Kultur sekolah yang positif Kultur sekolah yang negatif

21 Kultur sekolah negatif adalah kebalikan dari kultur sekolah yang positif, kultur sekolah yang negatif dapat menghambat sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah. Kultur sekolah yang negatif harus dihilangkan, karena jika tidak dihilangkan akan tidak kondusif dan berdampak pada kualitas, mutu sekolah dan akan berdampak negatif bagi prestasi siswa akademik maupun nonakademik. Djemari Mardapi 2003 mengemukakan kultur positif dan negatif adalah sebagai berikut :

a. Kultur sekolah yang positif

Kultur sekolah yang positif merupakan kultur sekolah yang menyediakan kegiatan –kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, seperti kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, serta komitmen terhadap belajar.

b. Kultur sekolah yang negatif

Kultur sekolah yang negatif merupakan kultur kontra terhadap pengembangan mutu pendidikan, yang dalam arti resisten terhadap perubahan. Segenap warga sekolah perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur kultur yang bersifat positif, negatif, dan netral dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah. Sebagai contoh bila visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu, moral, dan multikultural, sekolah harus dapat mengenali aspek-aspek kultural yang cocok dan menguntungkan, aspek-aspek yang 22 cenderung melemahkan dan merugikan, serta aspek lain yang netral dan tidak terkait dengan visi misi sekolah. Farida Hanum, 2008: 14. Berikut yang dikemukakan Farida Hanum 2008: 14-15: a. Artefak yang terkait kultur positif 1 Ada ambisi untuk meraih prestasi, pemberian penghargaan pada yang berprestasi. 2 Hidup semangat menegakkan sportivitas, jujur, mengakui keunggulan pihak lain. 3 Saling menghargai perbedaaan. 4 Saling percaya trust. b. Artefak yang terkait kultur negatif 1 Banyak jam kosong dan absen dari tugas. 2 Terlalu permisif terhadap pelanggaran nilai-nilai moral. 3 Adanya friksi yang mengarah terhadap proses perpecahan, terbentuknya kelompok yang saling menjatuhkan. 4 Penekanan pada nilai pembelajaran bukan kemampuan Penelitian lain, Kruse, 1996; Newmann Associates, 1986; Lambert, 2002, Doufour, 2007 dalam buku Deal and Peterson 2009: 12 menyatakan pada komunitas pendidikan yang professional yang menguatkan titik tengah dari elemen-elemen kultur sekolah yang sukses adalah sebagai berikut: a. Saling berbagi tujuan. b. Guru yang terlibat dalam pembuatan perumusan kebijakan. c. Kolaborasi antar pekerjaan dengan instruksi. d. Improvisasi norma. e. Belajar profesional oleh staf. f. Bekerja sama atas beban mengajar siswa.

5. Kawasan Berisiko