106 penciptaannya,
yaitu dalam
pembuatan motif
batik, mereka
mengkombinasikan motif tradisional dan motif modern, serta warna-warna cerah yang tidak hanya memakai warna coklat, hitam, dan putih saja. Semua
hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi minat masyarakat yang mulai bergeser ke batik modern yang cara pembuatannya juga lebih modern yaitu
dengan cara
printing
serta dengan harga yang jauh lebih murah. Kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap makna serta keindahan batik tulis
tradisional buatan asli masyarakat Indonesia, sangat diperlukan guna keberlangsungan budaya asli Indonesia ini.
Berikut merupakan makna dari beberapa motif yang dipakai saat upacara temanten Yogyakarta yaitu motif Grompol, Truntum, Nitik, Sidoluhur,
Sidoasih, dan Sidomukti :
1. Fungsi Busana Batik Motif Grompol
Pengaruh perjanjian Giyanti pada tahun 1755 terhadap batik di Indonesia memang cukup besar. Daerah Kerajaan Mataram dibagi menjadi
dua yaitu, satu bagian di bawah kekuasaan Sri Paku Buwono II di Surakarta Hadiningrat dan sebagian lagi di bawah kekuasaan Kanjeng
Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing
Ngalogo Ngabdul Rachman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I, yang kemudian Kratonnya dinamakan Ngayogyakarta
Hardiningrat.
107 Saat terjadi perpecahan dalam kerajaan Mataram, busana dari kerajaan
Mataram dibawa ke Yogyakarta, dimana Keraton Yogyakarta diberikan kepercayaan sebagai penerus dari budaya Mataram sebagai perdamaian
giyanti. Oleh karena itu, Susuhan Pakubuwono II merancang busana baru yang menjadi pakaian adat Kraton Surakarta yang berbeda dengan busana
Yogyakarta wawancara dengan Bapak Rintaiswara pada tanggal 13 Februari 2016.
Dalam bahasa Jawa Grompol artinya berkumpul atau bersatu. Motif batik Grompol memiliki filosofi yang melambangkan harapan dari orang
tua untuk anaknya yang baru saja berkeluarga agar selalu mendapatkan hal yang baik, yaitu dari segi rezeki, kebahagiaan, kerukunan, dan
ketenteraman. Selain itu, motif Grompol juga bermakna harapan kepada keluarga baru supaya dapat berkumpul dan mengingat keluarga besarnya
kemanapun mereka perginya Sari, 2013: 17. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak KRT. Rintaiswara, motif Grompol ini
dipakai saat prosesi
siraman
yaitu sehari sebelum pelaksanaan ijab qabul yang bertujuan untuk mensucikan diri dengan menggunakan air dari 7
sumber dan dicampur bunga
sritaman
yaitu mawar, melati, kenanga, dan kantil.
2. Fungsi Busana Batik Motif Nitik
Batik motif Nitik berasal dari pengaruh luar negeri yang berkembang di pantai utara laut Jawa, dan sampai akhirnya berkembang pula di
pedalaman menjadi suatu motif yang sangat indah. Pada saat pedagang
108 dari Gujarat datang di pantai utara pulau Jawa, ternyata dalam
dagangannya terdapat kain tenun dan bahan sutera khas Gujarat. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris yang sangat indah, dan dibuat dengan
teknik dobel ikat yang disebut dengan “Patola” yang mana di Jawa terkenal dengan sebutan k
ain “Cinde” sedangkan warna yang digunakan dalam kain tersebut adalah warna merah dan warna hijau.
Dari motif kain patola tersebut, kemudian terciptalah ide oleh para pembatik di pesisir maupun di pedalaman, bahkan di lingkungan Kraton.
Kain bermotif ceplok terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan anyaman yang
terdapat dalam motif Patola. Kain batik motif Nitik di Yogyakarta diperindah dengan adanya isen-isen batik seperti
cecek cecek pitu, cecek telu
bahkan ada yang diberi ornamen batik dengan
klowong
maupun
tembokan
, sehingga penampilan dari bentuk dan warnanya lain dari motif Jlamprang Pekalongan. Motif-motif Nitik adalah motif batik semacam
ceplok yang tersusun oleh garis putus-putus, titik-titik dan variasinya yang sepintas lalu seperti diberi motif pada anyaman Susanto, 1980: 224.
Pada umumnya batik motif Nitik tersusun menurut bidang geometris, seperti halnya motif ganggong, dan banji. Batik motif ini memiliki makna
filosofi yaitu nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan. Diberi nama cakar karena pada bagian motifnya terdapat
ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini oleh ayam digunakan untuk
109 mengais tanah dalam hal mencari makanan. Motif nitik cakar digunakan
pada upacara adat perkawinan dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal sepandai ayam mencari makan dengan
cakarnya.
3. Fungsi Busana Batik Motif Truntum