Kesimpulan Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya maka permasalahan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum. Upaya ini dilakukan karena sumber daya lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Hal tersebut kemudian melatarbelakangi munculnya konsep Pembangunan Berkelanjutan sustainable development yang merupakan salah satu isu yang sangat penting yang menjadi dasar pembicaraan di KTT Rio, yakni pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, diundangkannya regulasi tentang pemeliharaan lingkungan hidup mulai dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 hingga Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 diharapkan dapat menjadi dasar hukum yang kokoh dalam pelaksanaan perlindungan maupun pengelolaan hidup di Indonesia agar lingkungan hidup Indonesia dapat dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Universitas Sumatera Utara 2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab sosial perusahaan ini telah diatur secara tegas di dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 UUPT yang rumusannya mewajibkan perusahaan untuk menjalankannya di samping membebankan sanksi bagi perusahaan yang tidak menerapkannya. Begitu pula di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 UUPPLH yang menyatakan kewajiban terhadap penyelenggaraan pemeliharaan lingkungan hidup dibebankan bukan hanya pada pemerintah ataupun masyarakat melainkan pada pelaku usaha sebagaimana disebutkan dalam Pasal 65 ayat 4 maupun Pasal 68 UUPPLH. Dengan demikian, pelaksanaan tanggung jawab sosial atau CSR bagi perusahaan-perusahaan menurut kedua undang-undang di atas bukan lagi bersifat philanthropic belaka atau aksi amal untuk manfaat lingkungan sosial setempat. Namun sejauh ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekali belum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme pemberian sanksi kepada perusahaan yang lalai atas tanggung jawab sosialnya pun tampak belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan. 3. Pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam memanfaatkan sumber daya alam, termasuk kegiatan para pelaku usaha. Kenyataannya, eksploitasi yang dilakukan seringkali berlebihan tanpa memperhatikan aspek-aspek pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Padahal telah jelas diatur di dalam Pasal 74 UUPT bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Universitas Sumatera Utara Lingkungan. Di samping itu diatur pula di dalam Pasal 67 UUPPLH bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Dengan demikian, setiap orang tanpa terkecuali berhak untuk menikmati dan memanfaatkan lingkungan hidup serta mempunyai kewajiban untuk mengendalikan, menanggulangi, dan memulihkan akibat yang ditimbulkan dengan terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Di samping itu, pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sehingga tindakan yang berkaitan dengan pencemaran maupun perusakan terhadap lingkungan tidak diperkenankan.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Penerapan Gugatan Class Action Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 67 124

Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2 85 118

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

PENGATURAN PERTANGGUNG JAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN DITINJAU DARI PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.

0 0 1

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22

IMPLEMENTASI PASAL 74 UNDANG – UNDANG PERSEROAN TERBATAS (PT) NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODAL SOSIAL Hasan Asy’ari

0 0 11

GAGASAN PENGATURAN HUKUM PEMERIKSAAN PERSEROAN TERBATAS (Suatu Evaluasi Normatif terhadap Pasal 138 - Pasal 141 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)

0 0 12

BAB II PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup - Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 19