7. Terapi Diet atau Makanan
Melalui makanan, orangtua dapat melakukan terapi bagi anak-anak dengan gejala autis. Makanan yang disajikan tentu terdiri atas bahan-bahan yang bebas dari zat-zat
pemicu autisme. Terapi diet dapat dilakukan dengan terapi biomedical yaitu berupa pengaturan makanan karena anak dengan autisme umumnya alergi terhadap makanan.
8. Terapi Medikamentosa
Pemberian obat-obatan atau vitamin sesuai dengan pengawasan dokter yang berwenang.
2.3.6 PenangananPenatalaksanaan Terpadu
Pada anak dengan gejala autistik, penanganan harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan sedini mungkin. Sehingga selain penanganan dari luar seperti terapi
perilaku, sensori atau okupasi juga dilakukan penanganan dari dalam dengan pemeriksaan metabolisme yang mungkin menjadi faktor pencetus gejala autistik
melalui serangkaian pemeriksaan dan terapi biomedis.
2.4 Pendidikan dan Pemberdayaan Anak Autis
2.4.1 Bentuk Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autis
Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autis terutama yang tidak
memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
2. Individual Program Sistem pelayanan yang diberikan kepada anak berupa individual program
dimana anak diterapi dengan teknik online, yaitu satu anak yang berkebutuhan khusus diterapi oleh satu orang terapis. Proses terapi bisa berupa terapi dengan metode
Lovas atau ABA, metode TEACCH Treatment and Education of Autistic and Communication Handicapped Children, terapi okupasi, terapi PECS Picture
Exchange Communication System, terapi wicara, terapi diet makanan ataupun terapi medikamentosa.
2.4.2 Pemberdayaan Anak Autis
Jika dilihat lebih jauh pemberdayaan hampir sama dengan pendidikan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak
beruntung. Jadi pemberdayaan dapat diartikan suatu proses atau serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah atau anak dengan
autisme dalam masyarakat sehingga mereka dapat: 1.
Memenuhi kebutuhan dasarnya agar dapat memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat, dan tidak hanya itu saja melainkan juga bebas dari
kesakitan. 2.
Menyangkut sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan
Universitas Sumatera Utara
3. Dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang dapat mempengaruhi mereka Mujahiddin, 2012: 144. Agar ketiga hal tersebut dapat terlaksana maka pendidikan bermodelkan
pemberdayaan perlu diberikan kepada anak autis. Seperti contoh dalam kasus penderita autisme ditemukan suatu fakta tentang keinginan atau kesukaan anak
dengan autisme dalam bidang menggambar atau bermain music, berarti ada konten kreatif mereka yang perlu dikembangkan dan diberdayakan. Kreatifitas-kreatifitas
inilah yang kemudian harus diberdayakan sehingga anak mampu mandiri dan memenuhi kehidupannya kelak.
2.5 Kemandirian