35 sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau
lanjutan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi bermanfaat
untuk kegiatan pengembangan program serta dimanfaatkan untuk menyeleksi program. Artinya evaluasi program dimanfaatkan sebagai pengambilan keputusan
untuk melanjutkan program, memperbaiki program, atau bahkan menghentikan program.
5. Model-Model Evaluasi Program
Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau
tahap pembuatya. Model-model ini dianggap model standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatnya Farida Yusuf T, 2000: 13. Evaluasi juga
dibedakan berdasarkan waktu pelaksanaannya, kapan evaluasi dilakukan, dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin 2004: 24 mengemukakan ada 8 model evaluasi yang meliputi model evauasi goal oriented, model evaluasi goal
free, model evaluasi formatif-summatif, model evaluasi countenance, model evaluasi responsive, model evaluasi UCLA, model evaluasi CIPP, dan model
evaluasi discrepancy. a. Model Evaluasi Goal Oriented
Model evaluasi goal oriented merupakan model evaluasi yang muncul paling awal. Sasaran pengamatan dari model evaluasi ini adalah tujuan dari program
yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara
36 terus menerus dan berkesiambunga, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah
terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. b. Model Evaluasi Goal Free
Model evaluasi goal free dikembangkan oleh Michael Scriven yang mana dapat dikatakan bahwa model ini sangat berlawanan dengan model-model goal
oriented, evaluator terus menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat di capai, sedangkan dalam model
goal free justru menoleh dari tujuan. Michael Scriven, ketika melakukan program evaluator tidak perlu memerhatikan tujuan program tersebut akan tetapi yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanay program tersebut. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya program dengan cara
mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik itu hal yang positif maupun yang negatif Suharsimi Arikunto Cepi Safruddin, 2004: 25
Model evaluasi goal free tidak memperhatikan tujuan program dikarenakan ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan
khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa memerhatikan seberapa jauh masing-masing
penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yag diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah peampilan khusus ini tidak banyak manfaat.
Sehigga dalam model ini bukannya lepas sama sekali dari tujuan, akan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus.