67 dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Sedangkan menurut Bungin 2007:196 analisis data merupakan analisis
terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Analisis data dalam suatu penelitian kualitatif sebaiknya
sudah mulai dilakukan sejak tahap pengumpulan data sampai pada data tersebut terkumpul seluruhnya. Seperti yang diungkapkan oleh Prastowo 2012:237
bahwa “analisis data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya merupakan suatu proses, oleh karena itu pelaksanaannya sudah harus dimulai sejak tahap
pengumpulan data di lapangan untuk kemudian dilakukan secara intensif setelah data terkumpul seluruhnya”.
Menururt Pohan 2007:93 dalam Prastowo 2012:237, menyatakan bahwa “data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat
diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal kalimat dan kata. Dalam penelitian di lapangan, peneliti memakai 3 proses analisis data,
yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan data-data yang dianggap penting, penyederhanaan data, dan merangkum dari apa yang telah diperoleh
saat penelitian berlangsung. Reduksi berlangsung secara terus menerus selama penelitian atau pengumpulan data berjalan.
2. Penyajian Data
68 Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan Prastowo, 2012:244. Dengan menganalisis data, peneliti akan dapat
mengambil langkah yang benar terhadap data yang sudah ada, yaitu apakah dengan mengambil kesimpulan ataukah dengan mengambil tindakan lain.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses terakhir dalam suatu penelitian. Dalam hal ini, peneliti merupakan pelaku utama dalam mengkaji data
terhadap suatu masalah yang mana sudah dilakukan penelitian dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti akan
menganalisis kebenaran dari data tersebut, kemudian menarik kesimpulan terhadap masalah yang telah dikaji.
69
BAB IV MOTIF BATIK PADA BUSANA PENGANTIN
ADAT YOGYAKARTA
A. Motif dan Warna yang Terdapat pada Busana Batik Pengantin Adat
Yogyakarta
Di Indonesia, industri batik tersebar di berbagai wilayah Nusantara. Dari setiap wilayah tersebut, selalu memiliki motif khas guna menonjolkan daerah
tersebut. Dalam penciptaan motif batik, tentunya tidak lepas akan makna dan harapan yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya dengan motif batik yang
berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Batik Yogyakarta yang termasuk dalam batik tradisional atau batik Kraton cenderung memiliki ciri khas corak batik yang
selalu memiliki arti di setiap motifnya, baik itu dari motif pokok maupun motif pendukungnya. Wulandari 2011:111 menyatakan bahwa “motif batik adalah
suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dari tanda, simbol, atau lambang
dibalik motif tersebut dapat diungkap”. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran kehadiran suatu motif tersebut, dapat
mengungkapkan atau menggambarkan harapan luhur dari si pencipta motif untuk si pemakai dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Tentunya hal tersebut
tidak terlepas dari permohonan kepada Sang Kuasa agar selalu mendapatkan keberkahan hidup dan senantiasa hidup damai dan sejahtera.
Dari segi warnanya, batik tradisional di lingkungan Kasultanan Yogyakarta berbeda dengan batik di lingkungan Kraton Surakarta. Lisbijanto 2013: 52