Validasi Rekayasa Model Pengembangan

165 5 Pengawasan dan penegakan hukum Keberadaan PPSC sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu, PPSC juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan. Strategi ini dilakukan untuk menjaga kelestarian SDI.

5.2.2 Validasi Rekayasa Model Pengembangan

Setelah tahap verifikasi pembuktian rekayasa model pengembangan PPSC selesai dibuktikan, selanjutnya dilakukan usaha penarikan kesimpulan yang meyakinkan untuk mengetahui apakah model yang dibangun ini merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji. Tahapan ini disebut dengan tahap validasi keabsahan model, dengan sejumlah proses iterative yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model dan umumnya tahap ini akan menghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan model yang telah dirancang. Proses validasi ini seyogyanya dilakukan secara kontinyu sampai kesimpulan bahwa model yang dirancang telah didukung dengan pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi. Namun seringkali dijumpai kesulitan pada tahap ini karena kurangnya data yang tersedia ataupun sempitnya waktu guna melakukan validitas. Suatu model mungkin telah mencapai status validasi meskipun menghasilkan kekurangbenaran output Eriyatno 2003. Disini model adalah absah karena konsistensinya di mana hasilnya tidak bervariasi lagi. Informasi yang diperoleh pada tahap validasi model akan berguna untuk menentukan prioritas pengumpulan informasi lanjutan, koleksi data, perbaikan estimasi dan penyempurnaan model dan kriteria dari sistem pengembangan PPSC terpadu ini. Usaha ini akan berperan banyak dalam menyeimbangkan aktivitas rekayasa model dan aktivitas pengumpulan data yang pada prinsipnya mencari efisiensi waktu, biaya dan tenaga untuk penyempurnaan model yang telah dirancang. Validasi rekayasa model pengembangan PPSC ini telah beberapa kali dilakukan baik melalui ground truth langsung ke lapangan, wawancara dengan stakeholders maupun melalui konsultasi pakar. Pengujian-pengujian ini menghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan model ini 166 hubungannya dengan tujuan penelitian menyusun suatu model rekayasa pengembangan PPSC melalui kegiatan-kegiatan analisis potensi SDI terkait dengan pengembangan PPSC, estimasi prakiraan pengembangan produksi ikan, jumlah kapal, dan nelayan, serta proyeksi kebutuhan pelayanan di PPSC, analisis tingkat pemanfaatan fasilitas PPSC, analisis biaya dan manfaat pengembangan PPSC, analisis prioritas pengembangan fasilitas di PPSC, analisis kelembagaan dalam pengembangan PPSC, analisis strategi dalam pengembangan PPSC, dan rancangan pengembangan PPSC. Hasil penelitian memenuhi tujuan penelitian yaitu menyusun suatu model rekayasa pengembangan PPSC yang terintegrasi integrated information system berkualitas dari segi produk well-developed system dan proses pengembangan sistem well-managed system, serta relevan terhadap kegiatan pengembangan, operasionalisasi pelabuhan dan fungsi-fungsi PPSC. Sehingga hipotesis penelitian terbukti diterima bahwa model pengembangan PPSC yang dihasilkan dari rekayasa analisis sistem terhadap faktor-faktor peubahnya dapat dijadikan sebagai model pengembangan PP. Pertama, penelitian ini berhasil menciptakan model rekayasa pengembangan yang terintegrasi. Hal ini ditandai dengan berhasil dilintasfungsikannya atau diintegrasikannya sistem informasi manajemen management information system bagi penyediaan informasi yang mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena pengembangan pelabuhan yang dimodelkan. Pengintegrasian ini dimungkinkan berkat adanya perkembangan teknologi perangkat keras yang diiringi oleh perkembangan perangkat lunak serta kemampuan perakitan dan penggabungan beberapa teknik pengambilan keputusan ke dalam bangunan sistem. Pengintegrasian perangkat keras, perangkat lunak dan teknik keputusan tersebut menghasilkan sistem informasi yang memungkinkan pengguna melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan cermat. Disamping itu sistem informasi ini memperbesar kemampuan pembuatan keputusan, meningkatkan ketelitian dan mempercepat prosesnya dan juga menjadi semakin ekonomis. Kedua, penelitian ini berhasil menciptakan sistem pengembangan PP yang terintegrasi dan berkualitas dari segi produk well-developed system. Salah satu aspek yang menentukan kualitas sistem