33
model yang dihasilkan. Konsep utama sistem adalah bagaimana semua elemen dalam suatu sistem berinteraksi satu dengan yang lain melalui umpan balik
causal loop. Analisis kebijakan dilakukan untuk mengambil kebijakan yang perlu sehingga tujuan sistem dapat dicapai. Dengan menggunakan pendekatan sistem
diharapkan dapat diketahui skenario yang perlu diambil dalam pengembangan PPSC untuk mengantisipasi kejadian yang akan datang dan mencapai tujuan
yang diharapkan pengembangan. Pada Gambar 5 ditunjukkan kerangka pemikiran penelitian rekayasa model pengembangan PP.
3.1 Landasan Teori
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang diperkirakan memberikan
nuansa baru pembangunan di daerah, maka upaya pemanfaatan dan pengembangan berbagai potensi daerah, termasuk potensi sumber daya
perikanan dan kelautan, mulai lebih mendapat perhatian. Sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Cilacap memegang peranan penting dalam perekonomian
regional dan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi nelayan dan sumber devisa yang sangat potensial DEPDAGRI
2004. Upaya yang dilakukan untuk pembangunan sektor perikanan adalah
dengan cara menyediakan berbagai kemudahan untuk memberikan berbagai fasilitas yang menunjang keberhasilan usaha perikanan seperti kemudahan
untuk mendapatkan sarana produksi dan perbekalan ke laut, mendaratkan hasil tangkapan dan menjamin pemasarannya sehingga menjamin kelancaran sejak
produksi sampai pemasarannya. Sebagaimana telah disebutkan bahwa faktor utama untuk mendukung usaha pengembangan usaha perikanan khususnya
kegiatan penangkapan adalah dengan tersedianya prasarana penangkapan ikan berupa PP atau PPI sebagai tempat berlindung atau berlabuh bagi kapal-kapal
perikanan, mengisi bahan perbekalan serta mendaratkan ikan hasil tangkapannya DJPT 2001; 2002; Ismail 2005.
Pengembangan PPSC bertujuan untuk melaksanakan pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan sarana pelabuhan serta tata operasional
pelayanan kepada nelayan dan kapal perikanan serta pengusaha perikanan. Sejak PPSC mulai dioperasikan terlihat bahwa PPSC merupakan suatu
sistem yang menyeluruh dan terintegrasi sesuai dengan pengembangan wilayah yang menampung berbagai aspek dalam usaha perikanan seperti aspek
34
produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil sampai kepada aspek sosial ekonomi nelayan
.
Menurut Dirjen Perikanan 1981, pengembangan kegiatan perikanan ditempuh dengan dua pendekatan yaitu:
1 Pendekatan produksi Pengembangan kegiatan perikanan dibuat berdasarkan kecepatan
peningkatan produksi yang sudah ada saat ini. Dalam menyusun proyeksi peningkatan produksi ini hendaknya dipertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang mungkin timbul yaitu : a potensi perikanan yang masih tersedia, dilihat dari maximum sustainable
yield MSY, b potensi masyarakat nelayan,
c potensi pemasaran hasil, dan d akibat-akibat sampingan yang timbul.
2 Pendekatan konsumsi. Proyeksi pengembangan kegiatan perikanan dibuat berdasarkan kecepatan
peningkatan konsumsi yang sudah tercapai pada saat ini. Dalam menyusun proyeksi pengembangan dengan pendekatan konsumsi ini kegiatan yang
harus diakomodasikan menjadi kegiatan berproduksi dari nelayan setempat dan perdagangan ikan ke dan dari luar daerah melalui PP.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16MEN2006 Bab III Pasal 3 ayat 2 tentang PP, bahwa rencana induk PP
secara nasional disusun dengan mempertimbangkan : 1 daya dukung SDI yang tersedia,
2 daya dukung SDM, 3 wilayah pengelolaan perikanan WPP,
4 rencana umum tata ruang wilayah propinsi, kabupaten atau kota, 5 dukungan prasarana wilayah, dan
6 geografis daerah dan kondisi perairan. Guckian 1970 dan Chaussade 2000 menyatakan dalam merencanakan
PP terdapat tiga elemen penting yaitu potensi SDI foreland, PP itu sendiri dan daerah konsumen hinterland. DJPT 2002 menyebutkan bahwa dalam
menyusun strategi dan program pengembangan PP membuat beberapa pendekatan, antara lain: pendekatan sumber daya perikanan dan pendekatan
sentralisasi dan distribusi hasil. DJPT 2003 menjelaskan lebih lanjut bahwa
35
untuk memperoleh hasil yang optimal, dibuat beberapa pendekatan dalam penentuan lokasi dan besaran kegiatan PP, antara lain:
1 Pendekatan Sumber Daya Perikanan
Pada perairan yang mempunyai SDI yang melimpah dan belum dieksploitasi dengan baik secara historis tercipta pola usaha perikanan rakyat
skala kecil dengan menggunakan kapal tanpa motor, maupun motor tempel yang mampu bergerak sampai perairan 4 mil dari pantai. Pada wilayah
tersebut akan terbentuk kampung-kampung nelayan yang melakukan usaha one day fishing yaitu pergi ke laut setiap hari. Hasil tangkapan nelayan
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan sisanya dipasarkan kepada masyarakat setempat.
Umumnya nelayan memanfaatkan kondisi lingkungan alam sebagai tempat berlindung perahunya seperti muara-muara sungai, laguna dan teluk
pada musim-musim tertentu. Secara alamiah daerah perkampungan nelayan akan tumbuh di sekitar muara sungai yang tidak terlalu dipengaruhi
gelombang laut. Beberapa lokasi PP di pantai tumbuh pada perairan yang dangkal dengan tingkat sedimentasi tinggi.
