4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan library
research, yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis, buku-buku, majalah- majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalah analisis kualitatif, yaitu
data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.
5. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan diterima dan dianalisis. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan pemilihan pasal-pasal yang
berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang aspek hukum implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sebagai upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pada bagian akhir, data yang berupa peraturan perundang-undangan diterima dan
dianalisis secara induktif kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data pendukung sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang aan menjawab seluruh
pokok pemasalahan dalam penelitian ini.
H. Sistematika Penelitian
Untuk lebih mempertegas perincian dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka dibuat sistematika penulisan gambaran isi skripsi ini, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan dimana pada bab ii dipaparkan hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari
penulisan skripsi. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA Pada bab ini dipaparkan pembahasan mengenai pengertian,
sejarah, tujuan, dan implementasi dari pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
BAB III TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
ATAS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
Pada bab ini dipaparkan mengenai penerapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan di bidang lingkungan
hidup menurut peraturan perundang-undangan, baik yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Selain itu dibahas pula mengenai pemberlakuan sanksi
Universitas Sumatera Utara
bagi perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
BAB IV PENERAPAN PASAL 74 UNDANG-UNDANG
NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI BIDANG PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP Pada bab ini dipaparkan gambaran umum tentang salah satu
perusahaan yang kegiatan usahanya membawa dampak pada lingkungan hidup serta penerapan tanggung jawab sosial dari
perusahaan yang dimaksud di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan, yakni jawaban atas permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Selain itu
terdapat juga saran yang berisi pendapat baik yang diberikan atas kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup
Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan
l’environment.
26
Dalam kamus lingkungan yang disusun Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic condition surrounding and organism.
S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi organisme. Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan ekologi terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan
adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Sedangkan Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH, ahli
hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Padjajaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di
dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
27
Pengertian lingkungan hidup juga dirumuskan di dalam Pasal 1 angka 1 UUPPLH, bahwa: “Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
26
N.H.T. Siahaan, Op.cit., hlm. 4
27
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”
28
Berdasarkan beberapa definisi mengenai lingkungan hidup yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diuraikan unsur-unsur yang terdapat di dalam pengertian lingkungan
hidup secara terperinci, antara lain:
29
1. Kesatuan Ruang
Maksud kesatuan ruang, yang berarti ruang adalah suatu bagian tempat berbagai komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses interaksi di antara
berbagai komponen lingkungan hidup tersebut. Jadi, ruang merupakan suatu tempat berlangsungnya ekosistem, misalnya ekosistem pantai, ekosistem hutan. Ruang atau
tempat yang mengitari berbagai komponen lingkungan hidup yang merupakan suatu ekosistem satu sama lain pada hakikatnya berwujud pada satu kesatuan ruang.
2. Semua Benda
Benda dapat dikatakan juga sebagai materi atau zat. Materi atau zat merupakan segala sesuatu yang berada pada suatu tempat dan pada suatu waktu. Pendapat kuno
mengatakan suatu benda terdiri atas empat macam materi asal zat asal, yaitu api, air, tanah, dan udara. Dalam perkembangan sekarang empat materi tersebut tidak dapat
lagi disebut zat tunggal zat asal. Perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi, materi adalah apa saja yang mempunyai massa dan menempati suatu ruang
baik yang berbentuk padat, cair, dan gas. Materi ada yang dapat dilihat dan dipegang seperti kayu, kertas, batu, makanan, pakaian. Ada materi yang bisa dilihat, tetapi tidak
28
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Nomor 140 Tahun 2009
29
Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan: Tinjauan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, Jakarta: Djambatan, 2007, hlm. 2-3
Universitas Sumatera Utara
bisa dipegang seperti air, ada pula materi yang tidak dapat dilihat dan dipegang seperti udara, memang udara tidak dapat dilihat dan dipegang, tetapi memerlukan tempat.
3. Daya
Daya atau yang disebut juga dengan energi atau tenaga merupakan sesuatu yang memberi kemampuan untuk menjalankan kerja atau dengan kata lain energi atau
tenaga adalah kemampuan untuk melakukan kerja. alam lingkungan hidup penuh dengan energi yang berwujud seperti energi cahaya, energi panas, energi magnet,
energi listrik, energi gerak, energi kimia, dan lain-lain.
