genetik benih metode RAPD. Rangkaian tahapan penelitian yang dilaksanakan ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut.
: Tahapan penelitian : Hasil akhir setiap tahapan Gambar 1.1 Diagram alur penelitian “Embriogenesis Somatik Sagu Metroxyon
sagu Rottb. Metode Kultur Cair untuk Pengembangan Teknologi
Perbanyakan Benih Bermutu”.
Kecambah
4. Pembesaran kecambah pada kultur suspensi, TIS padat
3. Perkecambahan embrio somatik pada kultur suspensi, TIS padat
5. Aklimatisasi planlet asal kultur embriogenesis somatik
6. Analisis tingkat kesamaan genetik benih asal embriogenesis somatik
metode RAPD 1. Embriogenesis somatik tidak langsung:
a. Pada kultur suspensi b. Proliferasi kultur embrionik pada metode suspensi, TIS padat
2. Diferensiasi kalus membentuk embrio somatik pada kultur suspensi, TIS padat:
a. Diferensiasi kalus b. Pendewasaan embrio somatik
Induksi kalus eksplan tip meristem
dari anakan sucker pada media
padat
Proliferasi kalus pada media padat untuk stok kalus di Laboratorium
Informasi kesamaan genetik benih Benih
bermutu
Embrio somatik fase coleoptilar Kalus embriogenik Embrio somatik
Planlet
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Botani
Tanaman sagu merupakan tanaman monokotil yang hanya berbunga dalam satu siklus hidupnya. Setelah berbunga, daun tanaman sagu mengecil dan
memendek dan selanjutnya tidak memproduksi daun lagi. Setelah buah tumbuh dan membesar, tanaman sagu mengalami senescens sehingga akan layu dan mati.
Umur tanaman sagu tergantung jenis atau varietas yang berkisar 6 – 12 tahun pada setiap siklus hidup. Namun tanaman sagu mempunyai anakan sucker yang
cukup banyak antara 5 – 20 anakan dengan umur yang berbeda Flach 1997; Kanro et al. 2003.
Secara umum, tanaman sagu tergolong menjadi dua jenis yaitu sagu berduri dan tidak berduri. Masing-masing jenis sagu tersebut masih terbagi
menjadi banyak tipe atau jenis berdasarkan umur, ukuran pohon, kuantitas dan kualitas pati dan lain sebagainya Flach 1997.
Tinggi tanaman sagu berkisar antara 6 – 16 m dengan diameter batang tanpa seludangpelepah antara 35 – 60 cm. Pada saat umur panen, bobot segar
batang mencapai 1 – 2 ton dengan kadar pati antara 150 – 700 kg per batang pohon. Panjang pelepah daun dapat mencapai 5 – 8 m dengan anak daun leaflets
sebanyak 100 – 190 buah yang panjangnya 150 cm dan lebarnya 10 cm. Bunga berbentuk inflorescens yang terletak di pucuk tanaman flos terminalis yang
muncul hanya sekali dalam satu siklus hidupnya Flach 1997. Sagu Alitir merupakan salah satu jenis sagu yang mempunyai
produktivitas tinggi di Merauke. Deskripsi tanaman sagu jenis Alitir diperoleh dari data-data berdasarkan keterangan Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Merauke Anton dan Katherina, Komunikasi Pribadi dan tokoh adat dan Kepala Kampung Suku Merauke di Kampung Salor Desa Mimahad
Kecamatan Kurik Martinus Basik Basik, Komunikasi Pribadi pada saat eksplorasi bahan tanam sagu unggul di Papua. Deskripsi sagu jenis Alitir antara
lain: umur 8 – 9 tahun per siklus hidup, jumlah sucker + 10 buah, pelepah berduri dengan intensitas termasuk sedang, tinggi pohon 10 – 12 m, diameter batang 50 –
70 cm, panjang pelepah daun 5 – 7 m dengan jumlah anak daun leaflet 100 – 150 helai dan warna hijau-kebiruan atau hijau-gelap.
Tanaman sagu mempunyai banyak nama atau sebutan yang tersebar di wilayah Indonesia. Secara umum atau nasional tanaman sagu dikenal sebagai
rumbia atau sagu. Beberapa nama lokal tanaman sagu yang tersebar di daerah Indonesia antara lain: kirai Sunda atau Jawa Barat; ambulung, kersulu atau
kresula Jawa Tengah dan Jawa Timur, lapia atau napia Ambon; tumba
Gorontalo; Pogalu atau tabaro Toraja; rambiam atau rabi Kepulauan Aru Flach 1997.
2.2 Taksonomi
Klasifikasi botani atau taksonomi tanaman sagu menurut Flach 1997 adalah sebagai berikut: divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas
Monocotyledoneae, ordo Arecales atau Spadiciflorae, famili Arecaceae atau Palmae, sub famili Calamoideae, genus Metroxylon, dan species Metroxylon
sagu Rottb.