BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar dan komunikasi, terutama
penyandang autis semakin banyak. Maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan maupun terapi untuk anak autis secara umum. Peningkatan
pelayanan itu diharapkan dapat menampung anak autis lebih banyak serta meminimalkan problem belajar maupun komunikasi terutama pada anak-anak autis.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak autis diperlukan suatu sistem pelayanan yang terpadu dan implementasinya dalam bentuk
groupkelas sekolah, individu one on one serta pembelajaran individual melalui modifikasi perilaku.
Di Indonesia, masalah tentang autis sudah sering dibicarakan baik di media cetak seperti: koran, majalah dan jurnal maupun di media elektronika seperti:
televisi, radio, dan internet. Tak jarang diadakan dialog dan seminar yang mengangkat tema gangguan perkembangan pervasif ini. Tempat-tempat terapi pun
sudah banyak kita jumpai di berbagai kota di Indonesia, tentu saja dengan jenis terapi yang berbeda-beda.
Terdapat 4-5 kasus autisme pada setiap sepuluh ribu anak. Kasus ini akan bertambah hingga 20, jika anak yang menderita gangguan retardasi mental berat
dengan ciri autisme dimasukkan dalam gangguan autisme. Hal senada juga
Universitas Sumatera Utara
diungkapkan oleh Budhiman 1998 perihal angka perkembangan autisme ini. Ia mengatakan bahwa sekitar 15-20 tahun yang lalu hanya terdapat 2-4 kasus autisme
dari 10.000 anak. Namun saat ini kasus autisme diperkirakan meningkat hingga 20, diseluruh dunia Kaplan-1997 dalam skripsi Fitriyanti tentang Efektivitas Terapi
Wicara Pada Anak Autis Dengan Gangguan Perkembangan Bahasa Di Pusat Terapi Anak Dengan Kebutuhan Khusus A plus.
Autis dijelaskan adanya kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita. Karakteristik yang menonjol pada
seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain.
Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari
kelainan spektrum autis atau autism spectrum disorders ASD
dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung
gangguan perkembangan pervasif
atau pervasive development disorder PDD. Autisme
bukanlah penyakit kejiwaan
karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak
normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme http:id.wikipedia.orgwikiAutisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret
2014, pukul 23:48 WIB. Gangguan tumbuh kembang anak juga dapat dilihat secara komplek yang
gejalanya tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Gangguan autisme pada awalnya apabila seorang anak memiliki kelemahan
ditiga domain tertentu, yaitu
sosial, komunikasi, dan tingkah laku yang berulang. Penjelasan lain
Universitas Sumatera Utara
diungkapkan gangguan pertumbuhan anak penyandang autis dianggap berasal dari faktor psikologis, yaitu karena kurangnya komunikasi dan kasih sayang dari orang tua
terutama ibu atapun keluarga yang tidak berfungsi secara baik dan tidak mendukung perkembangan anak.
Autis sebagai gangguan perkembangan pervasif yang ciri utamanya adalah gangguan kualitatif pada perkembangan komunikasi baik secara verbal berbicara dan
menulis dan non verbal kurang bisa mengekspresikan perasaan dan kadang menunjukan ekspresi yang kurang tepat Peeters, 2004.
Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan
perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para
ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis,
misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara Speech Therapy, Okupasi Terapi Occupational
Therapy dan Applied Behavior Analisis ABA untuk mengubah serta memodifikasi perilaku
.
Saat ini dijelaskan bahwa penyebab dasar faktor seorang anak itu mengalami gangguan tumbuh kembang seperti autis salah satunya karena faktor genetik, namun
meskipun anak membawa predisposisi genetic, bila tidak ada faktor pencetus dari luar diperkirakan gejala autis tidak keluar. Faktor pencetusnya antara lain berasal dari
Universitas Sumatera Utara
ibu, seperti keracunan logam berat, infeksi virus rubella, toksoplasma, jamur atau ibu memakan obat-obatan keras terutama pada trimester pertama serta ibu pada saat
hamil mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan berbagai alergi pada makanan sehingga mengakibatkan gangguan kekebalan tubuh. Hal inilah yang dapat
memicu anak sempat berkembang normal kemudian terjadi kemunduran disertai dengan adanya gejala autistik.
Beberapa pelayanan treatment yang diterapkan terhadap anak autis antara lain, pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal
sebagai Floortime. TEACCH Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children. Biological Treatment, meliputi tetapi tidak
terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb. Speech –
Language Therapy
Terapi Wicara, meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses
auditorypendengaran. Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS Picture Exchange
Communication System, bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya
http:id.wikipedia.orgwikiAutisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret 2014, pukul 23:48 WIB.
Pelayanan autisme intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial
lainnya. Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy OT, dan Auditory Integration Training AIT.
Universitas Sumatera Utara
Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis ABA yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas
sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.
Data menunjukkan bahwa jumlah penyandang autisme semakin hari semakin banyak. Dari berbagai kepustakaan, dulu diperkirakan “hanya” 4-5 per 10.000
kelahiran, kemudian meningkat pada tahun 1990-an awal menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran. Pada tahun 2000 ASA Confrence, meningkat lagi mencapiai 60 per
10.000 kelahiran,atau 1:250 anak. Di Amerika autisme telah dinyatakan sebagai national alarming Purboyo, 2007.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan satu dari 150 balita di Indonesia kini menderita autisme. Laporan terakhir badan kesehatan dunia WHO yang di kutip
oleh Sinung 2008 tahun 2005 juga memperlihatkan hal serupa, yang mana perbandingan anak autisme dengan anak normal di seluruh dunia, termasuk Indonesia
telah mencapai 1:100. Oleh karena itu, salah satu yayasan yang menyediakan sistem pelayanan
terhadap anak yang berkebutuhan khusus seperti autis di kota Medan adalah Yayasan Ananda Karsa Mandiri YAKARI, serta latar belakang pemilik yayasan dan sekolah
anak berkebutuhan khusus yang memiliki riwayat anak penyandang autis, mendirikan pusat sekolah sekaligus terapi untuk anak autis. Didirikannya sekolah yakari untuk
menyelenggarakan pendidikan kepada anak autistik dalam bentuk layanan individual classroom dengan individual education program sesuai kebutuhan individu anak
dengan berbagai program terapi antara lain terapi wicara, terapi perilaku, terapi
Universitas Sumatera Utara
okupasi, sensori integrasi yang dilakukan dengan berbagai metode antara lain COMPIC Visual Support, floor time, classical dan games dibawah bimbingan guru
dan terapis yang berpengalaman, ramah, sabar dan bersahabat. Di samping itu, klinik YAKARI berfungsi untuk melakukan pemeriksaan dan
konsultasi medis, meliputi assessment awal dan penegakan diagnosa serta konsultasi rutin secara individual yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. Kj
K. Hal tersebut sangat membantu para orangtua untuk mendapatkan informasi tentang autistik, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
terarah untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap anak yang berkebutuhan khusus seperti anak autis dalam mencapai kemandirian anak.
Kemandirian yang dimaksud yaitu agar anak mampu untuk membantu dirinya dalam kehidupan rutin setiap hari, seperti makan, minum, mandi, ke wc, memakai
dan melepas baju, memakai dan melepas kaos kaki, dan lain-lain Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merasa
tertarik untuk mengkaji sistem pelayanan tersebut yang dituangkan dalam penelitian
yang berjudul “ Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian Di Yayasan Ananda Karsa Mandiri YAKARI Medan”.
1.2 Perumusan Masalah