Nilai Kuat Tekan Beton Pola Retak Perhitungan Tulangan Balok Beton Bertulang Serat Nilon Berdasarkan

47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Nilai

Slump Untuk mengetahui tingkat kekentalan adukan beton dilakukan slump test, yang dapat menggambarkan kemudahan pengerjaan workability beton. Slump test dilakukan pada daerah yang datar dengan menggunakan Kerucut Abrams. Adapun hasil dari pengujian slump dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Nilai Slump No JenisBeton Nilai Slump cm 1 Normal 15 2 Serat Nilon 2 10 Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai slump berkurang diakibatkan dengan penambahan serat nilon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak serat nilon pada campuran beton, maka akan menurunkan kelecakan beton.

4.2 Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Adapun hasil perhitungan kuat tekan dan perbandingan terhadap beton normal dapat dilihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara 48 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton MPa Jenis Beton Kuat Tekan MPa Normal 27,8 Serat Nilon 2 32,4

4.3 Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang

Pengujian terhadap balok beton bertulang dilakukan setelah umur balok 28 hari. Pengujian dilakukan pada tanggal 17 September 2016 di Laboratorium Struktur Program Magister S2 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Untuk memperoleh nilai lendutan, maka dibutuhkan alat Hydraulic Jack dalam pengujian balok beton bertulang dan memasang dial indicator dengan jarak 75 cm untuk membaca lendutan yang terjadi. Gambar 4.1 Pembebanan pada saat pengujian lendutan balok beton bertulang Universitas Sumatera Utara 49

4.3.1 Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang

a. Lendutan Balok Bertulang Tanpa Serat Nilon Hasil pengujian lendutan balok beton bertulang tanpa serat nilon terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Pengujian Lendutan Balok Bertulang Tanpa Serat Nilon Umur 28 Hari Beban kg 14L-L CL 14L-R Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan x 0.01 mm x 0.01 mm x 0.01 mm 666.5 19.5 0.195 27 0.27 21 0.21 1333 67 0.67 92.5 0.925 69.7 0.697 1999.5 132 1.32 196 1.96 135 1.35 2666 197 1.97 332 3.32 203 2.03 3332.5 312 3.12 428.5 4.285 316.5 3.165 3999 447 4.47 580.5 5.805 433 4.33 4665.5 541 5.41 692 6.92 539 5.39 5332 623 6.23 819.5 8.195 626 6.26 5998.5 732 7.32 966.5 9.665 727 7.27 Retk awal mulai terjadi pada saat diberi pembebanan 3999 kg Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.2 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon b. Lendutan Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Hasil pengujian lendutan balok beton bertulang dengan serat nilon terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Lendutan Balok Bertulang Dengan Serat Nilon Umur 28 Hari Beban kg 14L-L CL 14L-R Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan x 0.01 mm x 0.01 mm x 0.01 mm 666.5 11 0.11 19 0.19 12 0.12 19.5 67 132 197 312 447 541 623 732 27 92.5 196 332 428.5 580.5 692 819.5 966.5 21 69.7 135 203 316.5 433 539 626 727 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 200 400 600 800 1000 1200 B e b an P k g Lendutan x 0,01 mm Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon 14 L-L CL 14L-R Universitas Sumatera Utara 51 Beban kg 14L-L CL 14L-R Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan Dial Reading Lendutan x 0.01 mm x 0.01 mm x 0.01 mm 3332.5 167 1.67 329 3.29 162 1.62 3999 261 2.61 485 4.85 253 2.53 4665.5 376 3.76 652 6.52 367 3.67 5332 463 4.63 785 7.85 452 4.52 5998.5 542 5.42 884 8.84 532 5.32 6665 634 6.34 1003 10.03 625 6.25 Retak awal mulai terjadi pada saat diberi pembebanan 4665,5 kg Gambar 4.3 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon 11 22 47 97 167 261 376 463 542 634 19 59 126 220 329 485 652 785 884 1003 12 22 45 94 162 253 367 452 532 625 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 200 400 600 800 1000 1200 B e b an P k g Lendutan x 0,01 mm Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon 14L-L CL 14L-R Universitas Sumatera Utara 52

4.3.2 Lendutan Balok Beton Bertulang Secara Teoritis

a. Lendutan Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Dalam pengujian terhadap balok beton bertulang, ada 3 tahapan yang dialami oleh balok sebelum balok mengalami keruntuhan, yaitu tahapan balok sebelum mengalami retak uncracked concrete stage, tahap setelah retak concrete cracked, dan tahapan kekuatan ultimit ultimate strength stage.Perhitungan lendutan dibagi dalam 2 bagian, yaitu sebelum terjadi retak dan setelah terjadi retak dimana parameternya adalah ketika retak pertama kali muncul saat pemberian beban tertentu. Pengamatan terhadap pola retak yang terjadi pada balok beton bertulang dilakukan secara kasat mata.  Kondisi sebelum retak Retak awal pada saat pengujian terjadi pada saat pembebanan 3999 kg. Maka, kondisi sebelum retak adalah pada saat pembebanan 0 kg, 666,5 kg, 1333 kg, 1999,5 kg, 2666 kg, dan 3332,5 kg. 1. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 0 kg Yang perlu ditinjau dalam perhitungan lendutan terdiri atas dua, yaitu lendutan akibat beban terpusat dan lendutan akibat berat sendiri balok beton bertulang.  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: Universitas Sumatera Utara 53 � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 0 kg = 0 N x = 1 m = 1000mm � = momen inersia penampang balok mm 4 � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = 24781,081 � = momen inersia penampang bruto beton terhadap garis sumbunya, dengan mengabaikan tulangannya = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , { − } � = 0 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Universitas Sumatera Utara 54 Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 0 kg adalah: � = � + � � = + , � = 0,196 mm 2. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 666,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 333.25 kg = 3332,5 N Universitas Sumatera Utara 55 x = 1 m = 1000mm � = momen inersia penampang balok mm 4 � = modulus elastisitas beton = 24781,081 � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 0,659 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Universitas Sumatera Utara 56 Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 666,5 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 0,855 mm 3. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 1333 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 666,5 kg = 6665 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = 24781,081 � = momen inersia penampang balok mm 4 Universitas Sumatera Utara 57 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , { − } � = 1.31 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 1333 kg adalah: Universitas Sumatera Utara 58 � = � + � � = , + , � = 1,506 mm 4. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 1999,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 999,75 kg = 9997,5 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = 24781,081 � = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 1.98 mm Universitas Sumatera Utara 59  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 1999,5 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 2,175 mm 5. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 2666 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: Universitas Sumatera Utara 60 � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 1333 kg = 13330 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = 24781,081 � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , { − } � = 2,64 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Universitas Sumatera Utara 61 Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 2666 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 2,835 mm 6. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 3332,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 1666,25 kg = 16662,5 N Universitas Sumatera Utara 62 x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = 24781,081 � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 3,299 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = 24781,081 MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Universitas Sumatera Utara 63 Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 3332,5 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 3,495 mm  Kondisi setelah retak Pada keadaan setelah retak lendutan balok yang terjadi tidak dapat dihitung menggunakan persamaan lendutan biasa, karena akan mengalami kesulitan dalam menentukan momen inersia yang akan digunakan. Apabila momen lentur Mn lebih besar dari momen retak , retak tarik pada balok akan menyebabkan berkurangnya penampang melintang balok dan momen inersia yang digunakan diasumsikan adalah momen inersia transformasi � . Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan nilai momen inersia efektif Iₑ berdasarkan persamaan berikut ini. � = cr � + { − cr } I cr ≤ � di mana, I e = momen inersia efektif I cr = momen inersia penampang retak transformasi I g = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh batang tulangan diabaikan Universitas Sumatera Utara 64 M a = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung. M cr = momen pada saat timbul retak yang pertama kali. = � � di mana f r = modulus retak beton = 0,7 √ ′ Y t = jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik = ℎ o Menghitung momen retak M cr : = � � � = , √ , ×{ × } = 5766874,018 Nmm o Menghitung letak garis netral + � ′ − � ′ ′ − � + � y= dimana: E s = modulus elastisitas baja = 200000 MPa E c = modulus elastisitas beton = , MPa n = rasio modulus = � � � = , = 8,07 d’ = 35 mm d =215mm A’s = 226,2 mm Universitas Sumatera Utara 65 As = 462,0 mm Maka, 150y 2 + 8,07 226,2y – 8,07226,235 – 8,07462215 + 8,07462y = 0 75y 2 + 1825,434y – 63890,19 – 801593,1 + 3728,34y = 0 75y 2 + 5553,774y – 865483,29 = 0 X 1 = 76,59 memenuhi X 2 = -150,65 o Menentukan momen inersia penampang retak transformasi I cr I cr = + � − + � ′ − = , + , − , + , , , − = 97046491,74 mm 4 Retak awal terjadi pada saat balok menerima beban 3999 kg. Maka lendutan dengan kondisi setelah retak yang akan dihitung adalah pada saat pembebanan 3999 kg, 4665,5 kg, 5332 kg, dan 5998,5 kg 1. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 3999 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 3999 x 10 + { , } = 19995000 + 1012500 = 21007500 Nmm Universitas Sumatera Utara 66 I e = cr � + { − cr } Icr = , + { − , } , = 4040436,767 + 95038887,45 = 99079324.22 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , . { − } � = 7.804 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , . � = 0.386 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 3999 kg adalah : � = � + � � = 7.804 + 0,386 � = . �� Universitas Sumatera Utara 67 1. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 4665,5 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 4665,5 x 10 + { , } = 24340000 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 98353453,81 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , , { − } � = 9,172 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri � = ⁴ � � � = , ⁴ , , � = 0,389 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 4666,5 kg adalah � = , + , � = , �� Universitas Sumatera Utara 68 2. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 5332 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 5332 x 10 + { , } = 27672500 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 97935855,69 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , − � = 10,527 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , , � = 0,391 mm Universitas Sumatera Utara 69 Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 5332 kg adalah : � = � + � � = , + 0,391 � = , �� 3. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 5998,5 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 5998,5 x 10 + { , } = 31005000 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 97678800,94 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , { − } � = 11,874 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, � = ⁴ � � � � Universitas Sumatera Utara 70 � = , ⁴ , , � = 0,392 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 5998,5 kg adalah : � = 11,874 + 0,392 � = , �� Tabel 4.5 Lendutan Hasil Pengujian dan Perhitungan Teoritis Terhadap Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Beban Lendutan x 10 -2 mm Kondisi Hasil Pengujian Teoritis 0.0 19.6 Sebelum retak 666.5 27.0 85.5 1333 92.5 150.6 1999.5 196.0 217.5 2666 332.0 283.5 3332.5 428.5 349.5 3999 580.5 819.0 Retak Awal 4665.5 692.0 956.1 Setelah Retak 5332 819.5 1091.8 5998.5 966.5 1226.6 Universitas Sumatera Utara 71 Gambar 4.4 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Berdasarkan Hasil Pengujian dan Perhitungan Teoritis a. Lendutan Balok Bertulang dengan Serat Nilon  Kondisi sebelum retak Retak awal pada saat pengujian terjadi pada saat pembebanan 4665,5 kg. Maka, kondisi sebelum retak adalah pada saat pembebanan 0 kg, 666,5 kg, 1333 kg, 1999,5 kg, 2666 kg, 3332,5 kg, dan 3999 kg. 1. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 0 kg Yang perlu ditinjau dalam perhitungan lendutan terdiri atas dua, yaitu lendutan akibat beban terpusat dan lendutan akibat berat sendiri balok beton bertulang. 