Kadar kotoran dalam inti sawit sedikit banyaknya ada hubungannya dengan kehilangan inti dalam cangkang. Kehilangan inti yang disertai dengan
kotoran inti yang rendah, namun bisa juga keduanya sama-sama tinggi. Dalam hal ini demikian perlu memeriksa pemeraman biji, putaran pemecah dan lain- lain.
Pengujian ALB pada waktu pengiriman juga perlu untuk memerikasa apakah sterilisasi inti berlangsung baik atau tidak.
2.15. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh bnyak faktor. Faktor – faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya
2.15.1. Asam lemak bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik.
Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
2.15.2. Kadar zat menguap dan kotoran
Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.
Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya
sama dengan minyak sawit.
2.15.3. Kadar logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-
alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu,
logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulasi reaksi oksidasi minyak sawit.
2.15.4. Angka oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan inensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna. Keadaan ini jelas sangat
merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Angka oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida. Sabagai standar umum dipakai angka 10 meq
miligram equivalent, teapi ada yang memakai standar lebih ketat lagi yaitu 6 meq. Di atas angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan
kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
2.15.5. Pemucatan
Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai bahan baku pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Keintensifan peumucatan minyak sawit sangat ditentukan oleh
kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar.
Tabel 2.15. Satndart Mutu Inti Sawit Parameter
Asam lemak bebas 0,5
Kadar air 7
Kadar kotoran 6
Inti sawit merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Produksi minyak inti sawit yang memenuhi standard mutu
harus sesuai dengan norma-norma kandungan yang terdapat dalam minyak tersebut. Minyak inti sawit diproduksi berdasarkan kandungan minyak yang
terdapat pada bahan bakunya yaitu inti sawit. Untuk memaksimalkan hasil produksi minyak inti sawit, harus ditentukan terlebih dahulu kandungan minyak
yang terdapat pada inti sawit dan hasil sisa buangannya berupa ampas PKM yang masih mengandung minyak. harus diketahui pula apakah kandungan minyak
tersebut sudah memenuhi standar atau belum. Standard mutu minyak yang
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada inti sawit adalah 49,00 – 52,00 dan ampas sisa buangannya PKM adalah 9,00 – 9,50 .
http:ptpn2.commainindex.phpprodukpemasaranprodukkelapasawit
2.16. Kadar Air Inti Sawit