Wahana Tri Tunggal WTT

63 Mata pencaharian masyarakat Desa Glagah seperti yang bisa kita lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6., Profesi Masyarakat Desa Glagah Sektor Mata Pencaharian Profesi Jumlah 1. Petani 2. Buruh Tani 3. Nelayan 4. ABRIPOLRI 5. Pegawai Negeri Sipil 6. Pensiunan 7. Wiraswasta 8. Swasta 1080 50 34 52 160 86 140 130 Jumlah 1732 Seumber Desa Glagah 2013

4. Wahana Tri Tunggal WTT

Masyarakat yang menolak pembangunan bandara internasional tergabung dalam paguyuban yang diberi nama dengan Wahana Tri Tunggal WTT. Kelompok WTT merupakan suatu paguyuban masyarakat yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran, Kebonrejo, dan Temon Kulon. Mayoritas keanggotaan WTT terdiri dari petani, baik pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani. 64 Adapun pemetaan terkait pihak-pihak yang pro bandara atau kontra bandara berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan data dari PT. Angkasa Pura adalah sebagai berikut: Tabel 7., Pihak-pihak yang terlibat dalam pembagunan bandara baru di Kulon Progo No Pihak yang terlibat Keterangan 1 Masyarakat terdampak a. Masyarakat kontra b. Masyarakat pro bersyarat a. Masyarakat kontra WTT ataupun yang tidak tergabung WTT, mereka yang menolak pembangunan bandara karena mereka akan kehilangan lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian, tempat bercocok tanam, kehilangan pekerjaan pemilik sekaligus penggarap lahan dan buruh tani. Kehilangan tempat tinggal, merasa sudah nyaman dengan tempat tinggal sekarang ini. b. Masyarakat yang pro terhadap pembangunan bandara, mereka adalah masyarakat yang setuju pembangunan bandara namun dengan beberapa persyaratan yang mereka ajukan kepada Pemda Kulon Progo dan PT. AP I selaku pemrakarsa bandara. Adapun persyaratan yang mereka ajukan yaitu: ganti rugi dan kompensasi lahan PAG yang selama ini sudah dikelola oleh mereka, lapangan pekerjaan, dan relokasi gratis. 2 Pemerintah Kulon Progo Pemda Kulon Progo selaku perantara dan pemangku 65 kebijakan dalam pembangunan bandara baru di Kulon Progo. 3 Pemprov DIY Gubernur DIY Selaku pihak yang mengeluarkan Ijin Lokasi Pembangunan IPL bandara baru di Kulon Progo. 4 PT. Angkasa Pura I Selaku pihak pemrakarsa pembangunan bandara, yang bertugas; 1. Menyediakan lahan untuk bandara baru di KP; 2. Menyusun rancangan teknik terinci bandara udara; 3. Menyusun AMDAL; 4. Mengusulkan ijin penetapan lokasi bandara paling lambat 4 tahun; 5. Melakukan ganti rugi 5 Menteri Perhubungan a. Selaku pihak yang membuat dan mengeluarkan surat keputusan, No KP 1164 Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Keputusan Menteri Perhubungan No KP 836 Tahun 2014 tentang perubahan atas keputusan Menteri Perhubungan No 1164 Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perubahan tersebut terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbagan pada Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo. 66 6 Badan Pertanahan Nasional Kulon Progo BPN Selaku pihak yang melakukan pendataan, inventarisasi, dan pengukuran lahan yang terdampak pembangunan bandara. 7 Tim Appraisal penilaian assessment Tim Appraisal dalam hal ini yaitu pihak yang melakukan penilaian terhadap suatu objek. Tim ini sifatnya independen. Tim Appraisal ini di bawah menteri keuangan. 8 LSM Lembaga Bantuan Hukum LBH Kulon Progo Lembaga yang membantu masyarakat yang kontra bandara dalam ranah hukum. sumber: PT. Angkasa Pura I dan hasil observasi di lapangan, 20152016 Dari tabel di atas bisa dilihat pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan pembangunan bandara, mulai dari pemerintahan pusat dalam hal ini menteri perhubungan, kemudian Pemerintah Provinsi DIY, sampai pemerintah daerah Kulon Progo selaku pemangku kebijakan dalam menetapkan dan membuat kebijakan pembangunan bandara baru di Kulon Progo.Sementara itu PT Angkasa Pura I selaku pemrakarsa dan pelaksana dalam proses pembangunan bandara baru di Kulon Progo mengajukan lead out berupa konsep, lahan untuk bandara, dan juga berkaitan dengan AMDAL baik sebelum dan sesudah bandara dibangun. Instansi terkait lainya yaitu Badan Peratanahan Nasional BPN Kabupaten Kulon Progo selaku pihak yang berperan dan bertugas melakukan pendataan, pengukuran, dan inventarisasi lahan milik masyarakat yang terdampak. 67 Kemudian instansi atau pihak terkait lainya yaitu tim Appraisal yaitu suatu tim yang bertugas dalam proses pekerjaan atau kegiatan seseorang penilai dalam memberikan estimasi atau opini atas nilai ekonomis suatu properti, baik berwujud ataupun tidak berwujud yang berdasarkan hasil analisis terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode, parameter, dan prinsip-prinsip yang berlaku http:www.kjpp-akr.co.id. diakses pada 19 juni 2016. Dalam masalah pembangunan bandara di Kulon Progo tim Appraisal ini bertugas menilai lahan milik masyarakat Kulon Progo yang terdampak pembangunan bandara baru tersebut. Namun proses penilaian tersebut tidak berjalan lancar karena mendapat halangan dari masyarakat yang kontra WTT. Wahana Tri Tunggal WTT ini dibentuk pada tanggal 9 September 2012. Waktu itu yang membentuk WTT adalah beberapa warga yang menolak pembangunan bandara seperti Pak Hermanto, dan Pak Sumartono yang sekarang menjadi ketuanya. Kelompok yang mengatasnamakan paguyuban Wahana Tri Tunggal ini adalah mereka yang menolak pembangunan bandara apapun alasanya. Masyarakat yang ikut WTT ini pada dasarnya mereka sadar akan pentingnya suatu wadah yang mewadahi aspirasi mereka dalam melakukan penolakan pemabangunan bandara di tempat mereka. Selain itu mereka ikut WTT juga karena memang mereka merasa senasib sepenanggungan sebagai petani. Pada 68 kenyataanya bahwa mereka menolak bandara karena lahan yang selama ini sebagai sumber mata pencaharian mereka akan beralih fungsi menjadi bandara. Sehingga mereka menolak pembangunan bandara. Meskipun pada akhirnya sampai Ijin Penetapan Lokasi IPL turun, setelah di PTUN Wates mereka berhasil memenangkan gugatan bahwa pembangunan bandara di Kulon Progo tidak sesuai RTRW, namun setelah diajukan kembali ke tingkat MA akhirnya Ijin Penetapan Lokasi yang diajukan oleh Gubernur akhirnya keluar pada tanggal 3 Maret 2015, dan tahap-tahap pembangunan bandara terus berlanjut sampai saat ini. Merekapun yang tergabung dalam paguyuban WTT tidak bisa berbuat banyak. Meskipun mereka tetap menggugat dan menolak pembangunan bandara di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.

5. Data Informan