Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Latar Belakang Yayasan atau Lembaga

3.3 Populasi dan Sampel

Istilah populasi sangat popular dalam penelitian. Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Dalam populasi penelitian terdapat serangkaian ukuran khusus yang berlaku bagi seluruh unsur-unsur yang menjadi bagian dari populasi itu Siagian, 2011:155. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orangtua atau terapis dari anak penyandang autis yang mengikuti program maupun sistem pelayanan di Yayasan Ananda Karsa Mandiri dimana anak-anak autis diberdayakan melalui pembelajaran atau pun pendidikan untuk mencapai kemandirian. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 12 orang. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan sampel yang merupakan unit analisis berjumlah 12 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan, yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari naskah- naskah yang sudah diterbitkan berupa buku, surat kabar, jurnal, arsip-arsip dan majalah yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti. Universitas Sumatera Utara 2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu: a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada masyarakat yang menjadi responden. c. Wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik deskriptif , yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Analisis deskriptif sering juga disebut analisis statistik deskriptif. Dengan demikian kesimpulan pada analisis data statistik deskriptif hanya berlaku bagi masing-masing tabel atau hanya berlaku pada satu tabel, tanpa generalisasi Siagian, 2011: 228. Universitas Sumatera Utara BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Yayasan atau Lembaga

Yayasan Ananda Karsa Mandiri YAKARI Medan adalah suatu yayasan yang didirikan sebagai pusat penanganan autistik terpadu. Yayasan Ananda Karsa Mandiri YAKARI dibentuk untuk mewadahi pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi anak-anak autis di Kota Medan. Pada awalnya keluarga Drs. Ahmad Rusly yang tinggal dan bekerja di Medan, mendapatkan anak pertama mereka Ahmad Dzaky Yusran yang lahir pada tanggal 30 mei 1996 memiliki sikap dan perilaku yang menurut mereka sebagai orangtua muda agak aneh dan berbeda dengan anak-anak lain yang pernah mereka lihat. Ketika anak mereka berusia 18 bulan, semuanya kelihatan berjalan normal dan sesuai perkembangannya dengan Kartu Menuju Sehat KMS yang mereka dapatkan pada klinik anak di Medan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Dzaky yang pada saat berusian dua tahun, mulai menunjukkan gejala-gejala aneh dan tidak seperti anak-anak lain, antara lain tidak merespon teguran atau sapaan, tidak mau bergabung dengan anak-anak lain, senang menyendiri, menangis dan tertawa tanpa ada sebab, berlari-lari tanpa tujuan dan bertepuk-tepuk tangan. Hal ini segera dikonsultasikan kepada dokter anak, namun mereka merasa tenang dan bahagia karena menurut dokter hal itu biasa terjadi pada anak pertama, nanti lama-lama juga akan seperti anak lainnya. Ketika Dzaky berusia 30 Bulan, ketenangan Rusly dan Istrinya kembali terusik, ketika melihat apa yang diharapkan dan sesuai analisa dokter bahwa Dzaky Universitas Sumatera Utara akan kembali normal tidak menjadi kenyataan bahkan makin menjadi-jadi. Saat itu Dzaky mulai menunjukkan sikap agresif baik terhadap diri sendiri Self Abuse maupun terhadap sekelilingnya. Rusly dan Istrinya menduga adanya kelainan pada syaraf Dzaky, karena mereka sebagai orang awam berpikir kalau ada hal-hal aneh pada anak tentu berasal dari sentral atau pusatnya yaitu otak. Mereka pun bergegas menuju ahli syaraf anak yang ada di Medan, namun kali ini pun