2.1.5 Model Pembelajaran Talking Stick
2.1.5.1 Pengertian Model Talking Stick
Menurut Suprijono 2014:45-46 model pembelajaran adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat
diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mangatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Menurut Arends
dalam Suprijono, 2012: 46, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono 2012:58 untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:
1. Positive interdependence saling ketergantungan positif 2. Personal responsibility tanggung jawab perseorangan
3. Face to face promotive interaction interaksi promotif 4. Interpersonal skill komunikasi antaranggota
5. Group processing pemrosesan kelompok Menurut Suprijono 2014:109-110 mengungkapkan bahwa model talking
stick mendorong peserta didik berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran diawali penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta
didik diberi kesempatan membaca, mempelajari materi tersebut. Guru
memberikan waktu cukup untuk aktivitas ini. Selanjutnya meminta peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan. Tongkat
diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan guru demikian seterusnya. Ketika
tongkat bergilir dari peserta didik ke peserta didik lain, seyogyanya diiringi musik. Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik rumuskan kesimpulan. Menurut Shoimin 2014: 198-198 talking stick tongkat berbicara adalah
metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum
pertemuan antarsuku. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku
–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa
yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah
ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut
ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketuapimpinan rapat. Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara berbicara yang diberikan secara bergiliranbergantian.
Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa
yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok
diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, SMASMK. Selain itu untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan
membuat peserta didik aktif. Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick
tongkat yang bergulir peserta didik dituntun untuk merefleksikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab
pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan talking.
Menurut Carol Locust 2006; dalam Christian Hogan, 2007: 209 dalam Huda 2013:224 :
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was
commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the
council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would
hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one
individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Talking Stick tongkat berbicara adalah metode yang digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum pertemuan antarsuku. Kini metode itu sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana
namanya, Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran
untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan metode talking stick, guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau
minat yang berbeda. Metode ini cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkatan umur.
2.1.5.2 Langkah-langkah Model Talking Stick
Menurut Aqib 2014:26 langkah-langkah model talking stick : 1.
Guru menyiapkan tongkat. 2.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi. 3.
Setelah selesai, guru menyuruh siswa membuka materibuku pelajaran dan mempelajarinya, kemudian siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
6. Guru memberikan evaluasi.
7. Guru menutup pembelajaran.
Menurut Suprijono 2012:109-110 mengungkapkan bahwa model talking stick diawali penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta
didik diberi kesempatan membaca, mempelajari materi tersebut. Guru memberikan waktu cukup untuk aktivitas ini. Selanjutnya meminta peserta didik
menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan. Tongkat diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat
tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan guru demikian seterusnya. Ketika tongkat bergilir dari peserta didik ke peserta didik lain, seyogyanya diiringi
musik. Langkah akhir dari model ini adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru
memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
Menurut Huda 2013:225 sintak metode talking stick adalah sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya + 20 cm.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
3. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
4. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilakan siswa untuk menutup isi bacaan. 5.
Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan
7. Guru melakukan evaluasi.
8. Guru menutup pembelajaran.
2.1.5.3 Kelebihan Model Talking Stick
Menurut Huda 2013:225 metode talking stick bermanfaat karena ia menguji kesiapan siswa, melatih ketrampilan siswa mereka dalam membaca dan
memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun. Pendapat lain dari Suprijono 2014:109 mengatakan
bahwa pembelajaran metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.
Menurut Shoimin 2014:199 kelebihan talking stick adalah sebagai berikut :
1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Menguji peserta didik memahami materi dengan cepat.
3. Memacu agar peserta didik lebih giat belajar.
4. Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
2.1.5.4 Kelemahan Model Talking Stick
Kelemahan dari model ini adalah membuat siswa terkejut dalam menjawab pertanyaan karena tongkat berhenti mendadak di tangan seorang siswa. Peneliti
memiliki solusi dalam mengurangi kelemahan model talking stick ini yaitu dengan memberikan lagu atau musik dengan tema yang menarik agar siswa tidak terkejut
dalam melakukan talking stick.
2.1.6 Media Pembelajaran