Pemilihan Strategi Strategi Penanganan
35
1 pemberian pendidikan seksual sejak usia dini, 2 pengenalan tempat
“privacy” dan “public”, 3 pengenalan konsep “boleh” dan “tidak boleh” , 4 pemberian kesibukan pada aktivitas fisik rutin, 5
menghindarkan stimulus yang mengarah ke perilaku seksual, 6 menghindarkan faktor pemicu ke arah perilaku seksual.
Berdasarkan pendapat di atas, materi penanganan
preventif
perilaku seksual pada remaja autis lebih lanjut dikaji sebagai berikut:
1 Pemberian pendidikan seksual sejak usia dini
Program pendidikan seksual perlu diperkenalkan pada remaja autis sejak dini, hal ini bertujuan untuk menghindarkan dari hal-hal yang
tidak diinginkan dan tidak sewajarnya dilakukan, sehingga remaja autis mampu menempatkan diri sesuai dengan semestinya ketika
akan melampiaskan dorongan seksual. Pendidikan yang dimaksud melalui pengenalan organ tubuh, nama alat kemaluan, jenis kelamin,
fungsi-fungsi organ tubuh, adanya penjelasan masalah-masalah seksualitas misalnya mengenalkan tanda-tanda remaja perempuan
dan tanda-tanda remaja laki-laki. 2
Pengenalan tempat “
privacy
” dan “
public
” Pengenalan tempat dikenalkan kepada remaja autis, hal ini
dimaksudkan supaya remaja autis mengetahui dimana remaja autis boleh menyalurkan dorongan seksualnya seperti remaja autis hanya
boleh membuka pakaian di dalam kamarnyadi kamar mandi. Mengajarkan remaja autis untuk tempat-tempat umum seperti pasar,
bandara, supermarket, dan lain-lain, serta mengajarkan remaja autis untuk tempat-tempat yang khusus seperti kamar tidur sendiri, kamar
36
mandi. Mengajarkan siswa apabila mau BABBAK buang air besarbuang air kecil harus di tempat tertutup kamar mandi, tidak
boleh ada orang lain melihat atau memegang alat vitalnya. 3
Pengenalan konsep “boleh” dan “tidak boleh” Pengenalan konsep ini, remaja autis diajarkan terkait hal-hal yang
boleh dilakukakan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan serta kapan remaja autis boleh melakukan dan kepada siapa siswa boleh
melakukan. Contoh: remaja autis hanya boleh memeluk dan dipeluk orang tua. Menetapkan siapa saja yang boleh menyentuh tubuh
remaja autis, siapa yang dapat diminta untuk menanggalkan pakaian, memandikan, menceboki, dan lain-lain.
Pembelajaran ini berguna untuk membekali remaja autis pemahanan- pemahaman terkait sentuhan, terutama siapa saja yang boleh
menyentuh, memegang remaja autis dan siapa saja yang tidak boleh disentuh remaja autis. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan remaja
autis dari perlakukan seksual yang tidak diharapkan seperti bentuk pelecehan seksual.
4 Pemberian kesibukan pada aktivitas fisik rutin
Pemberian aktivitaskesibukan pada autis ini bertujuan untuk mengalihkan fantasi dan dorongan seksual remaja, sehingga ketika
remaja autis sibuk dengan aktivitas maka diharapkan perilaku seksual dapat diminimalisir.
37
5 Menghindarkan stimulus yang mengarah ke perilaku seksual
Hindarkan area
erotis
dalam pemberian
reward
dan
punishment
karena hal tersebut akan memberikan stimulus yang dapat meningkatkan rangsangan seksual pada remaja autis.
6 Menghindarkan faktor pemicu ke arah perilaku seksual
Faktor pemicu dan stimulus seksual pada remaja autis bisa dari berbagai hal seperti gambar, suara, sentuhan, video.