Latar Belakang Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var microcarpa)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jeruk Pontianak merupakan jenis jeruk siam yang banyak diusahakan dan paling luas penyebarannya di Indonesia. Tanaman ini bisa diusahakan di daerah dataran rendah sampai dengan daerah berketinggian 770 meter di atas permukaan laut Sarwono, 1994. Produksi jeruk Indonesia selama tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Indonesia berada di peringkat 14 pada tahun 2002 dan peringkat 10 pada tahun 2003 dan 2004. Produksi jeruk Indonesia tahun 2004 kurang lebih 1.600.000 ton atau 2,6 dari produksi dunia Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005. Tabel 1. Negara-Negara Penghasil Jeruk Dunia 2002 2003 2004 No. Negara Produksi Produksi Produksi 1 Brasil 18.530.624 30.2 16.902.600 28.0 18.262.632 29.1 2 USA 11.225.500 18.3 10.473.450 17.3 11.729.900 18.7 3 Meksiko 3.843.960 6.3 3.969.810 6.6 3.969.810 6.3 4 India 3.120.000 5.1 3.070.000 5.1 3.070.000 4.9 5 Spanyol 2.867.100 4.7 3.112.900 5.2 2.900.000 4.6 6 Iran 1.880.000 3.1 1.850.000 3.1 1.850.000 3.0 7 Egypt 1.725.000 2.8 1.740.000 2.9 1.750.000 2.8 8 Italia 1.723.630 2.8 1.962.000 3.2 1.800.000 2.9 9 Cina 1.643.469 2.7 1.831.681 3.0 1.892.681 3.0 10 Turki 1.250.000 2.0 1.215.000 2.0 1.215.000 1.9 11 Pakistan 1.190.000 1.9 1.128.000 1.9 1.120.000 1.8 12 Yunani 1.164.508 1.9 967.681 1.6 1.000.000 1.6 13 Afrika Selatan 1.082.330 1.8 1.165.000 1.9 1.160.000 1.8 14 Indonesia 968.132 1.6 1.441.680 2.4 1.600.000 2.6 Dunia 61.644.115 60.740.954 63.039.736 Sumber: Data Produksi Jeruk FAO 2005 Pembuatan produk dengan bahan baku jeruk seperti sari buah jeruk akan mempunyai limbah berupa kulit, ampas dan biji. Limbah pengolahan jeruk terutama kulit merupakan sumber serat pangan dan juga salah satu bahan baku produksi pektin yang banyak digunakan pada industri makanan Herbstreith dan Fox, 2005. Ampas jeruk diperoleh sebagai produk sampingan industri sari buah jeruk. Saat ini ampas jeruk digunakan untuk pakan ternak atau hanya dibuang sebagai limbah industri. Pemanfaatan ampas tersebut kurang optimal, padahal ampas jeruk mengandung komponen yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu komponen yang terdapat pada ampas jeruk adalah pektin. Indonesia mempunyai potensi yang baik sebagai penghasil buah jeruk, tetapi pemanfaatan limbah jeruk sebagai sumber pektin secara industri belum dilakukan. Kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya limbah jeruk yang terkumpul cukup banyak dan kontinyu, sehingga diperlukan kerjasama dengan pabrik yang memanfaatkan buah jeruk sebagai bahan baku seperti misalnya pabrik sari buah jeruk Purwantoro, 1989. Pektin merupakan kompleks polisakarida anion yang terdapat pada dinding sel primer dan interseluler pada tanaman tingkat tinggi. Asam D- galakturonat merupakan molekul utama penyusun polimer pektin, dan biasanya gula netral juga terdapat dalam pektin O’Neill et al, 1990; Visser dan Voragen, 1996. Pektin digunakan secara luas sebagai komponen fungsional pada industri makanan karena kemampuannya membentuk gel encer dan menstabilkan protein May, 1990. Penambahan pektin pada makanan akan mempengaruhi proses metabolisme dan pencernaan khususnya pada adsorpsi glukosa dan tingkat kolesterol Baker, 1994. Selain itu, pektin juga dapat membuat lapisan yang sangat baik yaitu sebagai bahan pengisi dalam industri kertas dan tekstil, serta sebagai pengental dalam industri karet. Nilai ekonomi yang dimiliki pektin cukup tinggi. Harga eceran tepung pektin berkisar antara Rp. 200.000-Rp. 300.000 per kg. Pada tahun 2001, Indonesia mengimpor pektin sebanyak 14.242 kg dengan nilai sebesar US 130.599 Biro Pusat Statistik, 2001.

B. Tujuan