commit to user 92
politik devide et impera dari VOC. Pada Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755, keraton Mataram dipecah menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta, dan
Kasultanan Ngayogyakarta. Kedua wilayah tersebut masing-masing dipecah lagi sehingga timbullah empat kerajaan melalui Perjanjian Salatiga tahun 1757, yaitu
Kasunanan, Mangkunegaran pecahan dari Surakarta Hadiningrat, dan Kasultanan, Pakualaman pecahan dari Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan
demikian, di Surakarta, terdapat dua kerajaan yang masih ada hingga kini.
b. Surakarta sebagai Kota Budaya
Lingkungan budaya di keraton Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta, selain sebagai lambang kelestarian bahasa dan budaya Jawa, juga
menjadi pusat pelestarian adat-istiadat yang diwarisi secara turun-temurun. Keberadaan keraton tersebut mampu meredam erosi budaya dan kepunahan adat-
istiadat Jawa. Secara kultural, kota Surakarta masih memiliki akar budaya yang kuat jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang tidak memiliki keraton sebagai
simbol budaya. Tidak keliru jika disebutkan bahwa adat-istiadat Jawa di daerah Surakarta
relatif masih kuat bertahan daripada di luar Surakarta. Berbagai adat kebiasaan, berupa gaya hidup, tata cara tradisional, kesenian, dan sebagainya masih
diupayakan keberlangsungannya, meskipun dalam skala yang terbatas. Sementara di luar Surakarta, masyarakat Jawa sudah mulai kehilangan ciri-ciri khas
kejawaannya.
commit to user 93
Akar budaya yang melekat di Surakarta masih dipertahankan hingga sekarang. Berbagai produk budaya juga masih dikembangkan secara
berkelanjutan. Hal ini tertuang dalam visi dan misi Kota Surakarta. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001,
tanggal 13 Desember 2001, kota Surakarta memiliki visi terwujudnya Kota Sala sebagai kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan,
pariwisata dan olah raga. Dari visi tersebut, dapat dipahami bahwa Surakarta merupakan kota yang dibangun dengan landasan budaya. Untuk mendukung visi
tersebut, Surakarta atau Solo juga mengklaim diri sebagai pusatnya kebudayaan di Jawa dengan menyatakan diri sebagai Solo, The Spirit of Java.
Hal ini bukan semata-mata klaim belaka karena memang Solo memiliki beragam kekayaan budaya. Solo merupakan pusat kerajaan terbesar terakhir yang
masih bertahan sejak kedatangan Belanda. Bahkan sampai sekarang, tradisi-tradisi kekeratonan pun masih lestari. Kerajaan juga masih tetap berdiri dengan Sunan
Paku Buwana sebagai raja Keraton Surakarta dan Mangkunegara sebagai raja Keraton Mangkunegaran. Hal ini tentu saja disertai dengan warisan budaya yang
masih dapat dinikmati dan dihayati sebagai khasanah kebudayaan bangsa.
c. Pemerintahan Kota Surakarta