0.0 27.0 92.5 196.0 332.0 428.5 580.5 692.0 819.5 966.5 19.6 85.5 150.6 217.5 283.5 349.5 819.0 956.1 1091.8 1226.6 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 B e b an P k g Lendutan x 0,01 mm Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Berdasarkan Hasil Pengujian dan Teoritis Hasil Pengujian Teoritis Universitas Sumatera Utara 72  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 0 N X = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , { − } � = 0 mm Universitas Sumatera Utara 73  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 0 kg adalah: � = � + � � = + 0,181 � = 0,181 mm Universitas Sumatera Utara 74 2. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 666,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 333.25 kg = 3332,5 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 0,611 mm Universitas Sumatera Utara 75  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 666,5 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 0,792 mm 3. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 1333 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: Universitas Sumatera Utara 76 � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 666,5 kg = 6665 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , { − } � = 1,222 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm Universitas Sumatera Utara 77 l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 1333 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 1,401 mm 4. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 1999,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 999,75 kg = 9997,5 N x = 1 m = 1000 mm Universitas Sumatera Utara 78 � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 1,833 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = , MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Universitas Sumatera Utara 79 Maka, � = � � � � = , ⁴ , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 1999,5 kg adalah: � = � + � � = 1,833 + 0,181 � = 2,015 mm 5. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 2666 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 1333 kg = 13330 N X = 1 m = 1000 mm � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , Maka besar lendutan: � = , � � � � � − Universitas Sumatera Utara 80 � = , { − } � = 2,44 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = , MPa � = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 2666 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 2,62 mm Universitas Sumatera Utara 81 6. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 3332,5 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 1666,25 kg = 16662,5 N x = 1 m = 1000 mm � = modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � − � = , , { − } � = 3,05 mm Universitas Sumatera Utara 82  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm � = modulus elastisitas beton = , MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 3332,5 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 3,237 mm 7. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 3999 kg  Lendutan Akibat Beban Terpusat Pada kondisi beban terpusat, rumus untuk menghitung lendutan yang terjadi adalah: Universitas Sumatera Utara 83 � = , � � � − Keterangan: 0,5 P = beban terpusat, dimana analisa lendutan terjadi pada 0,5 P = 1999,5 kg = 19995 N X = 1 m = 1000 mm � = momen inersia penampang balok mm 4 � = modulus elastisitas beton =4700 √ ′ = 4700 √ , = , � = bh ³ = = ⁴ Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , { − } � = 3,667 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Untuk menghitung lendutan akibat berat sendiri pada balok, menggunakan rumus: � = ⁴ � � Keterangan: q = Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 kNm l = bentang balok = 3 m = 3000 mm Universitas Sumatera Utara 84 � = modulus elastisitas beton = , MPa � = momen inersia penampang balok mm 4 = bh³ = = ⁴ Maka, � = � � � � = , , = , Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembeban 3999 kg adalah: � = � + � � = , + , � = 3,848 mm  Kondisi setelah retak Pada keadaan setelah retak lendutan balok yang terjadi tidak dapat dihitung menggunakan persamaan lendutan biasa, karena akan mengalami kesulitan dalam menentukan momen inersia yang akan digunakan. Apabila momen lentur Mn lebih besar dari momen retak , retak tarik pada balok akan menyebabkan berkurangnya penampang melintang balok dan momen inersia yang digunakan diasumsikan adalah momen inersia transformasi � . Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunaka n nilai momen inersia efektif Iₑ berdasarkan persamaan berikut ini. � = cr � + { − cr } I cr ≤ � Universitas Sumatera Utara 85 di mana, I e = momen inersia efektif I cr = momen inersia penampang retak transformasi I g = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh batang tulangan diabaikan M a = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung. M cr = momen pada saat timbul retak yang pertama kali. = � � di mana f r = modulus retak beton = 0,7 √ ′ Y t = jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik = ℎ o Menentukan momen retak M cr : = � � � = , √ , ×{ × } = 6225734,143 Nmm o Menentukan letak garis netral + � ′ − � ′ ′ − � + � y= dimana: E s = modulus elastisitas baja = 200000 MPa Universitas Sumatera Utara 86 E c = modulus elastisitas beton = , MPa n = rasio modulus = � � � = , = 7,47 d’ = 35 mm d = 215 mm A’s = 226,2 mm As = 462 mm Maka, 150y 2 + 7,47 226,2y – 7,47226,235 – 7,47462215 + 7,47462y = 0 75y 2 + 1689,714y – 59139,99 – 741995,1 + 3451,14y = 0 75y 2 + 5140,854y – 801135,09 = 0 X 1 = 74,61 memenuhi X 2 = -143,16 o Menentukan momen inersia penampang retak transformasi I cr I cr = + � − + � ′ − = , + , − , + , , , − = 91437209,39 mm 4 Universitas Sumatera Utara 87 Retak awal terjadi pada saat balok menerima beban 4666,5 kg. Maka lendutan dengan kondisi setelah retak yang akan dihitung adalah pada saat pembebanan 4665,5 kg, 5332 kg, 5998,5 kg, dan 6665 kg. 1. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 4665,5 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 4665,5 x 10 + { , } = 24340000 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 93175499,44 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , , { − } � = 8,96 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , , Universitas Sumatera Utara 88 � = 0,38 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 4666,5 kg adalah : � = � + � � = , + , � = , �� 2. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 5332 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 5332 x 10 + { , } = 27672500 Nmm I e = cr � + { − cr } Icr = , + { − , } , = 92620084,19 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , { − } � = 10,311 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, Universitas Sumatera Utara 89 � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , , � = 0,383 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 5332 kg adalah : � = � + � � = , + , � = , �� 3. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 5998,5 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 5998,5 x 10 + { , } = 31005000 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 92278195,38 mm 4  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , , { − } Universitas Sumatera Utara 90 � = 11,642 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , , � = 0,3845 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 5998,5 kg adalah : � = � + � � = 11,642 + 0,3845 � = , �� 4. Lendutan Teoritis pada Pembebanan 6665 kg Ma = 0,5P + = 0,5 x 6665 x 10 + { , } = 34337500 Nmm I e = cr � + { − cr } I cr = , + { − , } , = 92056333,83 mm 4 Universitas Sumatera Utara 91  Lendutan Akibat Beban Terpusat Maka besar lendutan: � = , � � � � � − � = , , { − } � = 12,967 mm  Lendutan Akibat Berat Sendiri Maka, � = ⁴ � � � � � = , ⁴ , , � = 0,385 mm Total lendutan teoritis yang terjadi pada pembebanan 6665 kg adalah : � = � + � � = 12,967 + 0,385 � = , �� Universitas Sumatera Utara 92 Tabel 4.6 Lendutan Hasil Pengujian dan Perhitungan Teoritis Terhadap Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Beban Lendutan x 10 -2 mm Kondisi Hasil Pengujian Teoritis 18.1 Sebelum retak 666.5 19 79.2 1333 59 140.1 1999.5 126 201.5 2666 220 262.0 3332.5 329 323.7 3999 485 384.8 4665.5 652 934.92 Retak Awal 5332 785 1069.41 Setelah Retak 5998.5 884 1202.74 6665 1003 1335.31 Gambar 4.5 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Berdasarkan Hasil Pengujian Dan Teoritis 19 59 126 220 329 485 652 785 884 1003 18.1 79.2 140.1 201.5 262.0 323.7 384.8 934.92 1069.41 1202.74 1335.31 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 B eb an P k g Lendutan x 0,01 mm Grafik Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Berdasarkan Hasil Pengujian Dan Teoritis Hasil Pengujian Teoritis Universitas Sumatera Utara 93 Gambar 4.6 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon 27 92.5 196 332 428.5 580.5 692 819.5 966.5 19 59 126 220 329 485 652 785 884 1003 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 200 400 600 800 1000 1200 B eb an P k g Lendutan x 0,01 mm Hubungan Beban-Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 94 Gambar 4.7 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Secara Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon

