4.2 Angklung “Gelas Cantel” di Desa Karangsari Kecamatan
Pulosari Kabupaten Pemalang
4.2.1 Sejarah Berdirinya Angklung “Gelas Cantel” di Desa Karangsari
Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang
Sejarah berdirinya kesenian angklung “Gelas Cantel” berawal dari sebuah pengamatan salah seorang pemuda desa Karangsari terhadap pemain angklung
ditempat wisata Baturaden, Purwokerto sehingga timbullah inisiatif dari para pemuda desa Karangsari yang ingin melestarikan dan mengembangkan kesenian
angklung di Desa Karangsari. Sebelum membentuk suatu kelompok kesenian angklung Gelas Cantel, dahulu Kepala Desa Desa Karangsari memiliki
seperangkat alat musik dari bambu seperti angklung, kenthongan, ketrak, dan bass tabuh yang disimpan di Balai Desa. Keberadaan seperangkat alat musik dari
bambu tersebut di Desa Karangsari merupakan sebagian dari program dari Kepala Desa. Para remaja hingga dewasa setiap sore berlatih angklung di Balai Desa.
Setelah pergantian periode, seperangkat alat musik tersebut diberikankepada Mts Karangsari sehingga latihan setiap sore yang dilakukan para remaja maupun
dewasa terpaksa harus berhenti. Pada tahun 2008, beberapa bulan setelah alat angklung tersebut diberikan
kepada MTs Miftahul Ulum Karangsari, para pemuda di Desa Karangsari memiliki keinginan untuk berlatih kembali dan mengembangkannya sehingga
seperangkat alat musik angklung mereka beli dari MTs Miftahul Ulum Karangsari atas nama Dusun Krajan Desa Karangsari. Pada saat itu belum terbentuk suatu
kelompok yang resmi dengan nama “Gelas Cantel”. Selangkah demi selangkah mereka menyusun kepengurusan kelompok yang dipimpin oleh Bapak Sutojoyo.
Setelah kepengurusan dibentuk, Bapak Sutojoyo sebagai ketua membuka pintu lebar kepada masyarakat Desa Karangsari yang ingin berapresiasi, berkreasi dan
berekspresi lewat latihan yang dijadwalkan bersama. Bapak Sutojoyo mendatangkan pelatih dari pemain angklung Baturaden selama satu bulan. Latihan
bersama pelatih dilakukan seminggu dua kali pada sore hari. Pada saat itu “Gelas
Cantel” hanya mempunyai alat musik satu angklung, empat kenthongan, satu kenur, satu ketrak, dan satu bas tabuh. Mukhidin 47th selaku anggota dari
kelompok kesenian angklung mengatakan: “Kami mendatangkan pelatih angklung dari Purwokerto. Kami berlatih
selama satu bulan, alhamdulillah para remaja, orang dewasa disini sangat antusias dalam berlatih angklung sehingga kami bisa
mengembangkan sendiri membuat kelompok kesenian angklung Gelas Cantel ini
” .
Pada tahun 2009, masyarakat Dusun Krajan Desa Karangsari membentuk suatu kelompok kesenian yang dinamakan “Gelas Cantel”. Gelas Cantel memiliki
kepanjangan yaitu Generasi Lugas Cantik dan Terlatih, diciptakan oleh Tedi alias Centil yang merupakan anggota dari kelompok kesenian angklung “Gelas Cantel”.
Kesenian angklung Gelas Cantel pertama kali dibentuk dipimpin oleh Bapak Sutojoyo, namun mulai tahun 2011 pimpinan digantikan oleh Bapak Satar.
Kesenian angklung “Gelas Cantel” terinspirasi dari para pemain angklung jalanan di Baturaden, Purwokerto. Dalam wawancara Satar 47th sebagai ketua
kelompok mengatakan:
“Kalo disini memang dikenalnya dengan kesenian angklung. Memang banyak versi yang menamai kesenian ini mbak, tapi kami sering menyebutnya
kesenian angklung. Mungkin karena suara yang diciptakan memang khasnya angklung. Dulu kami juga mendatangkan pelatih dari grup
kesenia n angklung baturaden mbak.”
Kesenian angklung “Gelas Cantel” pertama kali mendapatkan job manggung sebagai pengisi hiburan pada acara khitanan di Desa Gambuhan yang
terletak di sebelah barat Desa Karangsari. Keterbatasan alat musik yang masih sederhana, mereka memberanikan diri tampil di depan masyarakat dengan kostum
yang seadanya karena keterbatasan modal juga mereka belum bisa membuat kostum sendiri untuk para anggota. Sejak saat itu kesenian angklung “Gelas
Cantel” mulai dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Pulosari, merambah ke Kecamatan Moga dan sekitanya. Buah hasil keringat dari pementasan dari
panggung ke panggung membuahkan hasil yang baik walaupun terkadang mereka harus menerima bayaran yang tidak sesuai. Menurut Satar 47th sebagai ketua
kelompok angklung Gelas Cantel yang sekarang, mereka tidak mematok harga yang tinggi, berapapun angka yang rupiah yang diberikan mereka menerima
dengan baik. Lambat laun perkembangan yang terlihat pada angklung Gelas Cantel saat
ini sudah mampu membuat kostum khusus bagi pemain, dan menambah koleksi alat musik seperti ditambahkan alat musik Gambang, Kecrik, dan Gitar Bambu.
Mereka mendapatkan koleksi alat musik angklung dari Purwokerto yang dibuat oleh pengrajin seperangkat alat musik angklung. Sedangkan desain kostum
mereka membuat sendiri pada penjahit di Desa Karangsari. Sampai sekarang angklung Gelas Cantel beberapa kali dipentaskan dalam acara besar seperti
mewakili Kecamatan Pulosari dalam festival kesenian HUT Kabupaten Pemalang, Penyambutan Tamu, Karnaval HUT Republik Indonesia, acara pernikahan,
maulud, dan acara besar lainnya.
4.3 Bentuk Kesenian Angklung Gelas Cantel