Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel

commit to user 20 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium quasi experimental design dengan rancangan penelitian the post test only control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa biakan Candida albicans yang diperoleh dari Universitas Setia Budi Surakarta.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Random. Sampel yang dipilih yaitu biakan Candida albicans yang berumur 2 hari. Koloni Candida albicans pada Sabouraud Dextrose Agar Slant diambil dari beberapa tempat secara random untuk diencerkan dengan NaCl 0,9, yang merupakan larutan fisiologis, sampai kekeruhannya ekuivalen dengan standar Brown II Subrata dkk., 1998.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : a. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih hijau Piper betle L. b. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih merah Piper crocatum c. Resik-V sabun sirih 20 commit to user 21 2. Variabel terikat : Diameter zona hambatan pertumbuhan Candida albicans 3. Variabel luar terkendali : a. Suhu pemeraman b. Biakan murni Candida albicans c. Umur biakan Candida albicans d. Jumlah biakan Candida albicans e. Tumbuhnya kuman lain 4. Variabel luar tak terkendali : Kecepatan pertumbuhan Candida albicans faktor intrinsik

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas : a. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih hijau skala rasio Minyak atsiri sirih hijau didapatkan dari destilasi 2835 gram daun sirih hijau segar yang menghasilkan 10 ml minyak atsiri dan dianggap mempunyai kadar 100. Minyak atsiri daun sirih hijau diencerkan menggunakan PEG 400 untuk mendapatkan konsentrasi yang berbeda- beda. Minyak atsiri ini diperoleh dari LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih hijau yang digunakan dalam uji pendahuluan adalah konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25. Pada uji penelitian, konsentrasi minyak atsiri sirih hijau yang digunakan adalah konsentrasi 10, 15, 20 dan 25. Konsentrasi commit to user 22 uji penelitian dimulai dari konsentrasi 10 karena hasil uji pendahuluan menyatakan minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 6,25 sudah memiliki efek antifungi, tetapi minyak atsiri daun sirih merah pada konsentrasi 12,5 baru menunjukkan adanya zona hambatan. Selain itu, konsentrasi minyak atsiri kedua daun sirih ditetapkan sampai 25 karena diameter zona hambatan yang dihasilkan minyak atsiri daun sirih hijau pada kadar tersebut sudah hampir menyamai diameter zona hambatan oleh flukonazol. b. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih merah skala rasio Minyak atsiri daun sirih merah didapatkan dari destilasi 2500 gram daun sirih merah segar yang menghasilkan 4,6 ml minyak atsiri dan dianggap mempunyai kadar 100. Minyak atsiri daun sirih merah diencerkan menggunakan PEG 400 untuk mendapatkan konsentrasi yang berbeda-beda. Minyak atsiri ini diperoleh dari LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih merah pada uji pendahuluan dan uji penelitian sama dengan minyak atsiri daun sirih hijau, yaitu konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25 pada uji pendahuluan, konsentrasi 10, 15, 20 dan 25 pada uji penelitian. c. Resik-V Sabun Sirih skala rasio Resik-V sabun sirih yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang mengandung ekstrak daun sirih hijau dan diproduksi oleh PT Kinocare Era Kosmetindo. commit to user 23 2. Variabel terikat : Diameter zona hambatan skala rasio Diameter zona hambatan adalah zona jernih yang terbentuk di sekeliling sumuran yang menunjukkan besarnya efek antifungi minyak atsiri daun sirih hijau, minyak atsiri daun sirih merah dan Resik-V sabun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Diameter diukur dalam milimeter menggunakan penggaris. 3. Variabel luar terkendali : a. Suhu pemeraman Cawan petri berisi Candida albicans dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37 o C McDonald, 2002. b. Biakan murni Candida albican Tes morfologi sederhana untuk membedakan Candida albicans dari spesies candida lainnya adalah Germ Tube Test, yaitu dengan menginkubasi Candida albicans dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37 o C. Setelah inkubasi, pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan bentuk sel yang berkecambah seperti raket germ tube Simatupang, 2009. Germ Tube Test ini dikerjakan oleh Tim Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta. c. Umur biakan Candida albicans Umur jamur dapat dikendalikan dengan memilih biakan Candida albicans pada Sabouraud Dextrose Agar yang berumur 2 hari. Setelah 2 hari, Candida albicans masuk pada fase eksponensial, yaitu fase commit to user 24 tercepat pertumbuhan candida dan masa paling sensitif bagi candida terhadap obat-obatan. Fase eksponensial berlangsung selama 50 – 70 jam setelah inokulasi Candida albicans Pires et al., 2001. d. Jumlah sampel Candida albicans Jumlah biakan Candida albicans dapat dikendalikan dengan menanam jamur dengan menggunakan pengenceran yang ekuivalen dengan standar Brown II. Pengenceran ini digunakan untuk mendapat jumlah sampel jamur dalam kisaran 1x10 8 CFUml Subrata dkk., 1998. e. Tumbuhnya kuman lain Tumbuhnya kuman lain dikendalikan dengan pemberian kloramfenikol pada proses pembuatan Sabouraud Dextrose Agar. 4. Variabel luar tak terkendali : Kecepatan pertumbuhan Candida albicans Kecepatan pertumbuhan Candida albicans tidak dapat dikendalikan karena pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari Candida albicans seperti faktor genetik dan faktor fisiologis. commit to user 25

G. Rancangan Penelitian

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antioksidan Komponen Minyak Atsiri Bahan Segar Dan Ekstrak Etanol Dari Ampas Rimpang Jahe Gajah Serta Aplikasi Terhadap Daging Ikan Nila

3 49 97

Aktivitas Antioksidan Komponen Minyak Atsiri Bahan Segar Dan Ekstrak Etanol Dari Ampas Rimpang Jahe Gajah Serta Aplikasi Terhadap Daging Ikan Nila

1 51 97

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro.

1 79 68

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro

7 106 73

Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri Dan Uji Pestisida Nabati Hasil Isolasi Daun Sirih Hutan (Piper aduncum L) Pada Larva Lalat Buah (Bactrocela carambolae) Jambu Biji

6 56 80

PERBEDAAN EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI KAYU MANIS , LENGKUAS DAN KOMBINASINYA TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

1 4 59

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DAN MINYAK ATSIRI Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) dan Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus (L.) Rendle) Asal

0 3 12

Pengaruh Perbedaan Lama Kontak Sabun Ekstrak Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 5

Perbandingan Efektivitas Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn) dengan Minyak Atsiri Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap Candida albicans secara In Vitro

0 1 8

UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav.) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

0 0 95