mereka berusaha ditenangkan oleh sang Neurolog yang menyatakan hal itu adalah biasa. Namun Rusly dan Istrinya tidak dapat ditenangkan lagi melihat kenyataan anak mereka yang terlihat sangat berbeda dengan anak-anak lain di play groupnya, mereka pun mulai berburu informasi kemana saja termasuk melalaui internet, dan akhirnya mereka menemukannya. Dari hasil kirim-mengirim email dengan para netter dari berbagai negara, akhirnya mereka mengetahui bahwa gejala-gejala yang dialami Dzaky mereka sebut sebagai “AUTIS” dan sekaligus memberitahu situs-situs yang menyediakan layanan bagi orangtua anak-anak autis sedunia. Bagaikan disambar gledek, Rusly dan Istrinya seperti kehilangan nyawa, ketika mereka akhirnya mengerti anak mereka menderita autis, yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya dan belum ditemukan obatnya. Dari situs itu juga mereka mendapatkan informasi bahwa saat itu telah ada ahli autis di Indonesia yaitu Dr. Melly Budhiman SP. Kj dan Dr. Rudy Sutady, Sp. A. Berbekal informasi tersebut, Rusly dan Istrinya berangkat ke Jakarta membawa anaknya yang kala itu sudah berusia 40 bulan mendatangi Dr. Rudy Universitas Sumatera Utara Sutady yang telah dihubungi sebelumnya. Setelah melewati berbagai test dan observasi, Dzaky dinyatakan positif Autis. Setelah beberapa saat berkonsultasi termasuk mengkonsumsi obat-obatan, berikutnya adalah melakukan terapi bagi Dzaky antara lain terapi tingkah laku yang dikenal dengan DTT Discrete Trial Training dengan pola ABA Applied Behaviour Analysis temuan Prof. Ivaar Lovaas dan Speech Therapy, sambil menunggu perkembangan dan analisa lain yang mengharuskannya mengikuti terapi lain. Masalahnya adalah: Tidaklah mudah mencari tempat terapi bagi anak autis di Jakarta, walaupun tempat yang direkomendasikan cukup banyak, namun hampir seluruhnya menyatakan Full House. Jadilah Rusly dan Istri menunggu urutan, Dzaky bisa masuk bila ada anak lain keluar. Didasari pengalaman dan pemikiran itu, Rusly berpikir tentu banyak anak- anak lain yang memiliki nasib sama dengan anaknya di Kota tempat tinggalnya Medan. Akhirnya Rusly memutuskan : Istrinya tinggal di Jakarta untuk menunggu giliran terapi bagi Dzaky, yang sebulan kemudian di terima, sedangkan Rusly kembali ke Medan untuk menghimpun masyarakat warga Medan yang senasib dengannya. Dengan bantuan beberapa wartawan kerabatnya, Rusly mulai menceritakan pengalamannya serta mengekspose gejala-gejala autis yang dialami anaknya di berbagai media massa di Medan. Pada akhirnya terkumpul belasan orangtua yang menyatakan senasib dengannya dan tidak tahu harus berbuat apa terhadap anaknya. Dengan di motori oleh Rusly, mereka berusaha menghubungi dinas kesehatan Medan untuk mencari solusi, namun saat itu, dinas yang paling kompeten tersebut pun tidak Universitas Sumatera Utara mengetahui apa itu autisme. Namun beruntung upaya-upaya Rusly mendapat perhatian dari seorang psikiater anak dr. Joesoef Simbolon SP. KJ yang kebetulan telah mendapat pelatihan autisme di Universitas Indonesia Jakarta. Akhirnya wadah disiapkan, yang saat itu masih berupa kelompok informal. Namun masalahnya kini adalah siapa yang akan menjadi terapis bagi anak-anak mereka. Namun tuhan mendengar doa mereka, istri Rusly yang saat itu masih di Jakarta dalam proses terapi anaknya, mendapat tawaran dari beberapa terapis di Jakarta yang kebetulan warga asal Sumatera Utara untuk mengembangkan pusat terapi sejenis di Medan. Tepat tanggal 12 September 2000, Yayasan Ananda Karsa Mandiri memulai operasionalnya dengan empat kelas terapi yang di asuh oleh para terapis dari Jakarta serta beberapa co terapis yang diambil dari Medan serta dibawah pengawasan medis Dr. Joesoef Simbolon. Didasari pengalaman dan