Pertumbuhan Pertumbuhan dan Kualitas Kayu A. mangium

15 oleh Hiley, 1956. Adapun macam-macam daur dimaksud adalah: daur silvikultur, daur teknis, daur pendapatan tertinggi daur produksi maksimal dan ada pula daur finansial. Makin tua umur tanaman atau makin panjang daur tebangnya, makin terbuka pula peluang untuk mendapatkan kualitas kayu pertukangan dengan kualitas tinggi, asalkan disertai dengan perlakuan silvikultur yang tepat. Sebaliknya dapat pula terjadi, justru daur tebang A. mangium seyogianya perlu diperpendek, agar kerugian akibat penyakit dapat diminimalkan. Perpendekan daur tebang yang bertujuan untuk mengurangi kerugian hasil hutan akibat gangguan penyakit hutan seperti oleh PLKT sesuai dengan konsep daur patologis Boyce, 1961; Tainter dan Baker, 1996. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besar persen kayuhilang cull factor akibat PLKT, sebagai satu dasar penentuan daur tebang tegakan A. mangium. Dengan perkataan lain, umur tegakan ditetapkan sedemikian, dengan daur tebang yang sedikit lebih panjang, kualitas kayu menjadi lebih sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk produksi kayu pertukangan atau kayu konstruksi. Oleh karena itu, ingin diketahui pada umur berapa tegakan A. mangium tepat ditebang demikian, sehingga banyak kayu yang lapuk tidak lebih besar dari kayu baru yang dibentuk pada periode pertumbuhan berikutnya.

