Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran Pengembangan Multimedia Pembelajaran

39 e. Permainan Format permainan digunakan dalam multimedia dengan bentuk permainan tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Multimedia yang dikembangkan dalam penelitian ini akan menggunakan tiga format yang digabungkan, yaitu tutorial, drill and practice, dan permainan. Format tutorial digunakan pada penyampaian materi aksara legena, sandhangan, dan panyigeg, format drill and practice pada penyajian soal-soal latihan berbentuk pilihan ganda, sedangkan format permainan yaitu pada game menyusun puzzle kaligrafi aksara Jawa. Penggabungan ini bertujuan agar multimedia yang dikembangkan dapat lebih menarik bagi siswa.

5. Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran

Mayer 2009: 270-271 mengemukakan tujuh prinsip yang dapat digunakan oleh para pengembang untuk mendesain presentasi multimedia dengan mempertimbangkan bagaimana orang belajar dari kata-kata dan gambar-gambar. Ketujuh prinsip yang dapat menambah efektivitas multimedia tersebut adalah sebagai berikut: a. Prinsip Multimedia: murid-murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada kata-kata saja. b. Prinsip Keterdekatan Ruang: Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di halaman atau di layar. 40 c. Prinsip Keterdekatan Waktu: Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata atau gambar-gambar terkait disajikan secara simultan bersamaan daripada suksesif bergantian. d. Prinsip Koherensi: Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata, gambar-gambar, atau suara-suara ekstratambahan dibuang daripada dimasukkan. e. Prinsip Modalitas: Murid-murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi dan teks on-screen. f. Prinsip Redundansi: Murid-murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi, narasi, dan teks on-screen. g. Prinsip Perbedaan Individual: Pengaruh desain lebih kuat terhadap murid-murid berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap murid-murid berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah. Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan memperhatikan beberapa prinsip di atas, diharapkan dapat menciptakan suatu produk yang berkualitas dan dapat mengoptimalkan penyampaian materi pada siswa.

6. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Perkembangan teknologi sangat berdampak pada berbagai bidang kehidupan yang lain, tak terkecuali pendidikan. Teknologi sangat diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu pemanfaatan teknologi dalam pendidikan yaitu pembuatan multimedia yang dapat 41 digunakan oleh guru guna membantunya menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Pembuatan multimedia tentu saja tidak sembarangan, sehingga diperlukan suatu prosedur pengembangan sebagai pedoman. Sejak lama, sudah banyak ahli dalam pendidikan telah mengembangkan berbagai model pengembangan multimedia yang dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman. Salah satu model pengembangan multimedia dirancang oleh Alessi dan Trollip 2001. Alessi dan Trollip menyatakan bahwa dalam mengembangkan multimedia pembelajaran terdapat tiga fase, yaitu fase planning, design, dan develop. Tiap tahap tersebut berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu multimedia. Model pengembangan multimedia interaktif juga diungkapkan oleh Rob. Phillips dalam Winarno, dkk 2009: 23 yang meliputi empat tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu: design perancangan, develop pengembangan, evaluate evaluasi, dan tahap terakhir adalah implemented implementasi. Luther dalam Ariesto Hadi Sutopo 2003 menyebutkan tahap pengembangan multimedia ada 6, yaitu concept pembuatan konsep, design perancangan, material collecting pengumpulan bahan, assembly perakitan, testing uji coba, dan distribution penyebaran. Berbagai model pengembangan yang telah dipaparkan di atas memiliki tahap-tahap sedemikian rupa sehingga nantinya multimedia yang dihasilkan akan berkualitas baik. Setiap pengembangan multimedia melalui 42 tahap evaluasi, baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif sehingga produk tersebut memenuhi validitas dan efektivitas. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Alessi Trollip 2001 dikombinasikan dengan model pengembangan perangkat pembelajaran S. Thiagarajan 1974.

F. Kajian Mengenai Model Pengembangan