Dampak Kegiatan Usaha PT Inalum terhadap Lingkungan Hidup

B. Dampak Kegiatan Usaha PT Inalum terhadap Lingkungan Hidup

Setiap perusahaan berusaha untuk berperan dalam pembangunan dan mewujudkan sumbangsih mereka pada infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun penting disadari bahwa perusahaan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan, misalnya akibat dari pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah pabrik. Begitu juga halnya dengan PT Indonesia Asahan Aluminium yang bergerak pada bidang peleburan aluminium. 123 Namun pengamat lingkungan dari USU, Jaya Arjuna mengatakan apakah Sei Asahan benar-benar dapat menjadi sumber daya alam produktif penting bagi Sumatera Utara. Walaupun BLH mengatakan PT Inalum taat pada peraturan, namun kenyataannya, limbah bahan kimia berbahaya yang dihasilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium Inalum diduga mencemarkan perairan Kabupaten Batubara. Dampak dari pencemaran lingkungan tersebut mengakibatkan ikan-ikan di laut Batubara mati seketika. Tentunya hal ini merupakan hal yang serius untuk ditindaklanjuti oleh pihak Badan Lingkungan Hidup BLH dan Kementerian Lingkungan Hidup KLH. 124 Berdasarkan fakta tersebut, maka seharusnya tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hiduup, terutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam maupun perusahaan yang berdampak pada lingkungan hidup. Jika berpedoman pada Pasal 47 UUPPLH, maka terdapat kewajiban analisis risiko lingkungan hidup bagi perusahaan atau pelaku kegiatan usaha 123 Agus Andika, Dampak Penerapan Community Development CD PT Inalum terhadap Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara, Tesis Master Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan hlm. 5 124 Syahnan Harahap, Soal Limbah Inalum Pemerintah Jangan Buta Pada Keuntungan, http:kpkpos.com, diakses pada tanggal 20 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara terhadap lingkungan hidup disamping tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 74 UUPT. Ditegaskan dalam Pasal 47 UUPPLH bahwa: 125 1 Setiap usaha danatau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, danatau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup. 2 Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. Pengkajian risiko; b. Pengelolaan risiko; danatau c. Komunikasi risiko 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam peraturan pemerintah. Yang dimaksud dengan analisis risiko lingkungan adalah prosedur yang antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan pembersihan clean up limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3. Pengkajian risiko meliputi seluruh proses mulai dari identifikasi bahaya, penafsiran besarnya konsekuensi atau akibat, dan penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia maupun lingkungan hidup. Pengelolaan risiko, meliputi evaluasi risiko atau seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan, identifikasi pilihan pengelolaan risiko, pemilihan tindakan untuk pengelolaan, dan pengimpementasian tindakan yang dipilih. Komunikasi risiko adalah proses interaktif dari pertukaran informasi dan pendapat di antara individu, kelompok, dan institusi yang berkenaan dengan risiko. 126 125 Pasal 47 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Nomor 140 Tahun 2009 126 Syamsul Arifin, Op.cit., hlm. 114 Universitas Sumatera Utara Selain itu, korporasi dapat mengurangi resiko tanggung jawab lingkungna dari operasikegiatannya sehari-hari, dengan cara: 127 1. Memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan badan instansi yang melakukan pengawasan lingkungan. Pejabat instansi yang melakukan pengawasan lingkungan biasanya memberikan kesempatan bagi korporasi untuk memperbaiki pelanggaran yang telah dilakukannya. Perbaikan terhadap pelanggaran yang telah dilakukan menjadikan diterapkannya asas subsidaritas dalam penegakan hukum pidana. 2. Melakukan perbaikan yang sesegera mungkin terhadap pemberitahuan pelanggaran yang dilakukan perbaikan tersebut didokumentasikan dengan baik. 3. Mencari nasehat hukum sebelum merespon pemeriksaan oleh pejabat instansi yang melakukan pengawasan lingkungan, agar dapat merespon secara tepat pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh pejabat instansi tersebut. 4. Memelihara catatan-catatan secara rinci mengenai pembelian dan pembuangan B3 Bahan Berbahaya dan Beracun yang digunakan dalam kegiatan operasional korporasi, sehingga: a. Catatan pembuangan limbah secara tepat dapat diketahui guna pembelaan terhadap aksi penegakan hukum; dan b. Jumlah dan jenis bahan kimia yang digunakan korporasi dapat ditetapkan. 5. Membuang limbah B3 hanya melalui perusahaan pembuangan limbah B3 yang handal dan kredibel, jika mungkin korporasi melakukan daur ulang. Kontrak dengan pihak yang menangani limbah harus diperiksa dan diteliti oleh korporasi dan konsultan hukumnya guna menjamin bahwa proses penanganan limbah telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 127 Alvi Syahrin, Op.cit., hlm. 42-43 Universitas Sumatera Utara 6. Menerapkan suatu program pemenuhan dan pengurangan B3 yang komprehensif, antara lain mencurahkan perhatian dari dana untuk evaluasi atas penggunaan B3 dengan melakukan pembuatan serta penerapan rencana yang komprehensif untuk pengurangan dan pencegahan dari penggunaan B3. Perusahaan me-manage, mengukur, meningkatkan dan mengkomunikasikan aspek-aspek lingkungan dari operasi kegiatannya dengan cara yang sistematis. Dengan demikian, PT Inalum sebagai perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang peleburan aluminium turut memiliki kewajiban untuk melaksanakan analisis risiko lingkungan hidup karena dampak yang ditimbulkan dari kegiatan usahanya dapat mempengaruhi keadaan lingkungan hidup.

C. Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada PT Inalum

Dokumen yang terkait

Penerapan Gugatan Class Action Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 67 124

Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2 85 118

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

PENGATURAN PERTANGGUNG JAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN DITINJAU DARI PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.

0 0 1

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22

IMPLEMENTASI PASAL 74 UNDANG – UNDANG PERSEROAN TERBATAS (PT) NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODAL SOSIAL Hasan Asy’ari

0 0 11

GAGASAN PENGATURAN HUKUM PEMERIKSAAN PERSEROAN TERBATAS (Suatu Evaluasi Normatif terhadap Pasal 138 - Pasal 141 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)

0 0 12

BAB II PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup - Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 19