuk tanaman monokotil tahap perkembangan embrio somatiknya adalah globular, elongated, scutellar dan
coleoptilar Godbole et al. 2002. Secara rinci, proses perkembangan embrio
somatik mulai dari stadium muda globular sampai menjadi stadium dewasa yaitu cotyledone untuk tanaman dikotil dan coleoptilar untuk tanaman monokotil
ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut George 1996.
Gambar 2.1 Tahapan embriogenesis somatik pada tanaman dikotil dan monokotil George 1996 dalam Jha dan Ghosh 2005.
Kelebihan benih embriogenesis somatik tanaman adalah mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang di lapangan dengan baik dan kokoh. Hal ini
karena embrio somatik mempunyai poros bipolar yang menghubungkan titik tumbuh bagian atas dan titik tumbuh bagian bawah. Titik tumbuh bagian atas atau
SAM shoot apical meristem akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan tunas, sedangkan titik tumbuh bagian bawah berupa RAM root apical meristem
akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Melalui poros tersebut, titik tumbuh bagian atas akan mendukung dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan perakaran sehingga akar tumbuh dan berkembang secara kokoh Tahardi et al. 2002; Deo et al. 2010. Hal ini mirip
seperti pertumbuhan dan perkembangan dari biji yang mempunyai perakaran utama yang kokoh. Perakaran yang kokoh akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan sehingga berpengaruh pada hasil panen.
Proses pembentukan atau induksi embrio somatik dimulai dengan mengulturkan bahan tanam berupa eksplan explants yang berupa sel, jaringan
ataupun organ. Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak langsung melewati fase kalus. Keberhasilan induksi
embrio somatik dipengaruhi oleh sifat embriogenisitas pada kalus atau sel dengan ciri-ciri sebagai berikut: sel berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola
kecil-kecil dan mengandung butir pati Purnamaningsih 2002; Deo et al. 2010. Keuntungan atau kelebihan teknologi embriogenesis somatik dibandingkan
dengan perbanyakan tanaman konvensional adalah dapat diperoleh benih yang bersifat klonal seragam dalam waktu relatif singkat dengan jumlah atau skala
yang lebih massal Tahardi et al. 2002; Deo et al. 2010. Keberhasilan embriogenesis somatik tanaman dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu komposisi media, jenis eksplan dan genotipe tanaman, penggunaan zat pengatur tumbuh ZPT, lingkungan mikro seperti aerasi, intensitas cahaya dan
temperatur Tahardi et al. 2002; Alkhateeb 2006; Deo et al. 2010. Faktor yang paling berpengaruh adalah komposisi dan konsentrasi dari jenis ZPT yang
digunakan dalam media. Biasanya untuk menginduksi embrio somatik diperlukan auksin dalam konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan sitokinin yang
sama atau lebih tinggi namun hal ini tergantung pada jenis tanaman. Ada beberapa tanaman yang dapat diinduksi embrio somatiknya hanya dengan menggunakan
sitokinin saja. Konsentrasi auksin yang lebih tinggi akan mendorong pertumbuhan kalus dan justru akan menghambat induksi embriogenesis. Intensitas cahaya yang
terlalu rendah atau kondisi gelap akan menghambat proses induksi embriogenesis somatik. Pemberian ABA dalam konsentrasi rendah atau sangat rendah dengan
peningkatan konsentrasi sitokinin dan tanpa pemberian auksin akan mendorong pendewasaan embrio somatik Tahardi et al. 2002; Deo et al. 2010.
Penelitian teknologi embriogenesis somatik telah berhasil dikembangkan pada beberapa tanaman dikotil maupun monokotil Deo et al. 2010. Khusus pada
tanaman palma, pengembangan embriogenesis somatik juga telah berhasil seperti pada kelapa sawit Rival et al. 1997, kelapa Saenz et al. 2006, kurma
Alkhateeb 2006, pejibaye atau peach palm Steinmacher et al. 2007 dan sagu Tahardi et al. 2002.
Teknologi embriogenesis somatik pada tanaman sagu yang dikembangkan oleh Tahardi et al. 2002 menggunakan sistem kultur media padat dengan