kesulitan- kesulitan yang di alami oleh Rusly dan Istrinya, mereka bertekad mengembangkan YAKARI sebagai lembaga pendidikan atau terapi serta pusat informasi autisme di Medan sehingga orangtua-orangtua lainnya tidak mengalami kesulitan seperti yang pernah dialaminya. YAKARI kini memiliki kelas terapi yang bergabung dalam bendera sekolah khusus autis Yakari serta Klinik Autis Yakari yang fokus bidang medis, telah sering melakukan kegiatan-kegiatan bagi penyebaran informasi serta pengembangan pelayanan serta penerimaan masyarakat terhadap anak Autis. Beberapa seminar, diskusi, ceramah umum, serta publikasi telah menunjukkan hasilnya, Yakari kini telah sering didatangi serta mendapat kunjungan baik para orangtua yang mencari Universitas Sumatera Utara informasi, maupun dinas kesehatan bagi kepentingan pendataan serta para mahasiswa yang melakukan penelitian terhadap anak autis. Juni 2003, Yakari dengan menggandeng LSM-LSM antara lain Pusaka Indonesia, LBH, IDAI, PPAI, Galatea, JKM telah berhasil melaksanakan semiloka yang bertajuk menyiapkan Anak Autis memasuki sekolah umum bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Medan, dan hasilnya: pada tahun ajaran 20032004 anak autis boleh bersekolah di sekolah umum. Masih banyak program-program yang harus dilaksanakan oleh yayasan ini, antara lain mensosialisasikan fenomena ini kepada masyarakat luas agar masyarakat mengerti serta sedini mungkin dan bagaimana solusinya, sebab semakin dini penanganan terhadap anak ini semakin maksimal hasil yang akan dicapai. Memang saat ini fenomena ini masih awam bagi masyarakat, walaupun penderitanya makin hari makin banyak, banyak masyarakat salah mempersepsikan anak-anak autis sebagai anak cacat mental atau bisu, sehingga Rusly banyak menemui anak-anak ini di SLB-SLB di sekitar kota Medan. Hal ini tentu saja mengakibatkan penanganan anak tersebut tidak mengenai sasaran. Dan lebih parah lagi, sebagian masyarakat mendiamkan begitu saja anaknya karena mereka sudah tidak punya harapan terhadap masa depan anak tersebut. Yayasan ini berupaya secara maksimal mensosialisasikan serta memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, namun karena keterbatasan kemampuan terutama pembiayaan upaya-upaya tersebut tidak dapat maksimal. Demikian pula, penanganan terhadap anak-anak autis masih belum optimal, karena jumlah yang dapat ditangani sangat sedikit dibanding jumlah yang ada pada data maupun anak-anak yang telah datang keyayasan, hal ini disebabkan karena Universitas Sumatera Utara keterbatasan tenaga, fasilitas dan keuangan yayasan. Sedangkan menurut beberapa penelitian, jumlah anak penderita autis ini meningkat tajam dari 1 : 5.000 pada tahun 90-an menjadi 1 : 150 pada tahun 2001, artinya bila Kota Medan berpenduduk 2 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,6 dan disinyalir 1 dari 150 yang lahir adalah anak autis, maka setiap tahun anak autis yang lahir di Medan berjumlah 265 orang atau setiap 3 hari lahir 2 anak autis. Yayasan dalam operasionalnya sepenuhnya bergantung kepada sumbangan- sumbangan kolektif orangtua anak-anak yang mampu dengan sistem subsidi silang untuk mendukung anak-anak yang lainnya. Namun jumlah yang datang makin hari makin banyak. Akhirnya operasional yayasan mencapai stagnasi atau jalan ditempat, karena dana yang sangat terbatas sehingga hanya cukup untuk operasional sehari-hari saja, sementara untuk pengembangan seperti penambahan fasilitas ruang belajar, tenaga pendidik serta operasional sosialisasi terpaksa ditunda menunggu bantuan dari pihak-pihak pemerintah maupun swasta yang telah berkali-kali dicoba dihubungi, namun sampai hari ini melum menunjukkan tanda-tanda memberikan respon.

4.2 Landasan Hukum Yayasan