jawaban yang tidak betul-betul atau tidak jujur; seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.
Untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan angket atau kuesioner di atas, maka peneliti berusaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan
tersebut, antara lain : memberikan petunjuk-petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengisian angket
agar responden dapat memberikan jawaban yang jujur; memberikan penjelasan sebelum menyebarkan angket sehingga responden bersedia mengisi angket tanpa
adanya perasaan terpaksa; mengamati dan meneliti kembali jawaban yang telah diisi oleh responden agar tidak ada pertanyaan yang terlewatibelum dijawab.
Dengan demikian pemilihan angket sebagai instrumen sangat membantu peneliti dalam memperoleh data tentang
tingkat pemahaman konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013.
3.4.3 Wawancara
Sugiyono 2010:317 menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini
hanya digunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur dalam penelitian ini menggunakan pedomanan wawancara yang disusun berdasarkan kisi-kisi
pengembangan pedoman wawancara. Penggunaan metode interview atau wawacara dalam penelitian ini ditujukan untuk menggali data penunjang yang
terkait tingkat pemahaman konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013.
3.4.4 Penyusunan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah angket yang berupa seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai
tingkat pemahaman konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan angket tertutup model skala Likert. Angket tertutup artinya angket diberikan langsung kepada responden kemudian responden tinggal memilih
alternatif jawaban yang sudah disediakan. Pemilihan menggunakan angket tertutup ini beralasan bahwa peneliti ingin memperoleh jawaban dari konselor
sesuai dengan data yang ingin diungkap. Jika menggunakan angket terbuka yang kemungkinan guru memberikan secara bebas sesuai dengan keinginannya maka
dikhawatirkan data yang diperoleh menyimpang dari data yang ingin diungkap. Sedangkan skala likert dimaksudkan untuk mengukur variabel pemahaman, dalam
hal ini yaitu tingkat pemahaman konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Pada angket ini terdapat lima pilihan jawaban
yaitu SS Sangat Sesuai, S Sesuai, KS Kadang Sesuai, TS Tidak Sesuai, dan STS Sangat Tidak Sesuai. Pemberian skoring pada angket berdasarkan skala
likert. Pada jawaban diberlakukan angka skor, sehingga analisis dilakukan terhadap skor tersebut. Data yang dihasilkan berupa data interval. Berikut kategori
jawaban dan cara pemberian skor angket ini adalah
Tabel 3.2 Kategori Penskoran Jawaban
Kategori jawaban positif Skor Pernyataan
Positif Negatif
SS Sangat Sesuai S Sesuai
KS Kurang Sesuai TS Tidak Sesuai
STS Sangat Tidak Sesuai 5
4 3
2 1
1 2
3 4
5
Untuk menghindari dan mengatasi kecenderungan kebanyakan responden memilih jawaban yang hanya tertumpu pada satu pilihan alternatif jawaban seperti
sesuai, maka dalam penyusunan butir pertanyaan dibuat pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
3.4.5 Prosedur Penyusunan Instrumen