Pola asuh Otoriter Penyajian Data

B. Penyajian Data

Pola asuh menurut Stewart and Klock sebagaimana dikutip oleh Tarsis Tarmuji, terdiri dari tiga pola asuh orang tua, yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. 89

1. Pola asuh Otoriter

Menurut Stewart and Klock, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai cirri sebagai berikut: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anaknya untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. a. Wawancara tentang pola asuh otoriter Penelitian yang penulis lakukan dengan wawancara terkait pola asuh orang tua yang bersifat otoriter adalah sebagai berikut: “Dalam hal keagamaan, kami selaku kedua orang tua dari anak -anak kami selalu menekankan dengan sangat kepada mereka bahwa ilmu agama itu sangat penting. Oleh sebab itu, kami senantiasa menyuruh mereka dengan tegas untuk selalu pergi ke tempat mengaji jika waktunya telah tiba, yakni dari pukul 16-00 sampai pukul 20:00 wib. Selain itu, mereka juga harus rajin melaksanakan sholat berjama‟ah 89 Tarsis Tarmuji, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresifitas Remaja”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Tahun ke-8, Juli 2002, h. 507. baik di masjid maupun di rumah. Apabila tidak melaksanakannya, kami tidak akan segan- segan untuk menghukum mereka.”. 90 b. Observasi tentang pola asuh otoriter Selama observasi pengamatan yang penulis laksanakan secara diam- diam, memang tampak beberapa dari orang tua terlihat begitu tegas dan keras dalam mendidik anak-anak mereka, terutama terhadap pendidikan agama. Bahkan orang tua tampak begitu keras dan tidak segan-segan untuk memberi hukuman apabila anak-anak mereka tidak mematuhi semua perintahnya. Mereka cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Mereka orang tua cenderung memaksa, memerintah, bahkan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tua, maka mereka akan menghukum anaknya. Mengenai pendidikan keagamaan untuk anak, mereka tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi bersifat satu arah, serta tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. c. Dokumentasi tentang pola asuh otoriter Di desa Gedung Boga, selama penulis melakukan penelitian hanya terdapat beberapa orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter ini, terutama dalam hal keagamaan. Memang, dari orang tua ini semuanya 90 Hasil wawancara dengan tokoh agama, Ust. Abdul Ghofur di desa Gedung Boga kecamatan Way Serdang pada tanggal 29 Desember 2016. merupakan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memang sangat memahami betul akan pentingnya pendidikan agama, sehingga mereka benar-benar berusaha dengan keras agar anak-anaknya menjadi anak yang sholih maupun sh olihah yang kelak dapat mendo‟akan orang tuanya.

2. Pola asuh Demokratis