commit to user 175
pada struktur dan pola pikir masyarakat pada era modernisasi ini. Masyarakat mulai memikirkan pada hal-hal yang tampak dan mengabaikan pada sesuatu lain
yang ada pada dirinya. Kebutuhan hidup mulai bergeser pada pemenuhan keinginan lahir manusia. Dengan demikian, hal-hal yang bersifat batin mulai
ditinggalkan, termasuk kebutuhan pada seni dan keindahan. Dengan adanya perubahan ini, keberadaan kesenian tradisional menjadi
semakin terdesak. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya-upaya pembinaan secara kontinyu agar keberadaan ketoprak tetap bertahan. Masyarakat sendiri masih
menghendaki ketoprak sebagai salah satu tontonan yang memberikan hiburan sekaligus tuntunan kepada masyarakat.
5. Keterbatasan Penelitian
Di dalam melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian, ada beberapa hal yang tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan awal penelitian ini. Ada
beberapa kesulitan dan hambatan yang dialami sehingga penelitian ini tidak mampu memenuhi tujuan awal sepenuhnya. Kesulitan dan hambatan tersebut
dirangkum dalam uraian di bawah ini. Pertama, dalam merumuskan permasalahan penelitian, tidak ada satu
pedoman yang jelas yang dapat memberikan gambaran tentang alur kerja yang akan digunakan dalam memasuki lapangan. Hal ini menyebabkan adanya bias
antara rumusan permasalahan dengan hasil yang dicapai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, rumusan masalah berubah-ubah sesuai dengan temuan
yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
commit to user 176
Kedua, tujuan awal penelitian ini adalah upaya inventarisasi terhadap kelompok-kelompok ketoprak yang ada di Surakarta. Namun, upaya tersebut
menemui hambatan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini juga merupakan akibat dari kebutaan yang dialami dalam merumuskan tujuan
penelitian sehingga gagap dalam menghadapi situasi nyata yang ada di lapangan. Selama penelitian, ditemukan banyak kelompok ketoprak yang ada di Surakarta.
Untuk sampai pada tahap inventarisasi, seharusnya seluruh kelompok ketoprak tersebut didata dan dikaji, tidak hanya pada empat kelompok ketoprak saja.
Meskipun keempat kelompok yang dipilih merupakan kelompok-kelompok yang memiliki karakter pertunjukan yang lebih stabil dibadingkan dengan kelompok
lain yang belum dikaji dan dianggap mampu mewakili perkembangan ketoprak di Surakarta, tetapi tidak cukup kuat untuk disebut sebagai upaya inventarisasi
kelompok ketoprak di Surakarta. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penelitian pun disederhanakan dengan hanya melihat empat kelompok ketoprak
tersebut dalam wilayah pengorganisasian yang dilakukan. Ketiga, sulitnya menemukan informasi-informasi tertulis tentang sejarah
dan perkembangan ketoprak. Informasi hanya diperoleh secara lisan melalui tuturan para pelaku ketoprak. Hal ini memberikan celah bagi keterbatasan daya
ingat seseorang sehingga rekaman peristiwa di masa lalu tidak sepenuhnya mampu diungkapkan kembali. Berbagai peristiwa penting yang terjadi pada
ketoprak mungkin belum terungkap dalam penelitian ini. Hanya secara garis besar saja mungkin dapat ditarik simpulan tentang sejarah ketoprak. Selebihnya, sejarah
commit to user 177
ketoprak dikaitkan dengan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa-masa lahirnya ketoprak.
Keempat, kedekatan dengan beberapa informan dan keterlibatan peneliti dalam proses-proses kesenian menjadikan jarak antara peneliti dengan objek
penelitian menjadi sedikit kabur. Hal ini menyebabkan kurang mendalamnya informasi yang dihimpun dari narasumber melalui wawancara mendalam karena
sulitnya memisahkan antara informasi yang diperoleh selama penelitian dan informasi yang sudah diketahui sebelum penelitian. Hasilnya, penyusunan hasil
penelitian ini mungkin sedikit keluar dari catatan lapangan yang ada karena berdasarkan pada pengetahuan di luar penelitian yang sudah diperoleh terlebih
dahulu. Keterbatasan-keterbatasan
tersebut hendaknya
tidak mengurangi
objektivitas penelitian karena penelitian ini telah dilakukan dengan mempertimbangkan ketepatan dan kecermatan dalam pengamatan. Keterbatasan
tersebut terjadi karena ketidaksinkronan antara yang dipikirkan dengan kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, keterbatasan tersebut setidaknya
menjadikan penelitian ini lebih terfokus, meskipun sedikit keluar dari tujuan awal yang dicanangkan.
commit to user
178
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di depan, dapat ditarik sebuah simpulan berkenaan dengan teater tradisional ketoprak di Surakarta, yaitu
bahwa kajian historis dan pembinaan teater tradisional ketoprak di Surakarta memiliki keterkaitan yang cukup erat. Ditinjau dari latar belakang sejarahnya,
teater tradisional memang berasal dari Surakarta. Sejarah lahirnya ketoprak ini mampu menumbuhkan semangat dan apresiasi dari berbagai kalangan, baik
seniman ketoprak, penonton atau masyarakat Surakarta, Pemerintah Kota Surakarta, dan pihak-pihak yang terkait lainnya untuk melakukan upaya
pengembangan dan pembinaan terhadap ketoprak. Upaya-upaya pengembangan dan pembinaan dilakukan tidak lepas dari usaha untuk mempertahankan
kebudayaan lokal yang sudah menjadi tradisi di masyarakat dari waktu ke waktu. Ditinjau dari segi historisnya, ketoprak bermula dari aktivitas
berkumpul, bernyanyi, dan menari yang dilakukan oleh masyarakat di suatu desa di daerah Klaten. Ketoprak diciptakan selain untuk tujuan hiburan juga untuk
mengobarkan semangat perjuangan kepada masyarakat. Atas tujuan tersebut, ketoprak pantas disebut sebagai kesenian yang bernilai atau adiluhung.
Oleh karena sifatnya yang demikian, ketoprak layak untuk senantiasa dibina dan dikembangkan, seperti halnya yang terjadi di Surakarta. Wujud
pengembangan dan pembinaan ketoprak ini saat ini ditandai dengan banyaknya