Karakteristik Anak Autis Kajian Mengenai Anak Autis

13

2. Karakteristik Anak Autis

Setiap anak autis memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan karakteristik tersebut terlihat sangat spesifik diantara mereka. Namun, secara umum karakteristik anak autis tersebut antara lain: a. Perilaku Anak autis mengalami gangguan pada sistem limbik yang merupakan pusat emosi sehingga menyebabkan krsulitan mengendalikan emosi, mudah mengamuk, marah, agresif, menangis tanpa sebab, takut pada hal-hal tertentu. Anak menyukai rutinitas yang dilakukan tanpa berpikir dan dapat berpengaruh buruk jika dilarang dan membangkitkan kemarahannya Noor dalam Yusfin Azwandi, 2005: 17. Anak autis menunjukkan pola perilaku, minat, dan kegiatan yang terbatas, pengulangan dan steriotipik. Perilaku ini cenderung membentuk sikap kaku dan rutin dalam setiap aktivitas, sering membeo, sering menarik tangan orang dewasa bila menginginkan sesuatu, acuh tak acuh ketika diajak bicara, melukai diri sendiri, tidak tertarik pada mainan. Pamuji, 2007: 12. Perilaku negatif yang muncul pada anak sebenarnya terjadi bukan tanpatanpa sebab. Gangguan pada komunikasi menjadi salah satu penyebab munculnya perilaku tersebut. Anak mengekspresikan perilaku tersebut secara berlebihan excess behavior maupun deficit behavior. Perilaku berlebihan excess behavior ditunjukkan dengan: 14 1 Tantrum, yaitu dengan menjerit, menangis, dan mengamuk secara tiba-tiba. 2 Stimulasi diri, yaitu dengan hand flapping, spanningtwirling, rocking, dan lining. 3 Self abuse, yaitu dengan memukul, menggigit, dan mencakar diri sendiri. 4 Agresif, yaitu dengan menendang, memukul benda atau orang lain, menggigit, dan mencubit orang lain. Sedangkan perilaku berkekurangan deficit behavior ditunjukkan dengan perilaku sebagai berikut : 1 Bicara : tidak berbicara, sedikit suara atau kata, membeo dengan suara lemah. 2 Sosial : menganggap orang sebagai benda 3 Sensasi :disangka tuli atau dan buta 4 Pola permainan : senang dengan benda yang berputar misalnya memutar-mutar roda mobil. 5 Emosi tak sesuai : menjerit atau tertawa dengan sedikit provokasi, hanya melamun atau bengong saat digelitiki. Husnaini, 2013 : 24 b. Interaksi Sosial Anak autis mengalami hambatan perhatian terhadap lingkungan yang disebabkan adanya gangguan pada lobus parientalis. Selain itu, ketika berinteraksi sosial, anak autis sedikit atau bahkan tidak ada kontak mata terhadap lawan interaksinya Noor dalam Yosfan 15 Azwandi, 2005:17. Anak autis lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau bahkan menghindar untuk bertatapan, tidak tertarik untuk bermain bersama teman. Gangguan interaksi sosial ditunjukkan dengan anak menghindari bahkan menolak kontak mata, tidak mau menoleh ketika dipanggil, tidak ada usaha untuk melakukan interkasi dengan orang lain, lebih senang bermain sendiri, tidak dapat merasakan empati, seringkali menolak untuk dipeluk, menjauh jika didekati untuk diajak bermain. Selain itu, anak berinteraksi dengan cara menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya. Joko Yuwono, 2009 : 29. Gambaran unik atau ciri yang dapat kita temukan pada anak autis, antara lain : 1 Anak sangat selektif terhadap rangsangan, sehingga kemampuan anak dalam menangkap isyarat dari lingkungan sangat terbatas. 2 Kurang motivasi, yaitu anak tidak hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajahi lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka. 3 Memiliki respon stimulasi diri tinggi, artinya anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, memandangi jari jemari, sehingga kegiatan ini tidak produktif. 16 4 Memiliki respon terhadap imbalan, maksudnya anak mau belajar jika mendapat imbalan langsung dan jenis imbalannya sangat individual. Akan tetapi respon ini berbeda untuk setiap anak autis. Prasetyono, 2008 : 25 c. Komunikasi dan Bahasa Anak autis mengalami beberapa gangguan antara lain pada cerebellum yang berfungsi dalam proses sensorik, mengingat, perhatian, dan kemampuan bahasanya. Sekitar 50 anak autis mengalami keterlambatan dalam berbahasa dan berbicara Yosfan Azwandi, 2005 : 28. Anak autis sering mengoceh tanpa arti yang dilakukan secara berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain, berbicara tidak digunakan untuk berkomunikasi, serta senang meniru atau membeo Agus Suryana, 2004 : 45. Anak biasanya berkomunikasi dengan menunjuk suatu objek agar orang lain mengambil objek yang dimaksud. Ada beberapa anak autis yang berbicara, namun pola kalimat S-P-O-K terbalik. Nada bicara anakautis sering monoton, kaku, dan menjenuhkan. Secara umum anak autis mengalami gangguan komunikasi verbal maupun non verbal. Gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut perkembangan bahasa lambat, senang, meniru atau membeo, tampak seperti tuli, sulit berbicara, kadang kata yang digunakan tidak sesuai dengan artinya, mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. 17

B. Kajian Mengenai Asesmen Anak Autis