ini adalah fungsionalitas sistem. Fungsi sistem ini menunjukkan perolehan produk sistem hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pengguna. Fungsi sistem ini bekerja dengan baik, 167 dengan kata lain, sistem dapat diandalkan reliably, mudah dioperasikan easily, dan efisien efficiently. Masing-masing karakteristik ini dapat dijelaskan lebih jauh sebagai fungsi sistem untuk menghasilkan produk sistem yang berkualitas. Keandalan SISBANGPEL ini dibuktikan dengan kemampuan sistem untuk menyajikan output informasi berkualitas yang dapat diukur berdasarkan: 1 Pemaparan berbagai macam informasi dan variabel ataupun faktor-faktor yang terkait dengan pengembangan, operasionalisasi dan fungsi-fungsi PP. 2 Kemudahan dalam proses input data dan informasi yang dibutuhkan, serta fleksibel dalam jenis dan jumlah data sehingga sangat mudah dioperasikan easily untuk PP lainnya selain PPSC. 3 Derajat kebenaran accuracy dan kerincian precise informasi tinggi. Derajat akurasi dan presisi ini berlaku untuk semua informasi yang dimiliki sistem. Derajat yang tinggi ini dimungkinkan karena ketelitian yang tinggi dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyajian data sehingga bias informasi dapat dikurangi. 4 Tingkat ketepatan waktu informasi sesuai dengan upaya pengambilan keputusan. Oleh karena model ini bersifat online dan multiple client di mana data dapat dikumpulkan, diproses dan disajikan seketika, maka informasi yang disajikan tidak usang atau kadaluwarsa ketika sampai ke penerima, sehingga masih ada waktu untuk menggunakan informasi tersebut sebagai bahan pengambil keputusan. 5 Tingkat keringkasan dan kelengkapan informasi tidak berlebihan. SISBANGPEL menyajikan informasi yang ringkas tetapi lengkap yang dikemas dalam bentuk ikhtisar sesuai dengan kebutuhan penerima informasi: operasional, manajerial dan strategis. Seperti halnya keandalan, kemudahan dalam pengoperasian menjadi ciri dari SISBANGPEL. Kemudahan ini berarti bahwa sistem mudah untuk mengerti keinginan pengguna dan berinteraksi dengan penggguna dengan cara yang konsisten. Ketiga, penelitian ini berhasil merancang sistem pengembangan PP yang berkualitas dari segi proses project management. Pada waktu pembahasan kualitas produk sistem fokusnya pada produk pengembangan sistem well- developed system, sementara pada pembahasan kualitas proses sistem fokusnya pada proses pengembangan sistem well-managed system. Proses 168 pengembangan sistem yang dikelola dengan baik mempunyai pengaruh yang besar pada suksesnya pengembangan sistem. Kualitas produk sistem yang baik tidak akan diperoleh jika penyelesaian sistem melampaui waktu dan anggaran yang telah disediakan dan kondisi ini menjadi indikator pengembangan sistem yang gagal. Kualitas proses sistem pengembangan PP ditandai dengan penyelesaian perancangan sistem sesuai schedule, biaya penyelesaiannya sesuai dengan budget dan dalam perancangannya melibatkan kebutuhan stakeholders PP. Sistem yang baik secara teknis mungkin bisa gagal dalam penerapannya sebagai akibat tidak memuaskan pengguna. Untuk itu dalam proses perancangan SISBANGPEL dengan melibatkan kebutuhan para pengguna melalui observasi, wawancara langsung, konsultasi pakar, studi literatur, pengamatan terhadap model sistem pengembangan sebelumnya dan professional judgement penulis untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam perancangan sistem pengembangan PPSC sehingga dihasilkan produk pengembangan yang berkualitas. Kelemahan akan selalu muncul sebagai konsekuensi logis dari suatu pengembangan sistem. Kelemahan utama sistem ini adalah ukuran volume manajemen basis sistem yang akan bertambah jika ada penambahan data, model, dan kriteria sehingga kecepatan akses informasi menjadi berkurang. Disamping mempengaruhi kecepatan akses informasi, konsekuensi lainnya dari penambahan data, model dan kriteria terhadap manajemen sistem adalah kebutuhan media penyimpanan dan memori yang besar agar sistem dapat bekerja secara efisien. Sistem mempunyai tingkat kompleksitas tinggi dalam pengambilan keputusan yang mengharuskan administrator basis sistem dan pengguna sistem benar-benar memahami fungsi-fungsi dalam sistem, agar memperoleh manfaat yang optimal dari sistem. Kegagalan memahami sistem terpadu ini dapat mengakibatkan keputusan yang salah, yang akan memberikan dampak serius bagi perancangan pengembangan PP. Penerapan sistem terkomputerisasi dalam perancangan pengembangan PP sebagai suatu sistem baru dapat menjadi tidak efisien bila penerapan tersebut tidak diimbangi dengan adanya pelatihan SDM. Sistem baru ini juga meminta kebutuhan perangkat keras dengan spesifikasi tertentu sehingga pada tahap awal konversi ke sistem baru ini akan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pembelian perangkat keras dan pelatihan SDM. 169 Kelemahan lainnya setelah sistem baru ini berhasil mengkonversi sistem lama adalah tingkat kegagalan perancangan pengembangan PP menjadi sangat tinggi jika terjadi kegagalan sistem, mencakup kegagalan akibat kesalahan manusia, gangguan perangkat keras maupun kegagalan perangkat lunak seperti kesalahan memasukkan data, penghapusan data, rusaknya harddisk, rusaknya sistem dan virus komputer. Hal ini dimungkinkan karena setelah konversi penuh sistem lama ke sistem baru, pemakai akan meninggalkan sistem lama dan akan sangat tergantung pada konsistensi dan integritas sistem baru. 6 PEMBAHASAN PP adalah pusat aktivitas perekonomian kelautan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam pembangunan perikanan dan kelautan. Saat ini dirasakan pengembangan PP belum berfungsi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor seperti terbatasnya fasilitas, rendahnya teknologi, kualitas pelayanan yang rendah, serta biaya yang mahal maupun kesalahan dalam perencanaan. Sebagaimana disebutkan oleh Kamaluddin 2002 dan Fauzi 2005 bahwa sebagai sebuah infrastruktur pembangunan ekonomi, pelabuhan memiliki peranan sangat penting sebagai penggerak roda ekonomi suatu kawasan. Sejarah juga mencatat bahwa sebelum era dirgantara berkembang pesat, pelabuhan merupakan titik awal tumbuhnya suatu wilayah karena pelabuhan menjadi basis pusat ekonomi melalui perdagangan baik melalui intrawilayah maupun antar negara. Pelabuhan dan jalur perdagangan laut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah proses panjang peradaban kuno menjadi peradaban modern. Dibandingkan dengan bentangan garis pantai, jumlah pulau dan luas lautnya, prasarana dan sarana perikanan tangkap yang dimiliki Indonesia masih jauh dari optimal. Sebagai gambaran, Thailand dengan garis pantai 2 600 Km 2 135 dari panjang garis pantai Indonesia memiliki sekitar 52 PP yang sebagian besar memenuhi standar higinies dan sanitasi internasional. Indonesia hanya memiliki 5 PPS internasional, yaitu Sabang, Bungus, Muara Baru, Cilacap dan Kendari. Selain itu ada 14 PPN antar propinsi dan sejumlah PPI serta TPI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia Dahuri 2002. Fauzi 2005 menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam konteks pembangunan kelautan, pelabuhan laut merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Dengan demikian, dalam konteks pembangunan kelautan, pelabuhan yang digolongkan baik harus memenuhi syarat 3C yakni comprehensive, coordinated dan continuing. Fungsi pelabuhan laut yang komprehensif akan menunjang aktivitas ekonomi kelautan lainnya, yang pada gilirannya akan mengurangi biaya transaksi sehingga menyebabkan pelabuhan lebih efisien dan memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Pelabuhan laut yang terkoordinasi dengan baik juga akan memberikan fungsi pelayanan yang optimal sehingga akan meningkatkan permintaan terhadap jasa pelabuhan itu sendiri di masa mendatang. 170 171 Fungsi ekonomi pelabuhan laut tidak hanya terbatas pada wilayah pantai dan laut, tetapi juga pada skala regional secara menyeluruh baik pada tingkat rural maupun urban. Hal ini karena pelabuhan bukan saja melayani jasa transportasi, melainkan lebih dari itu menyediakan lapangan pekerjaan, pusat perdagangan, rekreasi, dock service dan sederet aktivitas turunan yang dihasilkan dari satu kegiatan ke kegiatan ekonomi lainnya. Peranan pelabuhan laut sebagai penggerak ekonomi kelautan di wilayah pesisir tidak diragukan lagi, manfaat ekonomi yang bisa dipetik dari pelabuhan laut, khususnya pelabuhan internasional, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor dibawah ini Fauzi 2005, yaitu: ♦ Pertama, menyangkut efisiensi dan produktivitas. Salah satu kunci keberhasilan ekonomi pelabuhan laut adalah efisiensi dan produktivitas. Hal ini tidak saja berkaitan dengan efisiensi teknis, tetapi juga energi, finansial, ruang, tenaga kerja, administratif dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi produktivitas pelabuhan. Pelabuhan yang fungsional tidak diragukan lagi membutuhkan energi yang cukup tinggi. ♦ Kedua, berkenaan dengan aspek lingkungan. Pelabuhan laut dibangun di wilayah pesisir yang sangat rentan terhadap perubahan ekologis. Selama ini kawasan pesisir hanya dilihat dari pemanfaatan langsung, sehingga reklamasi pantai, misalnya sering dilakukan tanpa memperhitungkan nilai ekonomi kawasan pesisir yang terlihat intangible. Akibatnya apabila terjadi perubahan ekologis yang mendasar, maka kerugian ekonomi yang ditimbulkan justru sangat besar dibandingkan manfaat ekonomi reklamasi pantai itu sendiri. ♦ Ketiga, berkaitan dengan aspek sosial dan kelembagaan. Salah satu dampak yang mendasar dari berfungsinya suatu pelabuhan adalah terjadinya perubahan sosial dan kelembagaan di wilayah pesisir dan sekitarnya. Perubahan sosial dan kelembagaan yang mendukung ke arah perubahan yang baik tidak diragukan akan mempengaruhi performa ekonomi pelabuhan dan memberikan dampak pengganda terhadap ekonomi kelautan secara menyeluruh. ♦ Keempat adalah faktor pertumbuhan atau permintaan terhadap jasa pelabuhan, misalnya perkembangan pariwisata growth in travel. Pertumbuhan demand dari pelabuhan adalah kunci utama kelayakan ekonomi dari pelabuhan dan dampak manfaat serta biaya terhadap wilayah 172 secara keseluruhan. Peningkatan demand harus dibarengi pengurangan tingkat congestion yang pada gilirannya akan meningkatkan reliability dan flexibility suatu pelabuhan laut internasional. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menyongsong era globalisasi, pembangunan perikanan terus dipacu di bidang penangkapan mulai dari pengembangan sarana produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran yang didukung dengan prasarana penunjang yang disebut prasarana PP atau PPI. Usaha perikanan di dalam kawasan PP akan menjadi kondusif, karena di kawasan tersebut tersedia fasilitas yang dibutuhkan oleh nelayan, pemakai jasa perikanan dan tercipta rasa aman dari gangguan alam sekitar. Agar pengembangan PP memberikan manfaat dan berkesinambungan, diperlukan kebijakan publik yang dirumuskan berdasarkan pendekatan sistem, dimulai dengan kemampuan dalam melakukan identifikasi potensi SDI serta dipadukan dengan perkembangan aktivitas di PP saat ini dan masa depan, sehingga mampu memberikan gambaran tentang kondisi pemakaian atau pemanfaatan fasilitas serta prioritas pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan di PP. Pengembangan PP yang bertumpu pada potensi SDI serta perkembangan di PP termasuk dalam hal ini kelembagaan diyakini mampu memberikan manfaat dalam pengelolaan SDI yang berkelanjutan. Namun demikian, dinamika globalisasi dan perubahan situasional yang semakin cepat membutuhkan keputusan yang mempertimbangkan seluruh aspek holistic, berorientasi pada tujuan yang jelas cybernetics dan dapat diaplikasikan effective Eriyatno 2003.

6.1 Implementasi Model Pengembangan PPSC

Paket model SISBANGPEL merupakan suatu sistem penunjang keputusan yang direkayasa dalam bentuk perangkat lunak komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dan program Microsoft Access 2002. Pengguna utama model ini adalah instansi pemerintah yang berwenang dalam hal pengembangan suatu PP. Verifikasi dan validasi model yang telah dilakukan terhadap data dan informasi dari PPSC maupun instansi yang terkait dalam pengembangan PPSC menunjukkan bahwa model dapat berfungsi dengan baik dan layak digunakan. Model SISBANGPEL dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu analisis dalam pengembangan suatu PP. Implementasi sub model potensi SDI diperlukan agar pengembangan PP dapat difokuskan pada keberadaan potensi SDI-nya, sehingga dapat direncanakan jenis pengembangan yang tepat bagi PP yang bersifat kompetitif

Dokumen yang terkait

Potensi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap untuk Pengembangan Industri Pengolahan Ikan

0 8 173

Rekayasa model pengembangan pelabuhan perikanan samudera Cilacap

1 34 612

Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap)

3 21 115

Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap)

0 5 94

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 19

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 40

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 41