4.4 Pengujian Regangan Balok Beton Bertulang

4.4.1 Regangan Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal

 Menentukan letak garis netral + � ′ − � ′ ′ − � + � y= 150y 2 + 8,07 226,2y – 8,07226,235 – 8,07462215 + 8,07462y = 75y 2 + 1825,434y – 63890,19 – 801593,1 + 3728,34y = 0 19.6 85.5 150.6 217.5 283.5 349.5 819.0 956.1 1091.8 1226.6 18.1 79.2 140.1 201.5 262.0 323.7 384.8 934.92 1069.41 1202.74 1335.31 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 1600.0 B e b an P kg Lendutan x 0,01 mm Hubungan Beban-Lendutan Secara Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 95 75y 2 + 5553,774y – 865483,29 = 0 X 1 = 76,59 memenuhi X 2 = -150,65  Menentukan jarak dari garis netral ke serat bawah e e = d – y = 215 – 76,59 = 138,41 mm  Jari-jari kelengkungan � = − ∆ = { }−{ } , = ,  Regangan tekan � � = − � � = − , , = − ,  Regangan tulangan tarik � � = − � = − , , − , = . Perhitungan regangan tekan beton dan regangan tulangan tarik untuk variasi pembebanan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Hasil perhitungan regangan tekan dan regangan tarik pada balok beton bertulang tanpa serat nilon disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini: Universitas Sumatera Utara 96 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regangan Tekan dan Regangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal P kg Lendutan Pengujian mm Garis Netral y mm Jarak garis netral ke serat bawah e mm Jari-jari kelengkungan ρ Regangan teka εc Regangan tarik εs 666.5 0.27 76.59 138.41 3549382.716 -0.0000390 0.0000705 1333 0.925 76.59 138.41 1036036.036 -0.0001336 0.0002414 1999.5 1.96 76.59 138.41 488945.5782 -0.0002831 0.0005116 2666 3.32 76.59 138.41 288654.6185 -0.0004795 0.0008665 3332.5 4.285 76.59 138.41 223648.3858 -0.0006189 0.0011184 3999 5.805 76.59 138.41 165087.5682 -0.0008384 0.0015151 4665.5 6.92 76.59 138.41 138487.4759 -0.0009994 0.0018061 5332 8.195 76.59 138.41 116941.2243 -0.0011836 0.0021389 5998.5 9.665 76.59 138.41 99155.02673 -0.0013959 0.0025226