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan perikanan pada lokasi seperti ini adalah memandang PP sebagai community fishery
development yaitu pengembangan PP yang lebih mengarah pada pembangunan perkampungan nelayan yang menyangkut berbagai aspek
sosial dan sanitasi lingkungan. Sedangkan pembangunan fasilitas PP lebih mengarah pada upaya melakukan pengamanan tempat berlabuh kapal-kapal
nelayan yang sangat terpengaruh oleh gangguan kondisi alam serta dukungan terhadap industri pasca panen.
2 Pendekatan Sentralisasi dan Distribusi Hasil
Pada daerah yang sudah berkembang yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap jumlah ikan yang didaratkan, PP akan tumbuh menjadi
tempat pemusatan produksi ikan yang datang dari berbagai daerah di sekitar untuk didistribusikan ke hinterland atau interinsuler, dalam bentuk ikan segar
atau ikan olahan. Hasil tangkapan yang didaratkan di PP ini terkumpul dari kapal ikan
ataupun kapal pengangkut yang mengumpulkan ikan dari pusat-pusat pendaratan di daerah perkampungan nelayan community fishery. Volume
36
ikan yang didaratkan mencapai skala ekonomis bagi pengembangan usaha perikanan tangkap, perdagangan dan pengolahan pasca panen.
Kondisi perdagangan di PP menciptakan iklim usaha perdagangan dan pengolahan pasca panen dalam skala ekonomis atau dengan kata lain
bahwa hasil perikanan yang didaratkan akan didominasi untuk perdagangan skala besar sebagian kecil dikonsumsi masyarakat setempat di sekitar
pelabuhan. Kegiatan pelelangan ikan akan lebih tampak, serta transaksi- transaksi dengan volume besar sangat mendominasi kegiatan perdagangan.
Karena ikan akan dipasarkan kembali secara regional baik melalui darat atau laut.
Kapal-kapal ikan berlabuh di pelabuhan menggunakan tingkat teknologi madya atau maju yang mampu melaksanakan eksploitasi SDI di perairan
sekitar lokasi lebih 4 mil sampai dengan 12 mil atau wilayah perikanan lainnya. Karakteristik kapal akan didominasi oleh ukuran yang lebih besar
10 GT. Dalam mengembangkan PP perlu diperhatikan indikator-indikator
pertumbuhan produksi, pasar dan pasca panen serta Rencana Umum Tata Ruang Daerah RUTRD dan lahan yang cukup guna mewujudkan :
1 terciptanya pasar ikan yang besar volume dan nilai, 2 kawasan industri pasca panen hasil perikanan,
3 keterpaduan sistem transportasi, karena pada PP ini akan terjadi pergantian moda transportasi transportasi laut ke transportasi darat,
untuk distribusi hasil tangkapan ke hinterland dan interinsuler.
3 Pendekatan Daerah Berkembang
Pada lokasi-lokasi yang lebih maju dicerminkan oleh : 1 industri pasca panen hasil perikanan sudah sangat modern dengan
berbagai jenis produk seperti ikan segar, beku dengan berbagai jenisnya, olahan dengan berbagai jenisnya serta ikan hidup,
2 volume dan nilai perdagangan mempunyai skala yang sangat besar, 3 menggunakan standar mutu internasional,
4 industri penangkapan akan berkembang pada skala besar dan modern, yang mengoperasionalkan kapal ikan 60 GT dan mampu beroperasi di
ZEEI dan high seas fishing area dengan lama operasi 1 sampai dengan 3 bulan,
37
5 industri perikanan akan sangat menonjol dibanding masalah-masalah sosial masyarakat nelayan dan umumnya kampung nelayan community
fishery berada jauh di luar kawasan PP, masyarakat di pelabuhan didominasi oleh buruh kapal, buruh industri pasca panen, dan
6 kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB cukup dominan. Dalam mengembangkan PP perlu diperhatikan indikator volume ekspor,
jumlah uang beredar, tenaga kerja, perkembangan teknologi, perkembangan pemanfaatan PP sebagai basis operasi kapal yang beroperasi di perairan
internasional diluar ZEEI guna mewujudkan : 1 menciptakan pasar ikan yang besar volume dan nilai dari produk segar,
olahan dan ikan hidup serta industri penunjang bagi perikanan tangkap, 2 kawasan industri pasca panen hasil perikanan yang luas,
3 keterpaduan sistem transportasi, dan 4 kawasan andalan yang strategis, produktif dan cepat tumbuh sebagai
sentra produksi dan sentra industri bagi pengembangan ekonomi terpadu khususnya di sektor perikanan sebagai komoditas unggulan.
Sejalan dengan arah kebijaksanaan pembangunan perikanan, kebijaksanaan pengembangan prasarana PP didasarkan pada pertimbangan:
1 Pemanfaatan sumber daya artinya pembangunan prasarana PP dan penambahan kapal perikanan diarahkan pada daerah atau perairan yang
masih berpotensi. 2 Dukungan atas keutuhan wawasan nusantara dan konvensi hukum laut.
3 Mendukung pertumbuhan daerah dan nasional, meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar
dan usaha perikanan skala kecil secara paralel. 4 Seluruh prasarana PP merupakan suatu pembangunan sistem dalam
satu kesatuan yang terkait dan saling mendukung. 5 PP dilengkapi dengan sarana pokok, fungsional dan pendukung,
sehingga tercipta iklim yang kondusif untuk menunjang terwujudnya usaha perikanan modern.
6 Menunjang keberhasilan pemanfaatan daerah pantai. 7 Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain adalah peningkatan
pengolahan, rehabilitasi, perluasan pengembangan dan pembangunan baru.
8 Meningkatkan fasilitas prasarana PP untuk menuju perikanan modern.
38
3.2 Pendekatan Sistem