Peleburan Ulang Besi-Baja Besi

80 Kimia XII SMA

F. Timah

Timah adalah logam yang berwarna putih perak, relatif lunak, tahan karat, dan memiliki titik leleh yang rendah. Timah biasanya terdapat dalam dua bentuk alotropi, yaitu timah putih β atau bentuk “logam” yang stabil pada suhu di atas 14 °C dan timah abu-abu α atau bentuk “nonlogam” yang stabil pada suhu di bawah 13 °C. Tambang timah utama adalah timahIV oksida SnO 2 , yang dikenal dengan cassitente. Tambang timah kudapat di P. Bangka Belitung. Timah diperoleh dengan mereduksi SnO 2 dengan karbon, sesuai dengan reaksi berikut. SnO 2 s + Cs ⎯ Sns + CO 2 g Timah digunakan untuk membuat kaleng kemasan, seperti untuk roti, susu, cat, dan buah serta melapisi kaleng yang terbuat dari besi dari perkaratan. Selain itu juga digunakan untuk membuat logam campur, misalnya perunggu campuran timah, tembaga, dan seng dan solder campuran timah dan timbal.

3.4 Pembuatan Beberapa Unsur Nonlogam dan Senyawanya A. Karbon dan Senyawa Karbon

Senyawa karbon C merupakan senyawa yang banyak dikenal. Keistimewaan unsur karbon dibandingkan dengan unsur golongan IVA yang lain adalah unsur ini secara alamiah mengikat dirinya sendiri dalam rantai, baik dalam ikatan tunggal C — C, ikatan rangkap dua C = C, maupun ikatan rangkap tiga C ≡ C Sri Lestari, 2004: 42. Unsur karbon memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu intan, grafit, dan arang. Bentuk-bentuk yang berbeda dari unsur yang sama disebut alotrop.

1. Intan

Intan adalah zat padat yang bening dan zat yang paling keras, mempunyai indeks bias tinggi, bukan konduktor listrik tetapi tahan asam dan alkali. Intan terbentuk secara alamiah. Susunan molekul intan lebih rapat dibandingkan grafit, dengan kerapatan intan 3,51 gcm 3 , sedangkan grafit 2,22 gcm 3 . Untuk membuat intan dari grafit diperlukan tekanan dan suhu yang tinggi, yaitu 3.000 °C dan 125 bar dengan katalis logam transisi, seperti Cr, Fe, atau Pt, yang akan menghasilkan intan 0,1 karat. Kegunaan intan alam sebagian besar untuk perhiasan. Intan alam yang tidak cukup baik digunakan untuk pemotong kaca, gerinda, dan mata bor serta digunakan untuk membuat ampelas untuk memoles benda yang sangat keras, seperti baja tahan karat. 81 Kimia XII SMA

2. Grafit

Grafit adalah zat bukan logam berwarna hitam yang mampu menghantar- kan panas dengan baik, buram, licin, tahan panas, dan dapat dihancurkan menjadi serbuk yang lebih kecil. Sifat fisika grafit ditentukan oleh sifat dan luas permukaannya. Grafit yang halus berarti mempunyai permukaan yang relatif lebih luas Sri Lestari, 2004: 43. Grafit dapat dibuat dengan mensintesis berbagai bahan yang mengandung karbon. Grafit mempunyai struktur yang berbentuk lapisan. Jarak antarlapisan hampir 2,5 kali lebih besar dari jarak antaratom dalam satu lapisan. Hal ini menyebabkan grafit bersifat licin karena satu lapisan dapat meluncur di atas lapisan lainnya. Hubungan antarlapisan dalam grafit dapat diibaratkan dengan tumpukan lembaran kaca yang basah. Grafit juga mempunyai titik leleh yang tinggi. Elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan antarlapisan terikat relatif lemah, sehingga dapat mengalir dari satu atom ke atom lain, sehingga grafit dapat menghantarkan listrik. Kegunaan grafit, antara lain adalah sebagai elektrode pada baterai, pro- ses elektrolisis, atau untuk pensil. Selain itu, jika karbon aktif dipanaskan pada suhu 1.500 °C dengan paladium, platina sebagai katalis, akan menghasilkan serat polimer, seperti poliakrilonitril atau selulosa, yang bila digabungkan dengan plastik akan membentuk foam dan foil.

3. Arang

Bahan lain yang mengandung karbon adalah arang. Arang dibuat dari kayu atau serbuk gergaji dengan pemanasan pada suhu tinggi tanpa udara. Arang merupakan kristal halus dengan struktur seperti grafit. Ruang antar- lapisan atom dalam arang yang dibubuk halus dapat menjerap atom, sehingga zat itu mempunyai daya absorpsi yang besar. Oleh karena itu zat ini digunakan dalam topeng gas. Arang dapat digunakan untuk mengadsorpsi zat warna dan bahan polutan dalam pengolahan air serta dalam air tebu pada pengolahan gula, selain sebagai obat sakit perut.

4. Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau, beracun, dan mempunyai titik didih –190 °C. Karbon monoksida ini akan terbentuk jika karbon dibakar dengan jumlah oksigen yang sedikit, secara stoikiometri kekurangan oksigen. Karbon monoksida antara lain dapat dihasilkan melalui reduksi batuan fosfat menjadi fosfor dan hasil pembakaran bahan bakar, seperti knalpot pada kendaraan bermotor. Karbon monoksida berbahaya bagi tubuh karena mampu mengikat atom Fe dalam hemoglobin darah. Karbon monoksida dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan cara mencampurkannya dengan gas lain, sebagai reduktor pada pengolahan berbagai jenis logam. Selain itu campuran karbon monoksida dan H 2 penting untuk sintesis metanol Sri Lestari, 2004: 45.