61 misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan
lain-lain.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan segala macam alat bantu yang digunakan oleh peneliti guna mempermudah dalam mengukur suatu variabel Mustafa, 2009:93. Dalam
pengukuran dan pengumpulan, baik data primer maupaun sekunder, instrumen selalu digunakan sebagai alat bantu yang lazim. Menurut Nasution, 1992:9 dalam
Prastowo: 2012:43 menyatakan bahwa “ peneliti adalah
key instrument
atau alat peneliti utama”. Guna memperlancar proses penelitian, maka peneliti
menggunakan beberapa alat bantu yang digunakan dalam proses pencarian dan pengumpulan data, yaitu:
1. Pedoman Observasi
Arikunto 2007:156 menyatakan bahwa “observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan semua alat indra seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Terkait dengan pedoman observasi,
Arikunto 2007:157, mengelompokan menjadi dua yaitu : a.
Observasi non sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen penelitian.
b. Observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat
dengan menggunakan pedoman sebagai penelitian. Prastowo 2009:95 menyatakan bahwa “...metode observasi
menggunakan instrumen yang paling dominan adalah alat indra manusia,
62 yaitu mata, telinga, hidung, tangan, dan pikiran. Oleh karena itu, saat
melakukan observasi, sebaiknya peneliti benar-benar mempersiapkan dengan matang agar mendapatkan data yang berkualitas.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan observasi sistematis, karena peneliti sebagai komponen utama dalam melakukan observasi. Peneliti
melakukan observasi yang berkaitan dengan topik permasalahan tersebut, diantaranya observasi tentang upacara pengantin adat Yogyakarta, mengamati
motif busana batik yang dikenakan saat upacara pengantin di mana observasi ini dilakukan di lingkungan Kraton, Museum Ulen Sentalu, dan Museum
Batik Yogyakarta, mengamati prosesi upacara pengantin di lingkungan masyarakat Yogyakarta.
2. Pedoman Wawancara
Sugiyono 2007:72 menyatakan bahwa “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Terkait dengan definisi wawancara yang lain, Bungin 2007:155 mengatakan bahwa :
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,
perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang
diwawancarai interviewee.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “wawancara
interview
merupakan metode untuk mendapatkan data primer dengan cara komunikasi dua arah Mustafa, 2009:96. Pedoman wawancara merupakan suatu
kumpulan deretan pertanyaan yang berfokus kepada masalah yang akan
63 diteliti, dimana pada penelitian ini pertanyaan menyangkut pada upacara adat
pengantin, busana batik Yogyakarta, warna dan motif, makna simbolik busana batik Yogyakarta, serta nilai estetis dari busana batik tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan masalah yang hendak diteliti yang ditulis pada lembaran kertas. Wawancara sangat penting
dilakukan dengan tatap muka langsung, karena dengan berwawancara seperti ini, peneliti dapat mengetahui gerakan langsung dari narasumber, serta dapat
mengamati lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Pedoman wawancara di sini, peneliti merumuskan beberapa instrumen
pertanyaan yang berkaitan dengan motif batik busana pengantin adat Yogyakarta, dimana di dalamnya terdapat pertanyaan yang menyoal tentang
apa dan sejak kapan upacara pernikahan adat Yogyakarta dimulai, bagaimana langkah-langkah upacara adat Yogyakarta, motif batik apa saja yang
digunakan, serta apa makna dari setiap motif dan warna pada busana batik tersebut. Dari instrumen pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, peneliti
melakukan proses wawancara dengan Bapak Rintaiswara abdi dalem Kraton Ngayogyakarta, Ibu Rusiati Perias Pengantin, Ibu Surajiyem, dan Ibu
Harsiyem pembatik tamanan Kraton Ngayogyakarta, Didik Wibowo
guide
Museum Batik Yogyakarta.
3. Pedoman Dokumentasi