Perkembangan Teater Tradisional Ketoprak di Surakarta

commit to user 165 dikembangkan cerita antara pimpinan desa dengan pejabat di atasnya. Hal ini membuktikan adanya cita-cita besar yang dibangun melalui tahapan-tahapan tertentu dalam sejarah kelahiran ketoprak. Ketoprak memang tumbuh dari suasana komunal masyarakat pedesaan sehingga jadilah ia sebagai teater rakyat. Sebagai teater rakyat, ketoprak ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah sebagai hiburan sederhana yang mudah diterima oleh masyarakat dengan pesan-pesan yang memiliki kedekatan dengan kehidupan rakyat serta digerakkan oleh rakyat. Ketoprak juga dikembangkan dari potensi kedaerahan yang dimiliki. Hal ini terlihat dari komponen yang ada di dalam pertunjukan ketoprak, seperti bahasa Jawa, alat musik gamelan, pakaian adat Jawa, dan cerita-cerita yang berlatar Jawa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ditinjau dari sejarah, ketoprak merupakan seni pertunjukan teater tradisional Jawa Tengah yang mampu mengobarkan semangat kepahlawanan kepada para penontonnya.

2. Perkembangan Teater Tradisional Ketoprak di Surakarta

Sebagai seni rakyat, ketoprak tidak memiliki sifat pakem yang ketat seperti halnya wayang. Oleh karenanya, ketoprak memiliki relativitas yang memungkinkannya berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Apalagi, cerita dalam ketoprak tidak berasal dari kisah epos Ramayana dan Mahabarata seperti dalam wayang yang sudah menjadi suatu pakem yang sulit diubah. Cerita ketoprak bersumber dari kehidupan manusia commit to user 166 sehingga memiliki keniscayaan untuk selalu berubah sesuai dengan kondisi manusia pada masanya. Tradisi dalam ketoprak juga dibangun berdasarkan prinsip keterbukaan yang memungkinkannya menerima bentuk-bentuk baru dalam mencapai kesempurnaan. Hal inilah yang menjadikan ketoprak memiliki bentuk yang lebih fleksibel. Prinsip keterbukaan dan fleksibilitas ini menjadi dasar bagi pengembangan bentuk-bentuk pertunjukan ketoprak. Pada waktu dimainkan di desa, ketoprak belum diiringi dengan gamelan karena peralatan tersebut tidak ditemukan di sana. Setelah hijrah ke istana, ketoprak melihat peluang yang lebih baik dengan menambahkan unsur gamelan untuk menggantikan kotekan lesung yang sebelumnya digunakan. Pada saat ketoprak masih hidup di lingkungan pedesaan yang terbatas, cerita dalam ketoprak masih berkisah seputar kehidupan petani. Lalu ketika bersinggungan dengan masyarakat yang lebih luas, cerita dalam ketoprak dikembangkan dengan konteks yang lebih luas pula. Hal tersebut menunjukkan sifat fleksibilitas ketoprak sebagai teater rakyat yang selalu mencoba membuat pertunjukan relevan dengan kebutuhan dan situasi masyarakat. Prinsip seperti ini menjadikan ketoprak mampu bertahan dan berkembang hingga sekarang. Ketoprak memiliki sifat yang sangat terbuka sehingga sering dititipi kepentingan-kepentingan tertentu. Pada era kerajaan dahulu, ketoprak bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kedudukan raja atau berfungsi sebagai corong- nya ratu. Demikian pula pada saat era pemerintahan Republik Indonesia, fungsi commit to user 167 tersebut sesekali masih tampak. Tidak hanya pemerintah saja yang mampu menyusup dalam sebuah pertunjukan ketoprak, pihak-pihak yang memiliki kuasa dan kepentingan pun dapat menitipkan sesuatu di dalam pertunjukan ketoprak. Bahkan, ketika penguasa dinilai lemah, ketoprak pun dapat digunakan sebagai ajang mengkritik penguasa. Dalam hal ini, rakyat memiliki kepentingan di dalam pertunjukan ketoprak. Tradisi yang terbuka seperti itulah yang menjadi celah bagi masuknya pengaruh-pengaruh luar di dalam memengaruhi perkembangan ketoprak pada saat ini. Daya improvisasi yang telah lama dilatih dan dikuasai oleh pemain menjadi modal berharga dalam menerima setiap perubahan yang terjadi. Ketoprak tidak gagap dalam menanggapi setiap perubahan. Responsibilitas yang dimiliki tersebut memungkinkan ketoprak dikembangkan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perkembangan yang terjadi dalam ketoprak merupakan suatu keniscayaan. Sesuai dengan titahnya sebagai pertunjukan rakyat, ketoprak memiliki ciri sebagai pertunjukan yang terbuka yang bisa secara luwes, fleksibel, dan responsif menyesuaikan dengan setiap situasi yang dihadapi. Maka, ketika saat ini ketoprak berkembang menjadi bentuk-bentuk pertunjukan yang asing, tidak perlu disikapi secara berlebihan. Selama penampil menyadari bahwa mereka sedang menampilkan seni pertunjukan tradisi dengan nama ketoprak, mereka pantas diberi apresiasi. Mereka pantas diberi ruang untuk berkembang dengan tetap melakukan monitoring agar jika terjadi penyimpangan, commit to user 168 tidak terlalu jauh. Secara umum, pada saat ini, perkembangan ketoprak di Surakarta dirasakan cukup baik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

3. Pengorganisasian Teater Tradisional Ketoprak di Surakarta