4.4.2 Regangan Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon

 Menentukan letak garis netral 150y 2 + 7,47 226,2y – 7,47226,235 – 7,47462215 + 7,47462y = 75y 2 + 1689,714y – 59139,99 – 741995,1 + 3451,14y = 0 75y 2 + 5140,854y – 801135,09 = 0 X 1 = 74,61 memenuhi X 2 = -143,16 Universitas Sumatera Utara 97  Menentukan jarak dari garis netral ke serat bawah e e = d – y = 215 – 74,61 = 140,39 mm  Jari-jari kelengkungan � = − ∆ = { }−{ } , = 5043859.649  Regangan tekan � � = − � � = − , , = − 0.0000278  Regangan tulangan tarik � � = − � = − , , − . = 0.00005 Perhitungan regangan tekan beton dan regangan tulangan tarik untuk variasi pembebanan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Hasil perhitungan regangan tekan dan regangan tarik pada balok beton bertulang tanpa serat nilon disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regangan Tekan dan Regangan Tarik Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon P kg Lendutan Pengujian mm Garis Netral y mm Jarak garis netral ke serat bawah e mm Jari-jari kelengkungan ρ Regangan teka εc Regangan tarik εs 666.5 0.19 74.61 140.39 5043859.649 -0.0000278 0.0000524 1333 0.59 74.61 140.39 1624293.785 -0.0000864 0.0001626 1999.5 1.26 74.61 140.39 760582.0106 -0.0001846 0.0003473 2666 2.2 74.61 140.39 435606.0606 -0.0003223 0.0006064 3332.5 3.29 74.61 140.39 291286.7275 -0.0004820 0.0009069 Universitas Sumatera Utara 98 P kg Lendutan Pengujian mm Garis Netral y mm Jarak garis netral ke serat bawah e mm Jari-jari kelengkungan ρ Regangan teka εc Regangan tarik εs 3999 4.85 74.61 140.39 197594.5017 -0.0007105 0.0013369 4665.5 6.52 74.61 140.39 146983.6401 -0.0009551 0.0017972 5332 7.85 74.61 140.39 122080.6794 -0.0011500 0.0021639 5998.5 8.84 74.61 140.39 108408.7481 -0.0012950 0.0024368 6665 10.03 74.61 140.39 95546.69325 -0.0014693 0.0027648 Gambar 4.8 Grafik Hubungan Beban-Regangan Tekan Beton ε c Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon 0.0000390 0.0001336 0.0002831 0.0004795 0.0006189 0.0008384 0.0009994 0.0011836 0.0013959 0.0000278 0.0000864 0.0001846 0.0003223 0.0004820 0.0007105 0.0009551 0.0011500 0.0012950 0.0014693 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0.0005 0.001 0.0015 0.002 B e b an k g Regangan Tekan Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 99 Gambar 4.9 Grafik Hubungan Beban-Regangan Tarik Beton ε s Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon

4.5 Hubungan Tegangan-Regangan

Tegangan memiliki hubungan yang linier terhadap dengan regangan dan modulus elastisitas. Hubungan tersebut dapat dilihat dalam rumus berikut in: � = � � Keterangan: σ = Tegangan ε = Modulus elastisitas E = Regangan 0.0000705 0.0002414 0.0005116 0.0008665 0.0011184 0.0015151 0.0018061 0.0021389 0.0025226 0.0000524 0.0001626 0.0003473 0.0006064 0.0009069 0.0013369 0.0017972 0.0021639 0.0024368 0.0027648 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025 0.0030 B e b an k g Regangan Tark Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 100

4.5.1 Hubungan Tegangan-Regangan Tekan pada Balok Beton Bertulang

Menghitung besarnya nilai tegangan tekan balok beton bertulang dapat menggunakan rumus sebagai berikut: = � � Keterangan: fc = Tegangan beton E c = Modulus elastisitas beton = 4700 √ ′ ε c = Regangan beton a. Hubungan Tegangan-Regangan pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal � = √ , = 24781,08 = � � = , , = , Nmm 2 Perhitungan untuk regangan yang lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan tegangan balok beton bertulang tanpa serat nilon dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini: Universitas Sumatera Utara 101 Tabel 4.9 Hubungan Tegangan-Regangan Tekan Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Beban P kg Balok Beton Bertulang Normal ε c fc Nmm 2 666.5 -0.0000390 0.96635 1333 -0.0001336 3.31065 1999.5 -0.0002831 7.01499 2666 -0.0004795 11.88254 3332.5 -0.0006189 15.33635 3999 -0.0008384 20.77655 4665.5 -0.0009994 24.76722 5332 -0.0011836 29.33054 5998.5 -0.0013959 34.59179 Gambar 4.10 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Tekan Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon 0 0.96635 3.31065 7.01499 11.88254 15.33635 20.77655 24.76722 29.33054 34.59179 5 10 15 20 25 30 35 40 0.00004 0.00013 0.00028 0.00048 0.00062 0.00084 0.00100 0.00118 0.00140 Tegan g an N m m 2 Regangan Universitas Sumatera Utara 102 b. Hubungan Tegangan-Regangan pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon � = √ , = , = � � = , , = , Nmm 2 Perhitungan untuk regangan yang lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan tegangan balok beton bertulang tanpa serat nilon dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.10 Hubungan Tegangan-Regangan Tekan Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Beban P kg Balok Beton Bertulang Serat Nilon ε c fc Nmm 2 666.5 -0.0000278 0.824301956 1333 -0.0000864 2.312288155 1999.5 -0.0001846 4.938106907 2666 -0.0003223 8.622091425 3332.5 -0.0004820 12.89394581 3999 -0.0007105 19.00779246 4665.5 -0.0009551 25.55274368 5332 -0.0011500 30.76518986 5998.5 -0.0012950 34.645131 6665 -0.0014693 39.30889863 Universitas Sumatera Utara 103 Gambar 4.11 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Gambar 4.12 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Tekan Beton ε c Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Tg an g an N m m 2 Regangan 0 0.96635 3.31065 7.01499 11.88254 15.33635 20.77655 24.76722 29.33054 34.59179 0.82430 2.31229 4.93811 8.62209 12.89395 19.00779 25.55274 30.76519 34.64513 39.30890 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Tegan g an N m m 2 Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 104 4.5.2 Hubungan Tegangan-Regangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Nilai tegangan tulangan tarik balok beton bertulang dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut: = � � Keterangan: fs = Tegangan tulangan tarik E s = Modulus elastisitas tulangan = 200000 Nmm 2 ε s = Regangan tulangan tarik beton a. Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Tegangan tulangan tarik pada pembebanan 666,5 kg: = � � = . = 14.09419 Nmm 2 Perhitungan untuk regangan yang lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan tegangan balok beton bertulang tanpa serat nilon dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini: Universitas Sumatera Utara 105 Tabel 4.11 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Beban P kg Balok Beton Bertulang Normal ε s fs Nmm 2 666.5 0.0000705 14.09419 1333 0.0002414 48.28564 1999.5 0.0005116 102.31336 2666 0.0008665 173.30630 3332.5 0.0011184 223.67997 3999 0.0015151 303.02502 4665.5 0.0018061 361.22880 5332 0.0021389 427.78468 5998.5 0.0025226 504.51970 Gambar 4.13 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon 0.000 14.094 48.286 102.313 173.306 223.680 303.025 361.229 427.785 504.520 100 200 300 400 500 600 Teg anga n N m m 2 Regangan Tanpa Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 106 b. Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Tegangan tulangan tarik pada pembebanan 666,5 kg: = � � = , = , Nmm 2 Perhitungan terhadap regangan yang lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan tegangan balok beton bertulang tanpa serat nilon dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.12 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Beban P kg Balok Beton Bertulang Serat Nilon ε s fs Nmm 2 666.5 0.0000524 10.47471729 1333 0.0001626 32.5267537 1999.5 0.0003473 69.46391468 2666 0.0006064 121.2862002 3332.5 0.0009069 181.3779994 3999 0.0013369 267.3809414 4665.5 0.0017972 359.4481934 5332 0.0021639 432.7712144 5998.5 0.0024368 487.3500045 6665 0.0027648 552.9548129 Universitas Sumatera Utara 107 Gambar 4.14 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Gambar 4.15 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik ε s Pada Balok Beton Bertulang Tanpa dan Dengan Serat Nilon 0.000 10.475 32.527 69.464 121.286 181.378 267.381 359.448 432.771 487.350 552.955 100 200 300 400 500 600 Tegan g an N m m 2 Regangan Dengan Serat Nilon 0.000 14.094 48.286 102.313 173.306 223.680 303.025 361.229 427.785 504.520 0.000 10.475 32.527 69.464 121.286 181.378 267.381 359.448 432.771 487.350 552.955 100 200 300 400 500 600 Tegan g an N m m 2 Tanpa Serat Nilon Dengan Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 108

4.6 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang

4.6.1 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon

 Menentukan letak garis netral dari serat tekan terluar c + = + � ′ . + � . = , ′ . . + � ′ . ………………………………..1 ′ = � ′ . � = − , � � = � ′ + � = ß . Nilai-nilai di atas dapat disubstitusikan ke dalam persamaan 1, maka diperoleh: � . = , . ′ ß . . + � ′ − , � ………… dikali dengan c maka, � . . = , . ′ ß . . + � ′ − , � � . . = , . ′ ß . . + . � ′ . , � − ′. � ′ . , � , . ′ ß . . + . � ′ . , � − � . . − ′. � ′ . , � = [ , . ′ ß . . + { � ′ . , � − � . } − ′. � ′ . , � ] = .. 2 dimana, E s = 200000 Nmm 2 ß 1 = 0,85 Fy = 240 Nmm 2 f’c = 27,8 Nmm 2 A s ’ = 226,2 mm 2 b = 150 mm Universitas Sumatera Utara 109 As tot = 226,2 + 462,0 = 688,2 mm 2 d’ = 35 mm Nilai-nilai diatas dimasukkan pada persamaan 2, maka diperoleh: [{ , , , } + { , , . − , . } − { , , . }] = 3012,825c 2 – 29448c - 4750200 = 0 c 1 = 44,894 memenuhi c 2 = -35,119 maka, a = ß 1 .c = 0,85 x 44,894 mm = 38,16 mm d’ = 35 mm d = 215 mm  Menghitung Nilai Mn = + = , . ′ . . − + � . − ′ ………….Pers. A  Menghitung nilai Pn � = � = � = � = � Universitas Sumatera Utara 110 � . = � = � = ………………………………..……………….Pers. B  Menghitung Nilai Tegangan Lentur Untuk menghitung nilai tegangan lentur menggunakan rumus sebagai berikut: � = . � Keterangan: σ = tegangan lentur Nmm 2 M = momen lentur Nmm y = tinggi garis netral mm I = Inersia mm 4  Menentukan letak garis netral y: E s = modulus elastisitas baja = 200000 MPa E c = modulus elastisitas beton = 4700 √ , = , MPa n = , = 8,07 150y 2 + 8,07 226,2y – 8,07226,235 – 8,07462215 + 8,07462y = 75y 2 + 1825,434y – 63890,19 – 801593,1 + 3728,34y = 0 75y 2 + 5553,774y – 865483,29 = 0 Universitas Sumatera Utara 111 y 1 = 76,59 memenuhi y 2 = -150,65  Menghitung Momen Inersia: � = ℎ + { . ℎ − ℎ } + . � − + . � ′ − ′ = + { . , − } + , − , + , , , − = + , + , + , = , Universitas Sumatera Utara 112 Tabel 4.13 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Normal Beban P kg ε c ε s fc Nmm 2 fs Nmm 2 Mn Nmm Pn kg σ Nmm 2 ϕ PP 666.5 0.0000390 0.0000744 0.9663510 14.0941871 2093226.548 418.645 0.4481005 1.5920398 1333 0.0001336 0.0002550 3.3106469 48.2856411 7171239.101 1434.248 1.5351593 0.9294070 1999.5 0.0002831 0.0005403 7.0149923 102.3133584 15195274.204 3039.055 3.2528780 0.6579348 2666 0.0004795 0.0009152 11.8825381 173.3063010 25738933.855 5147.787 5.5099771 0.5178925 3332.5 0.0006189 0.0011812 15.3363481 223.6799698 33220280.593 6644.056 7.1115216 0.5015761 3999 0.0008384 0.0016002 20.7765462 303.0250232 45004370.792 9000.874 9.6341617 0.4442902 4665.5 0.0009994 0.0019075 24.7672179 361.2287960 53648621.168 10729.724 11.4846510 0.4348201 5332 0.0011836 0.0022590 29.3305420 427.7846797 63533302.091 12706.660 13.6006813 0.4196225 5998.5 0.0013959 0.0026642 34.5917862 504.5196985 74929757.744 14985.952 16.0403399 0.4002749 TOTAL 5.897857899 ϕ rata-rata 0.5897858 Universitas Sumatera Utara 113

4.6.2 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon

 Menentukan letak garis netral dari serat tekan terluar c + = + � ′ . + � . = , ′ . . + � ′ . ………………………………..1 ′ = � ′ . � = − , � � = � ′ + � = ß . Nilai-nilai di atas dapat disubstitusikan ke dalam persamaan 1, maka diperoleh: � . = , . ′ ß . . + � ′ − , � ………….… dikalikan dengan c maka, � . . = , . ′ ß . . + � ′ − , � � . . = , . ′ ß . . + . � ′ . , � − ′. � ′ . , � , . ′ ß . . + . � ′ . , � − � . . − ′. � ′ . , � = [ , . ′ ß . . + { � ′ . , � − � . } − ′. � ′ . , � ] = . . dimana, E s = 200000 Nmm 2 ß 1 = 0,85 Fy = 240 Nmm 2 f’c = 32,4 Nmm 2 A s ’ = 226,2 mm 2 b = 150 mm As tot = 226,2 + 462,0 = 688,2 mm 2 d’ = 35 mm Universitas Sumatera Utara 114 Nilai-nilai diatas dimasukkan pada persamaan 2, maka diperoleh: [ , . , . , . . + { , . , . − , . } − . , . , . ] = , − − = c 1 = 41,21 memenuhi c 2 = -32,82 maka, a = ß 1 .c = 0,85 x 41,212 mm = 35,03 mm d’ = 35 mm d = 215 mm  Menghitung Nilai Mn = + = , . ′ . . − + � . − ′ ………….Pers. A  Menghitung nilai Pn � = � = � = � = � � . = � = � = ………………………………..……………….Pers. B Universitas Sumatera Utara 115  Menghitung Nilai Tegangan Lentur Untuk menghitung nilai tegangan lentur menggunakan rumus sebagai berikut: � = . � Keterangan: σ = tegangan lentur Nmm 2 M = momen lentur Nmm y = tinggi garis netral mm I = Inersia mm 4  Menentukan letak garis netral y: E s = modulus elastisitas baja = 200000 MPa E c = modulus elastisitas beton = 4700 √ , = , MPa n = , = 7,47 150y 2 + 7,47 226,2y – 7,47226,235 – 7,47462215 + 7,47462y = 0 75y 2 + 1689,714y – 59139,99 – 741995,1 + 3451,14y = 0 75y 2 + 5140,854y – 801135,09 = 0 X 1 = 74,61 memenuhi X 2 = -143,16 Universitas Sumatera Utara 116  Menghitung Momen Inersia: � = ℎ + { . ℎ − ℎ } + . � − + . � ′ − ′ = + { . , − } + , − , + , , , − = + , + , + ,329 = , Universitas Sumatera Utara 117 Tabel 4.14 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon Beban P kg ε c ε s fc Nmm 2 fs Nmm 2 Mn Nmm Pn kg σ Nmm 2 ϕ PP 666.5 0.0000278 0.0000524 0.8243020 10.4747173 1598138.351 319.628 0.3301124 2.0852387 1333 0.0000864 0.0001626 2.3122882 32.5267537 4744437.429 948.887 0.9800138 1.4048030 1999.5 0.0001846 0.0003473 4.9381069 69.4639147 10132188.407 2026.438 2.0929109 0.9867069 2666 0.0003223 0.0006064 8.6220914 121.2862002 17691122.615 3538.225 3.6542888 0.7534853 3332.5 0.0004820 0.0009069 12.8939458 181.3779994 26456269.729 5291.254 5.4648228 0.6298129 3999 0.0007105 0.0013369 19.0077925 267.3809414 39000883.947 7800.177 8.0560458 0.5126807 4665.5 0.0009551 0.0017972 25.5527437 359.4481934 52430054.296 10486.011 10.8299832 0.4449261 5332 0.0011500 0.0021639 30.7651899 432.7712144 63125142.058 12625.028 13.0391668 0.4223357 5998.5 0.0012950 0.0024368 34.6451310 487.3500045 71086147.235 14217.229 14.6835968 0.4219176 6665 0.0014693 0.0027648 39.3088986 552.9548129 80655436.286 16131.087 16.6602348 0.4131774 TOTAL 8.07508427 ϕ rata-rata 0.7340986 Universitas Sumatera Utara 118

4.7 Pola Retak

Pola retak yang terdapat pada pengujian kedua balok ini adalah retak lentur. Retak lentur adalah retak yang biasanya terjadi karena beban melebihi kemampuan balok. Dalam pengujian ini, retakan perama yang terjadi pada balok normal adalah pada saat pembebanan 3999 kg dan runtuh pada beban ultimit 5998,5 kg. Sedangkan pada balok dengan serat nilon, retakan pertama terjadi pada saat pembebanan 4665,5 kg dan runtuh pada beban ultimit 6665 kg. Gambar 4.16 Pola Retak Balok Beton Bertulang Tanpa Serat Nilon Universitas Sumatera Utara 119 Gambar 4.17 Pola Retak Balok Beton Bertulang Dengan Serat Nilon

4.8 Perhitungan Tulangan Balok Beton Bertulang Serat Nilon Berdasarkan

Hasil Pengujian Tulangan yang digunakan pada balok beton bertulang tanpa dan dengan serat nilon adalah 2D12 pada tulangan tekan dan 3D14 pada tulangan tarik. Berdasarkan hasil pengujian, beban maksimum yang dapat ditahan balok beton bertulang dengan serat nilon adalah 6555 kg.  Menghitung tulangan balok yang dapat menahan beban maksimum 6555 kg. b = 150 mm fc = 30 MPa k 1 = 4,707 h = 250 mm fy = 300 MPa d’ = 35 mm Mu = 34,333 kNm d = 215 mm ρ 1 = 0,0175 Universitas Sumatera Utara 120 1. Mr maks = øbd 2 k = 0,8 x 0,15m x 0,215mm 2 x 4,707 x 1000 kNm 2 = 26,1 kNm 2. Mr Mu 26,1 kNm 34,333 kNm maka harus menggunakan tulangan rangkap. 3. Maka digunakan ρ 2 = 0,9ρ 1 = 0,9 x 0,0175 = 0,0157 dimana k 2 = 4,2737 MPa 4. Mr 1 = øbd 2 k = 0,8 x 0,15m x 0,215mm 2 x 4,2737 x 1000 kNm 2 = 23,706 kNm 5. As 1 = ρbd = 0,0157 x 150 mm x 215 mm = 507,937 mm 2 2D18 = 509,0 mm 2 6. Mr 2 = Mu - Mr 1 = 34,333 kNm – 23,706 kNm = 10,627 kNm 7. = ∅ − ′ = , , = , = , 8. � = ′ = = , �� = 245,599 mm 2 2D14 = 308,0 mm 2 Tabel 4.15 Perbandingan tulangan balok beton bertulang tanpa dan dengan serat nilon pada beban maksimum 6665 kg. Variasi Balok Beton Bertulang Tulangan tarik Tulangan tekan Total Tanpa Serat Nilon 2D14 - 308,00 mm 2 2D18 – 509 mm 2 817 mm 2 Dengan Serat Nilon 2D12 – 226,2 mm 2 3D14 – 462,0 mm 2 688,2 mm 2 Persentase reduksi tulangan akibat pengaruh serat nilon: � � = − , , = , Universitas Sumatera Utara 121 Beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji tanpa serat nilon menggunakan tulangan tarik 2D12 226,2 mm 2 dan tulangan tekan 3D14 462,00 mm 2 adalah. Berdasarkan perhitungan reduksi tulangan, maka menggunakan: Tulangan tarik = 226,2 mm 2 – 18,71 x 226,2 mm 2 = 183,88 mm 2 Tulangan tekan = 462,0 mm 2 – 18,71 x 462,0 mm 2 = 375,56 mm 2

4.9 Diskusi