1. Pertumbuhan dan Kualitas Kayu A. mangium

a. Pertumbuhan

Pada waktu muda batang pohon bersifat lunak dan pohon tumbuh cepat menjadi besar terutama jika tersedia hara yang cukup dan lingkungan yang tepat Haygreen dan Bowyer, 1982. Selanjutnya diketahui pula bahwa waktu muda jaringan-jaringan yang dibentuknya berbeda dengan ketika pohon telah menjadi dewasa. Apabila batangnya terluka, pohon bahkan dapat cepat memberikan reaksi untuk penyembuhannya. Mangium dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Pada areal yang kurang baik seperti lahan yang terganggu dan bekas terbakar, 16 lahan dengan tanah lempung yang sudah kurus dengan bahan dasar vulkanik, lahan gersang bekas perladangan liar, jenis pohon ini masih dapat tumbuh baik dengan produksi rata-rata 20 m 3 ha -1 Sindusuwarno dan Utomo, 1979. Pada kondisi yang sama, di- bandingkan dengan Eucalyptus deglupta dan Gmelina arborea, A. mangium tumbuh lebih baik, atau setidaknya sama. Mangium termasuk jenis pohon yang dapat mencapai tinggi 30 m dengan batang bebas cabang lebih dari separuh tinggi dan diameter batangnya dapat mencapai 99 cm atau lebih NRC, 1983 diacu Anonim 1996. A. mangium yang telah berumur 9 tahun dapat mencapai tinggi 23 meter dengan diameter batangnya 23 cm, dan rata-rata dapat menghasilkan kayu sebanyak 41.5 m 3 ha -1 NAS, 1979. Christine 1989 diacu Anonim 1996 melaporkan bahwa pada umur 14 tahun tinggi A. mangium dapat mencapai 40 meter dan diameter batangnya 40 cm. Sutisna dan Fatawi 1993 juga melaporkan bahwa pertumbuhan tanaman mangium berumur 9 tahun di Balikpapan, Kalimantan Timur mampu mencapai riap diameter 2.8 cmtahun dan riap volume 15.7 m 3 ha -1 tahun -1 . Selanjutnya Suarsa, dkk. 1991 melaporkan bahwa pertumbuhan tanaman mangium di PT. ITCI di Propinsi Kalimantan Timur pada umur 7 – 8 tahun mencapai rata-rata volume tegakan Mean Annual Increment MAI 18.14 – 25.62 m 3 ha -1 tahun -1 . Awang dan Taylor 1995 melaporkan bahwa di berbagai lokasi pertumbuhan diameter pohon mangium meningkat cepat hingga 15 – 20 cm, dalam waktu kurang dari 4 tahun. Laju pertumbuhan selanjutnya menurun setelah pohon mencapai umur 5 tahun dengan diameter dapat mencapai 30 cm setelah berumur 8 tahun. Pertumbuhan diameter dan tinggi tersebut beragam menurut umur dan tempat tumbuh. MAI untuk diameter berkisar 1.8 – 7.4 cm tahun -1 . Sementara MAI tinggi lebih dari 4 m tahun -1 pada umur 2 – 4 tahun dan selanjutnya menurun hingga 2 – 2.5 m tahun -1 . 17 Dilaporkan bahwa pertumbuhan dan hasil tegakan A.mangium selain dipengaruhi oleh umur tegakan dan keadaan tempat tumbuh, juga sangat dipengaruhi oleh pemberian tindakan penjarangan Anonim, 1996. Hasil dan pertumbuhan tegakan yang lebih baik akan diperoleh apabila dilakukan tindakan penjarangan pada umur 3 tahun dengan intensitas penjarangan 30 untuk tegakan dengan kelas bonita 2, tindakan penjarangan pada umur 4 tahun dengan intensitas 30 untuk tegakan dengan bonita 3 dan penjarangan pada umur 5 tahun dengan intensitas penjarangan 40 untuk tegakan dengan bonita 4. Dari hasil penelitian Anonim, 1996 disimpulkan bahwa pertumbuhan volume tegakan maksimum A. mangium dicapai pada saat kurva MAI berpotongan dengan kurva CAI dan untuk kelas bonita II hal tersebut terjadi pada umur 4 – 5 tahun; untuk kelas bonita III umur 6 – 7 tahun dan untuk kelas bonita IV umur 7 – 8 tahun. Temuan –temuan ini adalah untuk tegakan tanpa perlakuan penjarangan. Sementara tegakan dengan perlakuan penjarangan diperoleh hasil sebagai berikut: pada kelas bonita II, perlakuan penjarangan pada umur 3 tahun dengan intensitas penjarangan 30 dari jumlah pohon asalnya, sangat nyata meningkatkan hasil dibandingkan dengan yang tidak dijarangi sama sekali. Di sini pertumbuhan dengan volume tegakan maksimum dicapai pada umur 7 tahun. Pada kelas bonita III, dengan penjarangan pada umur 4 tahun dengan intensitas 30 , pertumbuhan volume tegakan maksimum dicapai juga pada umur 7 tahun. Terakhir pada kelas bonita IV, penjarangan pada umur 5 tahun dan intensitas 40 , pertumbuhan volume tegakan maksimum dicapai juga pada umur 7 – 8 tahun. Hasil-hasil yang diperoleh seperti diuraikan di atas berkaitan dengan pertumbuhan A. mangium baik itu berupa kurva bonita di berbagai tapak khususnya di Jawa Barat, maupun fungsi hasil tegakan, hingga kini umumnya didasarkan pada pengukuran diameter, luas bidang dasar dan volume. 18 Dalam kenyataannya, pengelolaan tegakan A. mangium tampaknya belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan praktek silvikultur secara taat azas. Satu di antaranya adalah karena informasi yang kurang tentang faktor pembatas yang mungkin timbul seperti penyakit lapuk kayuteras. Secara fisik gejala lapuk kayuteras ini sering sulit dideteksi dari luar. Hal yang terakhir ini dipandang dapat mempengaruhi pendugaan hasil tegakan baik dalam jumlah volume maupun dalam kualitas. Haygreen dan Bowyer 1996 mengungkapkan bahwa kualitas kayu ditentukan oleh sejumlah faktor yang berkaitan dengan kecocokan kayu untuk kegunaan akhir yang khusus. Faktor-faktor tersebut mencakup kerapatan, keseragaman, proporsi kayuteras, panjang serat, keberadaan kayu remaja dan kayu reaksi, susunan sel, mata kayu, arah serat serta susunan kimia kayu. Pengaruh kombinasi faktor-faktor ini menentukan kualitas kayu dan oleh karena itu dipandang sangat penting untuk mengaitkan tiap faktor tersebut dengan tujuan penggunaan akhirnya.

b. Kualitas A. mangium untuk kayu pertukangan