4. Keadaan
Keadaan disebut juga dengan situasi dan kondisi. Keadaan memiliki berbagai ragam yang satu sama lainnya ada yang membantu berlangsungnya proses kehidupan
lingkungan, ada yang merangsang makhluk hidup untuk melakukan sesuatu, ada juga yang mengganggu berprosesnya interaksi lingkungan dengan baik. Sebagai contoh
misalnya kucing atau musang dalam waktu gelap bukannya tidak bisa melihat justru lebih mempertajam matanya untuk mencari mangsa atau makanannya. Dalam keadaan
berisik, pada umumnya orang sulit untuk tidur nyenyak atau pulas. Dalam keadaan miskin masyarakat cenderung merusak lingkungannya.
5. Makhluk Hidup termasuk manusia dan perilakunya
Makhluk hidup merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat dominan dalam siklus kehidupan. Makhluk hidup memiliki ragam yang berbeda satu sama lainnya.
Makhuk hidup seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan peranannya dalam lingkungan
Universitas Sumatera Utara
hidup sangat penting, tetapi makhluk hidup seperti itu tidaklah merusak dan menemari lingkungan, lain halnya dengan manusia.
Selain definisi lingkungan hidup, disebutkan juga di dalam UUPPLH mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 1 angka 2 UUPPLH merumuskan
bahwa: “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum.”
30
Dalam pengelolaan lingkungan hidup ditegaskan pula kewenangan negara, yaitu hak menguasai dan mengatur oleh negara dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak memberikan wewenang untuk mengatur peruntukan, pengembangan, penggunaan, penggunaan kembali daur ulang,
penyediaan, pengelolaan dan pengawasan melalui perbuatan hukum dan mengatur pajak
serta retribusi lingkungan. Oleh karena itu, wawasan dalam menyelenggarakan
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah wawasan nusantara, karena kondisi obyektif geografi nusantara yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dan terbentang di
khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat strategis, memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lain.
31
Menurut Munadjat, wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa dan negara Indonesia tentang diri dan lingkungannya, yang nyatanya sarwa-nusantara bersifat
serba nusantara. Wawasan nusantara memandang perwujudan Indonesia sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh, baik dari aspek fisik alamiah maupun dari aspek sosial politik
ialah citra lingkungan hidup nusantara.
32
30
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Nomor 140 Tahun 2009
31
Sodikin, Op.cit., hlm. 26
32
Ibid., hlm. 29
Universitas Sumatera Utara
Kekayaan sumber daya alam yang terdapat di dalam lingkungan hidup manusia dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat apabila dikelola, diolah dan dimanfaatkan
dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
33
Dengan demikian, hal-hal yang berkenaan dengan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat harus diutamakan, tidak terkecuali pengelolaan lingkungan hidup maupun
pemanfaatan sumber daya alam yang harus dilakukan secara efektif dan efisien karena menurut Otto Soemarwoto, sumber daya lingkungan mempunyai daya regenerasi dan
asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat digunakan secara lestari.
Akan tetapi, apabila batas itu dilampaui, sumber daya itu akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan
mengalami gangguan. “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
34
Lingkungan mempunyai keterbatasan dalam melakukan proses kehidupannya. Keterbatasan dan kemampuannya untuk menanggulangi proses keseimbangannya itu,
lazim disebut dengan daya dukung lingkungan. Menurut Otto Soemarwoto, daya dukung terlanjutkan ditentukan oleh dua faktor, baik faktor biofisik maupun faktor sosial-budaya-
ekonomi. Kedua faktor ini saling mempengaruhi. Faktor biofisik penting untuk menentukan daya dukung yang terlanjutkan, yaitu proses ekologi yang merupakan sistem
33
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945
34
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenis yang merupakan sumber daya gen. Misalnya, hutan adalah salah satu faktor ekologi dalam sistem pendukung kehidupan.
Hutan melakukan proses fotosintesis yang budaya juga mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan menentukan dalam daya dukung terlanjutkan.
35
Bertitik tolak dari pendapat Otto Soemarwoto, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam realitasnya lingkungan merupakan sumber daya yang memiliki kemampuan dalam
melakukan regenerasi pada dirinya, apalagi terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, dalam menata lingkungan sebagai sumber daya, maka yang
perlu dilakukan adalah agar melakukan pengelolaan dengan bijaksana. Lebih jauh Otto Soemarwoto mengatakan bahwa sumber daya lingkungan milik
umum sering dapat digunakan untuk berbagai macam peruntukan secara simultan, tanpa suatu peruntukan mengurangi manfaat yang dapat diambil dari peruntukan lain sumber
daya yang sama itu. Misalnya, air sungai dapat digunakan sekaligus untuk melakukan proses produksi dalam pabrik, mengangkut limbah, pelayaran sungai, produksi ikan, dan
keperluan rumah tangga.
36
B. Sejarah Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia