Pengertian Ketoprak Tinjauan Pustaka

commit to user 25 pemahaman atas tradisional sebagai produk asli inilah yang dapat dipakai untuk membedakan teater tradisional dan teater modern. Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa teater tradisional adalah teater yang bersumber dari kreativitas dan potensi lokal suatu daerah, dengan mengangkat cerita-cerita yang berkembang dalam daerah tersebut, dan berfungsi memberikan tuntunan bagi masyarakat setempat tentang ajaran-ajaran kebaikan dalam kehidupan. Sementara yang dinamakan teater modern adalah pertunjukan teater yang sudah terpengaruh oleh tradisi Barat. Dengan demikian, teater modern bukanlah produk asli penduduk Indonesia, melainkan suatu bentuk adaptasi dan adopsi, serta akulturasi antara unsur tradisional di Indonesia dengan tradisi Barat sehingga memunculkan bentuk pertunjukan teater yang baru yang berbeda dengan pertunjukan teater tradisional.

4. Pengertian Ketoprak

Ketoprak merupakan salah satu kesenian rakyat di Jawa Tengah yang cukup digemari oleh masyarakat setempat. Ketoprak lahir di Solo sekitar akhir abad XIX dan awal abad XX. Ada pula yang mengatakan bahwa ketoprak berasal dari kota Yogyakarta. Hatley 2008: 19-20 merujuk pendapat Wijaya dan Sutjipto tentang sejarah awal lahirnya ketoprak. Dikatakan bahwa ketoprak muncul pada pertengahan akhir abad XIX di daerah pedalaman antara kota Surakarta dan Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1977, ketoprak mulai dikembangkan sebagai bentuk hiburan musikal di commit to user 26 beberapa daerah di Jawa, yang dipentaskan pascapanen atau dalam suatu perayaan masyarakat. Musik kothekan digunakan untuk mengiringi pertunjukan tersebut, yaitu dengan menggunakan lesung dan alu. Pertunjukan tersebut dilangsungkan pada malam hari. Satu atau dua orang memukul lesung, beberapa orang memanggil penduduk desa yang lain, beberapa orang yang datang ikut memukul lesung, dan ada pula yang menari. Awal mulanya seperti itu. Lalu pada akhir abad XIX diberi cerita sederhana. Alat musik pun diperbanyak dengan menambahkan kendang, seruling, dan tamburin. Hatley tidak bisa memastikan apakah pertunjukan tersebut sudah disebut ketoprak atau belum. Hanya disebutkan bahwa istilah ketoprak diambil dari suara pukulan kethok yang menghasilkan suara prak prak prak yang berirama. Menurut sumber lain, nama ketoprak memang diambil karena iringan musiknya berbunyi “prak” sehingga dipakailah nama ketoprak. Konon, bunyi “prak” dihasilkan dari alat musik yang bernama “tiprak”. Tidak banyak sumber resmi yang dapat dirujuk untuk mendeteksi definisi ketoprak. Jakob Soemardjo 1992: 60-62 hanya menyebutkan asal muasal ketoprak serta unsur-unsurnya tanpa memberikan definisi yang pasti tentang pertunjukan ketoprak. Menurutnya, ketoprak lahir sebagai sebuah kebiasaan masyarakat memainkan alat musik, bernyanyi, dan menari. Kebiasaan tersebut lalu diolah sedemikian rupa seiring dengan perjalanan waktu menjadi sebuah pertunjukan yang dinamakan ketoprak. Sumber lain mengatakan bahwa ketoprak adalah kesenian commit to user 27 tradisional yang berupa pementasan drama yang mengangkat cerita-cerita tertentu, biasanya kisah legenda. Ketoprak dianggap sebagai kesenian rakyat yang tidak adiluhung. Artinya, kesenian ini merupakan kesenian masyarakat rendah. Berbeda dengan kesenian wayang yang memang sangat adiluhung karena merupakan kesenian yang sangat digemari di kalangan kerajaan. Hatley 2008: 18 mengatakan “Ketoprak had no such courtly aura.” Hal ini disebabkan karena ketoprak dipentaskan dengan menyajikan cerita-cerita legenda dan kerajaan pada masa lalu dalam bentuk tradisi lisan yang berkembang di lapisan masyarakat rendah dengan menyampaikan tema-tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut dan dikemas secara lucu. Eko Santosa, dkk 2009: 30 mengatakan bahwa salah satu unsur yang paling menonjol dalam ketoprak adalah penggunaan unggah-ungguh bahasa Jawa. Di sana ada tiga tingkatan bahasa Jawa yang digunakan, yaitu ngoko biasa, krama, dan krama inggil. Kasim Ahmad sebagaimana dikutip oleh Herman J. Waluyo 2006: 73 mengklasifikasikan teater tradisional menjadi tiga, yaitu teater rakyat, teater klasik, dan teater transisi. Sementara ketoprak masuk dalam kategori teater rakyat. Disebutkan pula bahwa salah satu sifat teater rakyat adalah improvisasi, sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Dalam tulisannya yang lain, Kasim Ahmad 1999: 267 menyebutkan ciri-ciri teater tradisional yang lain. Salah satu ciri yang esensial dari teater tradisional ialah proses kreatifnya yang didukung oleh sistem kebersamaan, tidak ada penonjolan commit to user 28 individu sebagai pencipta karya. Teater tradisional didasarkan pada intuisi para pemainnya. Ciri penting yang lain dalam teater tradisional yaitu konsep pertunjukan yang multi media ekspresi yang terpadu. Berdasarkan uraian di depan, dapat dipahami bahwa ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional teater rakyat yang lahir dan berkembang di Jawa Tengah yang mengetengahkan cerita-cerita kehidupan rakyat, juga sering berupa cerita legenda, dipadukan dengan unsur tarian, tembang, dan iringan musik.

5. Unsur-unsur Teater